Berita Sikka
Krisis Air Bersih, Warga Natarita Sikka Minum Air Kotor
Untuk bisa mendapatkan air minum yang tak layak itu, warga terpaksa berjalan kaki 2 kilometer lebih sambil membawa ember dan jeriken
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Arnold Welianto
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Ratusan warga di Dusun Natarita, Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa minum air kotor dari sumber mata air di wilayah Kubat di perbukitan pinggir kampung.
Untuk bisa mendapatkan Air Minum yang tak layak itu, warga terpaksa berjalan kaki 2 kilometer lebih sambil membawa ember dan jeriken melewati jalur yang ekstrim.
Meski sudah sampai di lokasi mata air, warga harus antre berjam-jam hingga larut malam karena kubangan yang menampung air dari mata air tersebut mengalir kecil.
Baca juga: KPU Sikka Verifikasi Administrasi Berkas 500 Bacaleg dari 16 Parpol
Perlahan-lahan, warga menggayung air kotor dari kubangan tersebut kemudian diisi kedalam ember dan jerigen untuk kebutuhan sehari-harinya.
Sebelum dikonsumsi, air kotor tersebut didiamkan atau disaring agar tanah dan kotoran terpisah. Selanjutnya air dikonsumsi untuk diminum, memasak dan mandi.
Selain mengkonsumsi air digenangan tersebut, warga juga sering konsumsi air hujan untuk kebutuhan sehari-harinya.
"Kami disini kesulitan air, ini juga kami harus tunggu lagi, kalau di kubangan penuh baru kami gayung lagi, kadang air kotor juga kami gayung saja, kalau sudah sore dan takut gelap kami gayung saja karena harus pulang ke rumah dengan jalan mendaki, sampai dirumah baru kami saring lagi airnya," kata Hilaria Paulina Gekaj (35) warga Dusun Natarita saat ditemui POS-KUPANG.COM, Senin 5 Juni 2023.
Baca juga: ASN Imigrasi Maumere Sikka Peringati Hari Lahir Pancasila
Dikatakannya, akibat krisis air tersebut, anak sekolah di kampung tersebut sering terlambat ke sekolah karena harus mencari air untuk mandi sebelum berangkat ke sekolah.
"Kami disini susah sekali air, kasihan anak-anak sekolah karena setiap pagi cari air untuk mandi, kadang mereka terlambat ke sekolah," katanya.
Meski sudah mendapatkan air, Warga hanya bisa membawa 10 liter air ke rumah karena kondisi jalan jauh dan mendaki.
Sementara itu, Maria Isanti (31) Warga Dusun Natarita mengaku setiap harinya dia harus berjalan kaki sekitar 2 km lebih dari rumahnya untuk mengambil air. Selain itu, harus antre dua sampai tiga jam karena panjangya antrean warga.
Baca juga: SMPK Frater Maumere Sikka Peduli Lingkungan
"Itu pun cuma dapat 5 liter, karena kubangan yang menampung air dari mata air mengalir kecil," ujar Isanti.
Dia menambahkan terpaksa tetap mengkonsumsi air kotor karena tidak punya pilihan lain.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.