Berita Flores Timur
Gua Alam Keramat Bekas Misionaris Bertapa di Ojan Detun Flores Timur
cerita rakyat masa lampau akhirnya memotivasi Pemerintah Desa Ojan Detun untuk membangun sejumlah fasilitas
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Jalanan tanah berkerikil sejauh satu kilo meter menghambat laju sepeda motor menuju Gua Koi Lian, salah satu destinasi wisata rohani di pelosok selatan Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Provinsi NTT.
Lokasi Gua Koi Lian berada di Desa Ojan Detun, Kecamatan Wulanggitang. Jaraknya berkisar sepuluh kilo meter dari Boru, Ibu Kota Kecamatan Wulanggitang, pintu masuk Flores Timur arah barat.
Ada banyak pepohonan tumbuh subur di atas Gua Koi Lian. Hawanya begitu sejuk ditemani deburan ombak pantai selatan yang mengarah ke Laut Sawu. Banyak peziarah datang mendaraskan doa saat hari Minggu atau saat Bulan Maria, Mei dan Oktober.
Sebuah patung Bunda Maria berdiri anggun di tengah lubang gua alam berdiameter 5x4 meter persegi. Langit-langit dan dindingnya terdapat bebatuan cadas, sementara lantainya dipenuhi pasir dan kerikil.
Baca juga: Sempat Ditutup, Berkas Bacaleg PPP Resmi Diterima KPU Flores Timur
Gua Koi Lian memiliki ketinggian dua meter dari atas tanah. Berada persis di areal hutan membuat tempat ini cukup menakutkan apabila hanya datang seorang diri.
Pengakuan warga setempat, Gua Koi Lian terkenal keramat. Mereka percaya banyak roh halus berkeliaran sebelum akhirnya lebih tenang setelah ditahtakan patung ibunda Yesus Kristus.
Hal ini juga dibenarkan oleh Kepala Desa Ojan Detun, Yohanens Nani Ipir dan Ketua BPD Ojan Detun, Abdon Julius. Keduanya memberikan kesaksian yang sama bahwa dahulu kala, ada misionaris barat menjadikan Gua Koi Lian sebagai tempat pertapaan.
"Lebih dari 70 tahun lalu ada satu pastor orang barat bertapa disana. Tempatnya memang keramat," kata Yohanes Ipir, Rabu 24 Mei 2023.
Baca juga: Dua Pekan Merantau, Pemuda Flores Timur Dianiaya Hingga Tewas di Bima, Mayat Ditemukan di Sungai
Kebiasaan sang misionaris itulah yang membuat gua itu bernama Koi Lian. 'Koi' berarti seorang pertapa dan 'Lian' artinya lubang.
Ia menerangkan, beberapa tahun lalu pernah terjadi peristiwa yang sulit diterima akal sehat. Banyak warga mendadak sakit saat dilaksanakan pembersihan untuk pengembangan wisata rohani.
Keanehan akhirnya berangsur pulih saat mereka menggelar ritual adat dan perayaan misa dipimpin Pastor Paroki Kristus Raja Semesta Alam Watobuku, P. Laurensius Useng, SVD.
Selain dua ritus penting, pemerintah desa juga membuat larangan keras agar warga tidak menebang dan membakar hutan untuk kepentingan pribadi.
Ketua BPD Ojan Detun, Abdon Julius, mengatakan lokasi itu dikelola pihak gereja. Pater Laurens Useng SVD adalah inisiator untuk menjadikan Koi Lian sebagai tempat berziarah umat katolik.
"Patungnya dari donator orang Watobuku, namanya bapak Lera Kwuta. Kasih ke pater lalu pater buat misa pemberkatan," katanya.
Sesuai pesan pastor paroki, pentahtaan patung Bunda Maria akan melindungi warga dari gangguan maklhuk halus, seperti kejadian sebelum-sebelumnya.
"Pater bilang, biar patung di situ, roh halus juga boleh ada, berdamailah dengan mereka," katanya.
Sementara seorang pemuda, Adrianus Werang (24), mengaku segala permohonan dapat terkabul saat berdoa di hadapan sang ibunda penebus dosa. Ia sudah mengalaminya secara langsung, khususnya saat menghadapi musibah atau kemalangan.
"Misalnya sakit atau apapun masalahnya. Datang berdoa, pasti terjawab," katanya saat memandu wartawan menyambangi lokasi keramat itu.
Wisata Pantai Kepala Anjing
Dari lokasi bekas pertapaan misionaris barat puluhan tanun silam, pengunjung bisa berjalan kaki sekira 500 meter menuju Pantai Kokang. Keindahan alam Pantai Kokang di Desa Ojan Detun juga menyimpan catatan menarik.
Bentangan pasir cokelat memanjakan mata pengunjung saat duduk di sejumlah lopo berbahan kayu dan beratapkan alang-alang. Keindahan semakin terasa jika bola mata mengarah ke sudut timur, tepatnya di sebuah batu besar.
Baca juga: Warga Flores Timur Dibunuh di Bima, Korban Dikenal Pekerja Keras
Konon, batu bernama 'Watu Ahu' yang artinya kepala anjing itu milik Mahing Rotan, seorang pemburu yang selalu membawa anjing peliharaannya mencari hewan buruan.
Sewaktu pulang membawa hasil buruan, Mahing berjumpa dengan seorang pria bernama, Klatan, warga Desa Hewa. Klatan yang asyik memancing tiba-tiba membunuh anjing milik Mahing lalu dilempar ke laut.
Hewan berinsting tajam itu kemudian berubah menjadi batu. Kepalanya berada persis di depan Watu Ahu namun sering tak terlihat lantaran tertutup air laut pasang.
Kepala Desa Ojan Detun, Yohanes Nani Ipir, mengaku Watu Ahu bukanlah cerita asalan belaka. Ia mengaku ada bukti berupa besi tusuk daging rusa yang saat ini disimpan di rumah adat setempat.
"Daging dan kayu tusuk sekarang sudah jadi besi. Kita simpan di rumah adat suku Rotan," katanya.
Selain itu, ada lagi satu cerita tentang 'Nuba Puan Nanga Wan'. Lokasi yang biasa digelar ritual meminta hujan itu masih berada di kawasan Pantai Kokang.
Lokasi itu terdapat sebuah batu yang pernah dirusaki seorang misionaris saat warga masih kental dengan aliran animisme dan dinamisme. Sang pastor marah karena warga lebih percaya batu dari pada Tuhan.
"Pastor jengkel. Dia punya nama Pater Geris, orang dari barat (luar negeri). Dia cungkil tapi tidak bisa," ungkapnya.
Keindahan pantai dengan setumpuk cerita rakyat masa lampau akhirnya memotivasi Pemerintah Desa Ojan Detun untuk membangun sejumlah fasilitas pada tahun 2018 dan 2020.
Terdapat fasilitas lopo, tempat parkir, dan MCK sudah rampung dikerjakan. Namun, kondisinya mulai rusak akibat diterpa angin badai. Ditambah sampah berseliweran membuat tempat ini semakin kurang terurus.
"Tahun 2018 dan 2020 itu kita alokasikan Rp 200 juta. Yang kelola orang muda, tergabung dalam kelompok sadar wisata" kata Kepala Desa Ojan Detun, Yohanes Nani Ipir.
Nama Pantai Kokang belum setenar objek wisata lain yang ada di Kabupaten Flores Timur. Padahal, destinasi wisata yang dikelola kelompok orang muda ini berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jaraknya kurang lebih 55 kilometer dari jantung Kota Larantuka dapat ditempuh 70 menit menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Meski akses kesana mudah karena jalannya sudah beraspal, namun Desa Ojan Detun belum tersentuh jaringan internet. Kendala promosi potensi wisata itu juga dialami pelajar, guru, dan warga umumnya.
"Itu kendala serius yang kita hadapai. Pernah ada tim dari Kominfo datang survei, tapi sampai sekarang belum realisasi," katanya.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Kadis Nakertrans Flores Timur Bungkam Soal Tenaga Kerja Tewas di Bima |
![]() |
---|
Keluarga Korban Minta Polda NTT Backup Kasus Pembunuhan Warga Adonara Flores Timur |
![]() |
---|
Warga Flores Timur Dibunuh di Bima, Jenazah Korban Dipulangkan |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Penjabat Bupati Lembata Diganti, Doris Rihi Tetap Pimpin Flores Timur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.