Berita NTT
HUT ke-206 Pattimura, Penjabat Wali Kota Kupang dan Wagub NTT Jadi Pattimura
Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh dan Wakil Gubernur (Wagub) NTT Josef Nae Soi menjadi Thomas Matulessy atau Pattimura masa kini.
Ia menjelaskan, simbol obor merupakan semangat yang tularkan oleh Pattimura bagi generasinya. Begitu juga dengan baju dan syal berwarna merah yang merupakan Pattimura muda kekinian. Jika dulu, kata dia, Pattimura melawan penjajah, maka era sekarang perlawanan sebenarnya adalah semua hal yang menjadi tanggungjawab bersama.
"Kita bicara stunting, kita harus berada dalam porsi untuk melawan supaya kita tidak ada stunting. Kita bicara tentang kemiskinan, kita ada untuk memberantas kemiskinan. Lalu kita bicara tentang ekonomi dan pengangguran, kita ada dan kita berarti buat NTT. Obor ini adalah sebagai semangat dan pemicu kita untuk kita selalu berada dengan masyarakat NTT," ujarnya.
IWASMA NTT juga berkomitmen untuk membantu Pemerintah Kota Kupang dalam upaya membangun Kota Kupang. Baginya semangat Pattimura akan tetap terpatri kini dan sepanjang perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca juga: Buka Puasa Bersama Jadi Moment Pererat Tali Persaudaraan Warga Maluku di Kota Kupang
Wakil Gubernur Josef Nae Soi dalam kesempatan yang sama mengatakan, Pattimura merupakan pahlawan nasional yang bukan hanya di Maluku tetapi bagi Nusantara bahkan hingga ke Belanda.
Melihat sejarah, Pattimura pernah digantung di pusat Kota Ambon. Oleh penjajah agar Pattimura menutup matanya. Pattimura hanya menjawab saat itu bahwa dirinya adalah orang Maluku dan Indonesia.
"Ini yang menjiwai semangat darah daging kita. Menginternalis kita bangsa Indonesia dan khususnya pemuda-pemudi NTT asal Maluku," kata dia.
Baca juga: Gelar Silaturahmi Tokoh Pemuda Maluku Kei Bersama Maung Hercules NTT,Damai Melanesia
Mantan anggota DPR RI itu berkata, nama Pattimura merupakan manifestasi dari jiwa dan raga harus diikuti. Josef Nae Soi menuturkan, Pattimura lahir sebagai seorang bangsawan tetapi rela mati demi mempertahankan bangsanya, Indonesia.
Teladan Pattimura, ujar Josef Nae Soi, menginginkan generasinya kini harus bebas dari kemiskinan dan kebodohan hingga kemelaratan maupun tindakan yang merugikan satu sama lain. Kalimat Hiti-hiti, Hala-hala, sebenarnya mengajak semua pihak termaksuk orang Maluku di NTT untuk bekerja sama.
"Hiti-hiti Hala-hala, kerja sama. Kerja sama dalam arti kolaborasi. Tidak boleh merubah anda keturunan Maluku menjadi keturunan NTT, tidak. Tidak boleh merubah anda NTT menjadi keturunan Manado, keturunan Maluku. Tetapi jadilah anda keturunan Maluku, jadilah anda keturunan NTT. Maka NTT seratus persen, Maluku seratus persen," jelasnya.
Akan tetapi, kolaboratif itu juga tidak harus meninggalkan ciri budaya yang telah wariskan hingga kini. Josef Nae Soi juga menyebut dirinya ketika membakar obor, bulu kuduknya ikut menyambut. Baginya hal-hal semacam ini tidak sembarang dilakukan, apalagi dilakukan untuk memperingati HUT seorang pahlawan nasional.
Josef Nae Soi mengibaratkan itu dengan slogan IWASMA NTT yakni Lawanena Haulala, yang berarti apa yang dari depan tidak boleh mundur lagi. Demikian juga ucapan Thomas Matulessy ketika ia dihukum gantung di tengah Kota Ambon. (fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.