Berita Dinas Kesehatan NTT

Percepat Cakupan Imunisasi Dinkes NTT Bersama Mitra Gelar Pelatihan HCD

Tenaga Kesehatan (Nakes) di tingkat Puskesmas garda terdepan keseberhasilan Human Centered Design (HCD) cakupan imunisasi di NTT.

|
Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Gerardus Manyela
POS KUPANG.COM
BUKA HCD -Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat, S.St,Apt,MM (kiri) didampingi Perwakilan UNICEF Bidang Kesehatan, dr. Vama Chrisnadarmani, MPH (kanan) saat membuka Pelatihan Human Centered Design (HCD) kepada petugas kesehatan Kabupaten Sabu Raijua, Rote Ndao, Ngada dan Belu di Hotel Sotis, Kupang, Senin, 15 Mei 2023. 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Untuk mempercepat cakupan imunisasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil bersama mitra UNICEF, Germas, Kementerian Kesehatan RI dan Pemerintah Provinsi NTT menyelenggarakan Pelatihan Human Centered Design (HCD) kepada petugas kesehatan Kabupaten Sabu Raijua, Rote Ndao, Ngada dan Belu di Hotel Sotis Kupang, Minggu, 14 Mei -Kamis, 18 Mei 2023.

Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Ruth D. Laiskodat,S.St,Apt,MM dalam arahannya mengatakan, Human Centered Design (HCD) adalah pendekatan yang fokus pada seseorang. Melalui HCD diharapkan peserta yang adalah tenaga kesehatan (Nakes) di tingkat Puskesmas sebagai garda terdepan,  dapat mengamati tentang apa yang orang butuhkan, ketahui dan lakukan dalam keseharian. Nakes juga perlu mencari tahu tentang kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan imunisasi rutin.

Lanjut mantan Kepala Inspektorat Provinsi NTT ini, sejak Indonesia melaporkan kasus Covid-19 pertama pada Maret 2020, cakupan imunisasi rutin dalam rangka pencegahan penyakit anak seperti campak, rubella dan difteri semakin menurun.

Dia mencontohkan tingkat cakupan imunisasi difteri, pertusis dan tetanus (DPT3) dan campak serta rubella (MR1) berkurang lebih dari 35 persen pada Mei 2020 dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Baca juga: Dinas Kesehatan NTT Catat 77.338 Balita Penderita Stunting 

Penelitian Kementerian Kesehatan dan UNICEF melakukan penilaian cepat pada April 2020 menunjukkan 84 persen  dari semua faskes (fasilitas Kesehatan) melaporkan layananimunisasi terganggu di kedua level yakni Puskesmas dan Posyandu.

Hambatan akses akibat penghentian layanan, disertai dengan menurunnya permintaan, kata Ruth, disebabkan masyarakat takut tertular Covid-19. Untuk itu, HCD sangat perlukan dalam meningkatkan cakupang imunisasi pasca redahnya Covid-19 di Inodnesia. 

HCD merupakan salah satu pendekatan yang dapat dipakai untuk peningkatan kegiatan imunisasi rutin. Ruth yakin, proses HCD dapat membantu mengetahui kebutuhan kelompok sasaran juga membantu menentukan aktivitas yang tepat untuk pencarian data, analisis data serta menciptakan solusi. 

Proses HCD, katanya, tidak hanya dipakai untuk peningkatan pelayanan imunisasi, tapi juga dapat dipakai untuk peningkatan pelayanan program lainnya, seperti stunting, sanitasi dan lain-lain. Untuk itu, pelayanan yang dirancang harus betul-betul berpusat dan menjawab kebutuhan kelompok sasaran.

Baca juga: Cakupan Imunisasi di NTT Alami Kenaikan di Tahun 2022, 14 Persen Masih Jadi PR

Petugas nakes harus memahami keseharian, kebutuhan, hambatan maupun motivasi kelompok sasaran terkait pelayanan imunisasi, berdiskusi untuk mencari solusi bersama dengan kelompok sasaran yang akan menggunakan pelayanan imunisasi atau akana melakukan intervensi program imunisasi. 

Lanjut mantan Kepala Inspektorat Provinsi NTT ini, kapan HCD digunakan? HCD bukanlah solusi untuk setiap masalah, namun akan sangat tepat untuk menjawab tantangan-tantangan seperti, layanan imunisasi sudah ada , namun tidak digunakan oleh masyarakat, penelitian yang pernah dilakukan belum memberikan ide dan solusi terhadap peningkatan pelayanan imunisasi, anggaran dan atau waktu terbatas dan solusi yang pernah dibuat sebelumnya untuk pelayanan imunisasi tidak berjalan sesuai harapan. 

Dia menguraikan, ada empat komponen utama yang menjadi ciri khas penerapan HCD, yakni berfokus pada manusia, merencanakan dan memecahkan masalah dalam satu sistem tertentu, membuat penelitian cepat yang dapat dilakukan secara interaktif, personal, dan berorientasi pada tindakan atau pembuatan dan pelaksanaan ide atau solusi dan menguji solusi atau ide dengan kelompok sasaran, pelajari, sesuaikan dan melakukan uji coba lagi.

Ruth menegaskan,menggunakan HCD dapat membantu untuk lebih memahami kelompok sasaran dan mengetahui  hambatan terkati pelayanan kesehatan. 

DISKUSI -Peserta Pelatihan Human Centered Design (HCD) mempertajam point-point HCD dalam diskusi  di Hotel Sotis, Senin, 15 Mei 2023.
DISKUSI -Peserta Pelatihan Human Centered Design (HCD) mempertajam point-point HCD dalam diskusi di Hotel Sotis, Senin, 15 Mei 2023. (POS KUPANG.COM)

Arahan  Kadis Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Ruth  Laiskodat,  ini pertajam oleh fasilitator, drg. Jeffrey Jap,M.Kes tentang pengantar, pemilihan tema dan panduan diskusi, drg. Feby Seran tentang tujuan HCD dan peta perjalanan dan Sutarmi, Amd.KL tentang persona atau karakter. 

Setiap item dibedah secara intens oleh peserta melalui diskusi kelompok dari Sabu Raijua, Rote Ndao, Ngada, Belu dan Provinsi NTT. (*)

Ikuti Berita Pos-Kupang.com Lainnya di GOOGLE NEWS 

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved