Opini

Opini Sarlianus Poma: KTT ASEAN Epicentrum of Growth, The Opportunity for Indonesian Economic Growth

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 tahun 2023 dilaksanakan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO
KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, selama 9-11 Mei 2023. 

Pada lingkup yang lebih luas, tantangan dan permasalahan internasional yang cukup kompleks, baik dari segi geopolitik maupun ekonomi. Situasi geopolitik yang dihadapai Indonesia pada tahun 2023 sangat menantang.

Perekonomian Indonesia di tahun 2023 ini masih menghadapi tantangan tingginya ketidakpastian dan peningkatan risiko global.

Ketidakpastian situasi global merupakan tantangan nyata bagi pemulihan ekonomi Indonesia setelah dua tahun dihantam pandemic covid-19.

Bahkan IMF telah menyematkan istilah “gelap signifikan” dalam proyeksi ekonomi global di tahun 2023 ini.

Tantangan itu lebih kompleks daripada 1997-1998 karena saat ini ada ancaman perang nuklir dan resesi ekonomi global yang membayangi.

Melihat berbagai tantangan yang kian kompleks, Indonesia harus mampu meningkatkan kerja sama ASEAN tahun 2023 untuk melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespon tantangan kawasan dan global, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan, untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di Asia Tenggara. Menurut Menlu RI, Retno Marsudi, tema besar tersebut memiliki tiga pilar.

Baca juga: Opini Yohanes Krisostomus Dari: Tuan Rumah ASEAN Summit ke-42 dan Harapan Bagi NTT yang Tertinggal

Pertama, ASEAN Matters: ASEAN sebagai sebuah kekuatan regional, harus relevan dan penting, bagi setiap Negara anggota dan dunia. Kedua, Epicentrum of Growth: pusat pertumbuhan regional dan dunia. Ketiga, terkait implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).

Sebagai Ketua, Indonesia harus mampu memimpin seluruh Negara ASEAN untuk memperkuat ketiga pilar tersebut. Menjadikan ASEAN sebagai kekuatan kawasan regional yang ditatap dunia.

Tentu hasil yang diharapkan baru bisa dirasakan dalam jangka menengah, akan tetapi proses jangka pendeknya akan dirasakan manfaatnya bagi setiap Negara ASEAN, khususnya Indonesia.

Salah satu isu penting yang harus dijadikan fokus pembicaraan dalam KTT ini adalah pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Indonesia dan ASEAN memiliki potensi EBT yang sangat besar.

Diperkirakan tahun 2035, 50 persen kebutuhan listrik dunia berasal dari EBT, dan ini membutuhkan 4 kali peningkatan total kapasitas EBT terpasang di seluruh Negara ASEAN(Opini Dr. Frits O Fanggidae, Pos Kupang, 09/05/2023).

Kemampuan ASEAN untuk menghasilkan EBT menjadi simpul penting untuk mengatasi terputusnya rantai pasok (Supply Chain) energi fosil dunia akibat ketidakstabilan politik dan keamanan dunia.

Dengan perspektif energi sebagai modal pembangunan, energi terbarukan memiliki peranan penting dalam mendorong sistem ekonomi hijau, berkelanjutan dan rendah karbon.

Baca juga: Opini - Waspada, Handphone Membuat Dunia Semakin Tua

Pembangunan dengan kesadaran jangka panjang ini telah menjadi tren pembangunan di seluruh dunia, menyikapi semakin naiknya populasi, kebutuhan manusia, dan kegiatan manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, meliputi sumber energi surya, sumber energi air dan mikrohidro, sumber energi angin, sumber energi panas bumi, sumber energi gelombang laut, dan sumber energi biomassa.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved