Opini

Opini Frans X Skera: Catatan Kritis Batalnya Piala Dunia U-20

Jokowi mengajak menatap masa depan dan melupakan kekecewaan serta kemarahan akibat batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20.

|
Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Frans Skera saat diwawancarai di kediamannya Kelurahan Kelapa Lima Kota Kupang, Senin 10 Januari 2022. Terbaru, VFrans Skera menulis opini tentang Catatan Kritis Batalnya Piala Dunia U-20 

Lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas pengeluaran dana begitu besar yang sia-sia karena batalnya piala dunia? Tidakah hal ini dipikirkan?

Selanjutnya, andaikata piala dunia dilaksanakan,Indonesia pasti meraup banyak keuntungan.Tetapi dengan batalnya penyelenggaraan, siapa yang harus bertanggung jawab atas “hilangnya kesempatan (opportunity loss)” di bidang pariwisata, transportasi dan UMKM.

Hotel ,rumah makan, toko souvenir, pengusaha angkutan udara,laut dan darat, mestinya meraup untung besar dengan hadirnya para turis terutama di enam kota penyelenggara, harus hilang begitu saja, karena mencampur adukan politik dan olahraga.

Siapa pula yang mesti bertanggung jawab kalau sudah ada pengusaha dan UMKM yang telah berinvestasi banyak karena melihat peluang meraih keuntungan saat piala dunia berlangsung?

Banyak pelaku ekonomi tersebut adalah “orang orang kecil”.apakah PDIP partai Wong Cilik sudah meikirkan hal-hal tersebut di atas sebelum berpolitik membela Palestina,tetapi menghancurkan anak bangsa sendiri?.

Catatan ketiga, menyangkut reputasi Indonesia dan kesempatan promosi. Dengan batalnya Piala Dunia U 20, nama baik Indonesia di mata dunia pasti tercoreng karena dituding tidak bisa memisahkan antara olahraga dan politik, serta menyia-nyiakan kepercayaan FIFA.

Banyak negara mendambakan ditunjuk sebagai penyelenggara tetapi tidak berhasil. Kita yang mendapat kepercayaan malah disia-siakan karena semangat membela negara lain dan menghancurkan mimpi anak-anak muda sendiri.

Masih beruntung karena katanya FIFA hanya memberikan sanksi kartu kuning pada PSSI, bukan kartu merah, sehingga nasib para pemain, pelatih dan wasit, masih bisa tertolong.

Batalnya piala dunia juga menyebabkan hilangnya kesempatan untuk promosi di bidang pariwisata dan investasi yang bisa mendongkrak perekonomian Indonesia.

Catatan keempat menyangkut pengucilan Israel. Di era globalisasi, transparansi, dan kemajuan teknologi yang begitu pesat,masihkah relevan untuk terus memusuhi dan mengucilkan Israel?

Baca juga: Palestina Sesalkan Keputusan FIFA Mencabut Hak Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U20

Selama ini yang bisa dilakukan Indonesia adalah ”keberpihakan dan keprihatinan” pada Palestina padahal penyelesaian Palestina cukup kompleks karena melibatkan berbagai kekuatan besar dunia dengan kepentingannya masing-masing.

Karena itu supaya adil dan berimbang dalam memperoleh informasi memadai, tidak saja Palestina yang dibela, tetapi juga berupaya mendapatkan infomasi lengkap tentang keadaan Israel sesungguhnya.

Sudah saatnya komunikasi dengan Israel dibuka agar bisa mengetahui duduk perkara dan alasan mengapa Israel bersikap dan berindak demikian selama ini.

Selanjutnya supaya obyektif, pelajari sungguh-sungguh sejarah Israel dan Palestina sehingga dapat dipertanggungjawabkan ketika menyebut Israel sebagai penjajah dan merampas tanah Palestina.

Evaluasi obyektif kritis terhadap sikap mengucilkan Israel perlu dilakukan mengingat antara lain tiap tahun puluhan ribu warga Indonesia mengunjungi Israel dan Palestina tanpa ada masalah.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved