Opini

Opini Verry Guru: Belajar dari Petrus dan Yudas Iskariot

Bank NTT yang melaporkan tujuh akun medsos dan dua media online ke Polda NTT karena dinilai telah mencemarkan dan mencederai citra dan reputasi Bank

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO
Mahasiswa Pascaserjana IAKN Kupang, Verry Guru menulis opini Belajar dari Petrus dan Yudas Iskariot. 

Yerusalem merupakan tempat hunian para pendosa tetapi nanti akan disucikan oleh sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Yerusalem sama seperti hati kita yang penuh dengan dosa. Maka, bukalah hati kita bagi Yesus, biarlah Dia masuk ke dalam hati kita untuk menyucikan dan membersihkan kita dengan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Bagian kedua, kisah sengsara Tuhan Yesus. Kisah ini dimulai dengan penangkapan-Nya di Taman Zaitu. Ciuman persaudaraan Yudas pada Yesus menjadi kode bagi para algojo mengenal siapakah yang harus ditangkap. Kebersamaan Yudas sebagai murid selama tiga tahun sirna demi uang. Yudas adalah murid yang gagal mengamalkan nilai didikan gurunya.

Lalu pada saat penyelidikan di hadapan Mahkamah Yahudi dan pengadilan oleh Pilatus, tidak ada murid yang membela Yesus. Yudas menjual gurunya demi uang, para murid lainnya lari bersembunyi dan Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali. Petrus jatuh dalam dosa yang sama seperti yang lainnya.

Baca juga: Opini Paul Ama Tukan: Jeritan Bumi dan Pertobatan Ekologis

Petrus tidak mau mengambil risiko ikut terseret dalam perkara gurunya. Jadi, baik Petrus maupun Yudas sama-sama jatuh dalam dosa. Perbedaan dari mereka berdua ialah pada akhir dari pilihan hidup mereka. Petrus sadar akan dosanya, ia menangisi dirinya, bertobat dan kemudian menjadi murid yang hebat serta pewarta sabda yang andal. Berbeda dengan Yudas Iskariot, ia menyesal, sadar bahwa yang dilakukannya adalah salah, dan ia tidak tahan menyaksikan penyiksaan yang menimpa Yesus. Penyesalan itu membuat Yudas melempar uang hasil kejahatan itu ke dalam Bait Suci lalu pergi dalam keputusasaan dan kehilangan harapan. Ia gelap mata, lalu memutuskan untuk bunuh diri.

Apa yang dilakukan Petrus dan Yudas Iskariot menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak menjadi murid Tuhan yang pengecut dan tidak kehilangan jati diri hanya karena uang. Memang segalanya membutuhkan uang tetapi tidak boleh merusak harga diri dan membutakan mata hati serta iman kita kepada Tuhan.

Kita memang membutuhkan masyarakat yang kritis dan cerdas. Namun kekritisan dan kecerdasan masyarakat harus tetap dalam koridor aturan yang baik dan benar. Sikap Bank NTT untuk mempolisikan sembilan media patut diapresiasi; agar publik di daerah ini dapat mengetahui fakta yang sebenarnya. Karena itu, publik tentu bertanya-tanya dan berharap agar Polda NTT khususnya para penyidik yang menangani perkara ini dapat mengungkap “tabir gelap” siapa sesungguhnya akun-akun medsos dan media online itu. Semoga mentalitas murid Yesus yakni Petrus dan Yudas Iskariot tidak menjadi penghalang dan batu sandungan dalam mengungkap tabir kebenaran dari upaya dan kerja keras Bank NTT. (Mahasiswa Pascasarjana IAKN Kupang)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved