Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 20 Maret 2023, Menjadi Orangtua yang Baik dan Rukun
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Menjadi Orangtua yang Baik dan Rukun, Hari Raya Santo Yosef Suami Maria.
Dia tidak mau menuruti egonya.
Rencananya rela digagalkan oleh Allah, yang kepadaNya dan hukum-hukumNya dia taati.
Sejak itu Yusuf adalah Sang Bapa: kebapaannya bukanlah yang berasal dari memperanakkan keturunan; bukan pula kebapaan yang “seolah” atau sekadar “pengganti”, melainkan kebapaan sepenuhnya ambil bagian dalam kebapaan manusiawi yang otentik dan perutusan seorang bapa dalam keluarga Nazaret (Paus Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik Redemptoris Custos, Pelindung Sang Penebus, 15 Agustus 1989, No.21).
Sejak saat itu pula dia menjadi suami sah Maria dan menjadi suami yang bertanggung jawab. Baik atas Maria, istrinya maupun atas Yesus, anak sah dari Yusuf, yang akan diberi nama “Anak Daud” (ayat 20).
Nama yang diberikan oleh malaikat Allah itu ( ayat 21) adalah Yesus, dalam bahasa Ibrani berarti: menyelamatkan.
Memang Dialah yang menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 19 Maret 2023, Melihat Tuhan
Ketiga, keteladanan Yosef.
Ide “perceraian” bisa muncul dalam diri suami atau istri mana pun. Namun jika orang mau hidup tulus di hadapan Allah, terbuka akan
kehendakNya, maka orang tidak akan begitu gampangnya mengambil keputusan untuk bercerai, bahkan tidak berani bercerai, meskipun de facto hidup rumah tangga amat sulit dan berat, karena ingat akan pesan Yesus, ”Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Markus 10: 9).
Hanya orang yang tegar hati berani melawan dan melanggar peringatan Yesus itu.
Yosef adalah teladan bagi para orangtua, untuk berhati tulus, jauh dari rekayasa dan pura-pura, model orang tua yang baik dan rukun.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 20 Maret 2023, Yusuf Mempertimbangkan Maksud Itu
Keempat, kekuatan doa.
Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada keluarga-keluarga, 2 Februari 1994, berkata, “Keluarga-keluarga hendaknya berdoa untuk
semua anggota mereka, demi kesejahteraan yang diusahakan oleh keluarga demi masing-masing individu yang diusahakan oleh masing-masing individu demi seluruh keluarga.
Betapa pentingnya doa bersama dengan keluarga-keluarga dan untuk keluarga-keluarga, khususnya untuk mereka yang terancam oleh perpecahan.
Kita berdoa agar pasangan suami-istri yang telah kawin akan mencintai panggilan mereka, meskipun jalan menjadi sulit, atau lorong-lorong menjadi sempit, menanjak dan kelihatannya tidak mungkin didaki. Kita perlu berdoa agar mereka tetap setia pada perjanjian mereka dengan Allah.
Dalam keluarga ada jalan salib, namun doa adalah tongkat yang harus selalu dipegang agar rumah tangga utuh, rukun dan bahagia” (Cafe
rohani, Maret 2014).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.