Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 11 Maret 2023, Bangkit dan Pergi

Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh  Bruder PIo Hayon SVD dengan judul Bangkit dan Pergi.

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Sabtu 11 Maret 2023 dengan judul Bangkit dan Pergi. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh  Bruder PIo Hayon SVD dengan judul Bangkit dan Pergi.

Bruder Pio Hayon menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk bacaan pertama dari Kitab Nabi Mikha 7: 14-15.18-20, dan bacaan Injil Lukas 15: 1-3.11-32.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Sabtu 11 Maret 2023 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

Ibu Bapak, saudari/a terkasih dalam Kristus.

Semangat menjalani masa tobat kita. Tak terasa kita sudah sampai pada akhir pekan masa tobat kita di pekan prapaskah II.

Bacaan-bacaan suci kita pada hari ini mengajak kita untuk membangun niat tobat yang benar dalam tindakan nyata kita.

Dalam kitab nubuat Nabi Mikha pada bacaan pertama, sang nabi berdoa memohon belaskasihan Tuhan untuk selalu memperhatikan umatNya seperti yang telah Dia lakukan kepada umat Israel sejak keluar dari tanah Mesir. Dan terus memberikan perlindungan kepada umatNya.

Lalu dalam bacaan Injil, Yesus memberikan perumpamaan tentang dua anak laki-laki yang meminta bagian warisan.

Si bungsu menghamburkan uangnya dengan hidup berfoya-foya. Ketika lapar dia menyadari keadaannya lalu kembali kepada ayahnya.

Situasi terbalik dengan kakaknya yang tetap bersama orangtuanya, tetapi menghakimi saudara bungsunya.

Ada banyak hal dalam hidup kita yang kadang selalu bertolak belakang dengan apa yang sesungguhnya harus kita lakukan dan kenyataan hidup kita sendiri.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 10 Maret 2023, Musuh dalam Selimut

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Kisah kedua anak dalam perumpamaan Yesus itu mau menegaskan kepada kita tentang kerendahan hati untuk berbalik kepada Tuhan.

Pertobatan nyata dalam hidup kita lebih penting dari keteraturan hidup harian kita.

Untuk dapat mengerti dengan baik kisah kedua anak ini, kita perlu membuat identifikasi jelas antara keduanya.

Anak bungsu: statusnya anak laki-laki bungsu. Karena status laki-laki, maka juga punya hak atas ahli waris.

Dia meminta bagiannya dan menjual semua warisannya lalu pergi meninggalkan bapa dan saudararnya di negeri yang jauh.

Dia memboroskan harta miliknya itu dan hidup berfoya-foya.

Setelah hartanya habis, timbul kelaparan dan dia mulai melarat. Dia bekerja dan menjaga babi-babi di ladang majikan tempat dia bekerja.

Dia ingin makan ampas yang menjadi makanan babi, tapi tak seorang pun memberikannya.

Lalu dia “menyadari keadaanya”. Dia lalu membandingkan kehidupan bapaknya dan tempat dia bekerja sekarang.

Lalu dia berkata, “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata: 'Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak Bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa'.”

Maka “bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya”.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 9 Maret 2023, Lazarus: Allah Telah Menolong

Di sisi lain, saudara sulung ada di rumah Bapa dan tinggal bersama-sama dengan Bapa (kenyamanan, semua kepunyaan bapaknya adalah miliknya juga karena dia sebagai pewaris).

Ketika adiknya pulang dia sedang bekerja di ladang. Ketika tahu bahwa Bapaknya mengadakan pesta karena adiknya telah kembali, maka “marahlah anak sulung itu dan tidak mau masuk rumah”.

Ia menjawab Bapaknya, “Tetap baru saja anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa" bersama-sama dengan “pelacur-pelacur” (sebuah tambahan dari anak sulungnya karena menghakimi saudaranya).

Bapa itu menjawab anak sulung, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapati kembali.”

Anak Bungsu itu mengalami sebuah gerakan pembaruan yang dipuji oleh Bapaknya, “Bangkit dan pergi” kepada Bapa dan menyatakan “dosanya”.

Sebuah pembaruan akan terjadi kalau ada sebuah gerakan bangkit dan pergi untuk secara rendah hati mengakui kesalahan dan dosa.

Kecenderungan kita adalah merasa nyaman dengan kehidupan harian kita yang dianggap religius, tapi lalu masih bersikap marah bahkan menghakimi orang lain.

Karena ketika kita tidak pernah merasa berdosa (nyaman tinggal bersama bapa), maka kita akan lebih cenderung untuk bersikap marah atau kasar dan bahkan menghakimi orang lain tanpa ada nilai kebenarannya.

Itulah dosa kita yang sesungguhnya. Kita lebih cenderung merasa sombong karena merasa nyaman dengan kehidupan kita sendiri dan tak pernah merasa tidak berdosa lalu dengan gampang menghakimi sesama kita.

Mari kita berani bangkit dan pergi kepada bapa dan memohon ampun atas dosa dan salah kita.

Dan bapa yang berbelas kasih itu pasti akan menerima kita.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 8 Maret 2023, Tidaklah Demikian di Antara Kamu

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus.

Pesan untuk kita, pertama, semua kita pasti akan jatuh ke dalam dosa. Maka butuh kesadaran bahwa kita telah jatuh dalam dosa.

Kedua, untuk bertobat perlu sebuah gerakan “bangkit dan pergi” untuk mengakui kesalahan sendiri.

Ketiga, kecenderungan untuk menghakimi selalu lahir dari kesombongan religius yang sempit.

Teks Lengkap Bacaan Sabtu 11 Maret 2023

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Sabtu 11 Maret 2023.
BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Sabtu 11 Maret 2023. (Tokopedia)

Pertama Mikha 7:14-15.18-20

"Semoga Tuhan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."

Bacaan dari Kitab Nabi Mikha:

Nabi berkata, “Ya Tuhan, dengan tongkat-Mu gembalakanlah umat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri. Mereka terpencil, mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka merumput di Basyan dan Gilead seperti pada zaman dahulu kala.

Perlihatkanlah kepada kami tindakan-tindakan ajaib seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir.

Adakah Allah lain seperti Engkau, yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan oleh sisa-sisa milik-Nya sendiri, yang tidak murka untuk selama-lamanya, melainkan berkenan pada kasih setia?

Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.

Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham sebagaimana telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 103:1-2.3-4.9-10.11-12

Refr. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.

1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

3. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.

4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

Bait Pengantar Injil: Lukas 15:18

Refr. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.

Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa".

Bacaan Injil Lukas 15:1-3.11-32

"Saudaramu telah mati dan kini hidup kembali."

Inilah Injil suci menurut Lukas:

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”

Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka. “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.’

Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.

Setelah dihabiskan harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi.

Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: ‘Betapa banyak orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.

Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa; aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.’

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayah itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, dan pakaikanlah kepadanya; kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.

Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’

Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruing dan nyanyian tari-tarian.

Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semua itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat’.

Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, ‘Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.’

Kata ayahnya kepadanya, ‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali’.”ap Bapa".

Demikianlah Sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved