Breaking News

Opini

Opini Yohanes Mau: Aturan Prematur Masuk Sekolah Jam 5 Pagi

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat membuat kebijakan dengan menerapkan aturan baru untuk SMA dan SMK Negeri di Kota Kupang.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/ELISABETH EKLESIA MEI
Siswa SMAN 6 Kupang sedang belajar, elasa 28 Februari 2023. Siswa sekolah jam 5 pagi. Yohanes Mau menulis opini: Aturan Prematur Masuk Sekolah Jam 5 Pagi. 

POS-KUPANG.COM - Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat membuat kebijakan dengan menerapkan aturan baru untuk SMA dan SMK Negeri di Kota Kupang.

Kebijakan itu berupa kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai pada jam lima pagi. Aturan baru ini sedang viral. Mulai dari media sosial hingga media cetak termasuk Kompas.

Banyak protes datang dari berbagai kalangan atas aturan tersebut. Namun Gubernur tetap menjalankan aturan tersebut. Kebijakan ini tidak memiliki kajian ilmiah yang dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.

Maka hal terbaik adalah Gubernur menarik kembali keputusan yang menurut penulis tidak menolong kemajuan pendidikan di NTT ini sesegera mungkin.

Kita tahu pada 31 Januari 2019 silam Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) telah menetapkan hari Rabu sebagai English day. Hal dibuat dalam Peraturan Gubernur, Nomor 56 tahun 2018 tentang Hari Berbahasa Inggris.

Aturan itu dikeluarkan dengan tujuan untuk mendukung pariwisata sebagai sektor unggulan di provinsi yang berbasis kepulauan. Namun hingga kini aturan ini tidak berjalan baik.

Namun sekarang beliau membuat kebijakan baru yang mewajibkan kegiatan belajar mengajar pada jam lima pagi. Ini adalah cara baru yang sangat bertolakbelakang dengan cara lama selama ini.

Baca juga: Opini Teguh Prakoso: Mengenal Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh

Mungkinkah akan ada kebangkitan NTT pintar setelah diberlakukannya aturan baru ini? Kita lihat saja akan jadi apakah pendidikan di NTT ini nantinya.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dikenal sebagai provinsi termiskin di Indonesia. Kita melihat para pemimpin dari periode ke periode belum menemukan strategi yang tepat untuk memblokir ketertinggalan ini sehingga NTT menjadi maju dan bisa bersaing dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Begitu juga dengan bidang pendidikan. Untung saja tahun ini Nono siswa kelas dua Sekolah Dasar Buraen, Kecamatan Amarasi Selatan Kabupaten Kupang tampil dengan prestasi brilliant untuk seluruh dunia.

Kini NTT tidak bisa dianggap enteng lagi. NTT kalahkan semua provinsi di seluruh Indonesia dan siswa-siswa dari seluruh negara yang tampil di dalam lomba matematika.

Kehadiran Nono siswa berprestasi itu mengharumkan nama NTT di kanca internasional. Nono anak kampung Amarasi, Kupang, NTT terkenal di seluruh dunia.

Dia bukan hanya dikenal di NTT dan Indonesia tapi dunia. Siswa-siswi dari negara-negara maju pun tidak bisa bersaing dengan kecerdasannya.

Terima kasih Nono, engkau telah dan sedang mengharumkan nama NTT di bidang pendidikan kepada dunia internasional. Dunia pendidikan di Jawa yang selama ini terhitung di tingkat nasional. Terima kasih Nono.

Baca juga: Opini Theresia Wariani: Belajar Etos dan Ilmu Mendidik dari Negeri Sakura

Lantas bagaimana cara untuk menjadikan NTT ini menjadi bangkit dan pintar? Cara terbaik adalah menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai untuk mendukung kenyamanan belajar peserta didik mulai dari Pendidikan PAUD hingga Perguruan Tinggi.

Memperhatikan jaminan kesejahteraan tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan dengan memberi upah yang layak standar Upah Minimum Regional (UMR) serta memerhatikan tenaga kontrak setiap tahun secara baik.

Menyediakan waktu untuk less private bagi siswa-siswi yang kurang mampu atau daya tanggapnya lemah. Dengan demikian bisa mengoptimalkan pendidkan di NTT menjadi lebih maju dan berkualitas dari masa-masa silam.

Jika beberapa hal ini diperhatikan dengan melek oleh Pemprov NTT maka saya yakin tanpa aturan masuk kelas jam lima pagi pun NTT bisa bangkit dan pintar.

Pandangan saya, aturan baru yang telah dikeluarkan Gubernur NTT ini sangat tidak relevan. Aturan Gubernur mewajibkan kegiatan proses belajar mengajar dimulai pada jam lima pagi merusak pendidikan di NTT.

Mengapa saya katakan demikian? Karena siswa-siswi tidak akan bisa menerima pelajaran dengan baik dalam keadaan mengantuk.

Selanjutnya akan terjadi tidur massal di kelas dan memimpikan materi sajian dari guru. Apakah dengan demikian pendidikan di NTT bisa bangkit dan NTT menuju pintar?

Baca juga: Opini Frans X Skera: Era Vuca

Sebaiknya Gubernur lebih fokus dengan program-program yang disampaikan sebelum terpilih menjadi Gubernur NTT.

Apakah program-program itu telah dijalankan dengan baik dan membawa perubahan besar-besaran di NTT? Maka sebagai salah satu aktivis pendidikan yang peduli dunia pendidikan maka saya dengan sangat berharap agar Gubernur menarik kembali aturan premature ini.

Lakukanlah penelitian yang matang dan komunikasi dengan pihak-pihak yang terkait untuk memberlakukannya agar tidak perlu adanya protes oleh masyarakat NTT dan Indonesia pada umumnya.

Pendidikan yang tepat sasar adalah pendidikan yang dilakukan saat aktif jam anak-anak bermain bukan saat jam anak-anak sedang tidur lelap.

Jam lima itu masih ada siswa yang tidur dan juga ada yang sudah bangun dan melakukan aktivitas belajar pribadi dengan pendampingan orangtua serta persiapan untuk pergi ke sekolah. Kalau kegiatan belajar mengajar dimulai pada jam lima pagi itu sangatlah tidak efektif dan menolong siswa.

Tujuan dari adanya aturan adalah membebaskan manusia kepada kebebasan yang membebaskan manusia dan menghantarnya kepada kebaikan yang berguna bagi masyarakat bangsa dan negara.

Namun aturan kegiatan belajar mengajar mulai pada jam lima pagi ini sangatlah tidak menolong.

Mari menetapkan aturan yang bisa menolong peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan di dalam menata NTT bangkit dan NTT yang pintar. (Penulis tinggal di Zimbabwe, Afrika)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved