Kaesang Berniat Terjun ke Politik, Hasto Ungkap Tradisi PDIP: Keluarga Inti Tak Boleh Beda Partai
Kaesang Pangarep yang menyatakan niatnya terjun ke politik, mendapat apresiasi yang sangat luar biasa dari partai-partai politik.
POS-KUPANG,COM – Kaesang Pangarep yang menyatakan niatnya terjun ke politik, mendapat apresiasi yang sangat luar biasa dari partai-partai politik. Salah satunya para elit politik di PDIP ( Partai Demokrat Indonesia Perjuangan ).
Bahkan Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto langsung memberikan batasan tentang tradisi yang selama ini terjadi di tubuh Partai Banteng Moncong Putih tersebut.
Dikatakannya, PDIP membuka pintunya lebar-lebar bagi Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi tersebut.
PDI Perjuangan, lanjut dia, merupakan pilihan yang tepat bagi Kaesang Pangarep untuk menapaki karier di dunia politik.
Baca juga: Kaesang Pangarep Mau Maju Pilkada 2024, Begini Reaksi Gibran dan FX Rudy
Hal itu mengacu pada sosok Joko Widodo yang sekarang jadi Presiden ke-7 RI, Gibran Rakabuming Raka yang kini menjadi Wali Kota Solo dan Boby Nasution, Wali Kota Medan.
Menurut Hasto, di PDIP terdapat aturan untuk kadernya, bahwa anggota keluarga inti, tak boleh berbeda partai.

Komitmen satu keluarga tidak masuk partai yang berbeda-beda, sangat penting untuk dibangun.
"Ya sekiranya (Kaesang, red) mau masuk ke PDI Perjuangan, karena kami ini punya aturan bahwa dalam satu keluarga tidak bisa masuk dalam pilihan partai-partai yang berbeda," kata Hasto kepada wartawan di Bandung, Jawa Barat, Sabtu 28 Januari 2023.
"Karena itu juga menunjukkan suatu emotional bonding, kesadaran, dan pendidikan politik itu dimulai dari keluarga," kata Hasto.
Politikus asal Yogyakarta ini menjelaskan, PDIP tentu sangat terbuka bagi Kaesang untuk bergabung dan mengajukan permohonan untuk bergabung ke PDIP.
Sebab dalam konteks keanggotaan, PDIP menggunakan stelsel aktif sehingga siapa pun itu, harus mengajukan permohonan kalau mau bergabung ke PDI Perjuangan.
"Mengapa ada stelsel aktif? Karena itu sebagai sebuah momentum bahwa ketika masuk ke partai, mereka harus menyatukan diri, harus merelatifkan kepentingan individunya, dan mengedepankan kepentingan kolektif partai," kata Hasto.
Kepentingan kolektif partai ini, lanjut Hasto, didorong oleh ide, pemikiran, gagasan, dan cita-cita bung karno dalam pemberdayaan wong cilik, rakyat marhaen.
"Karena itu lah harus muncul sebagai sebuah kesadaran bahwa berpolitik bukan untuk sekadar jalan pintas mencapai target individual, tetapi sebagai proses untuk mengikuti pendidikan politik dan kaderisasi serta bersedia ditugaskan oleh partai dalam bidang apa pun," kata Hasto.