Breaking News

Berita NTT

Bank Indonesia Proyeksi Inflasi NTT Tahun 2023 Akan Melandai

Adapun faktor pendorong dan inflasi Provinsi NTT pada tahun 2023 yakni Core Inflation, antara lain pandemi yang semakin melandai

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja saat mempresentasikan proyeksi inflasi tahun 2023 provinsi NTT pada Selasa, 10 Januari 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Bank Indonesia memproyeksi tingkat inflasi provinsi NTT tahun 2023 akan melandai.

Pada tahun 2023 inflasi Provinsi NTT diprakirakan akan melandai dan berada pada rentang 2,91 sampai dengan 3.91 persen (yoy) atau kembali pada rentang sasaran 3+1 persen.

Adapun faktor pendorong dan inflasi Provinsi NTT pada tahun 2023 yakni Core Inflation, antara lain pandemi yang semakin melandai sehingga mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian. Kemudian potensi kenaikan upah minimum seiring dengan penyesuaian kenaikan harga BBM.

Baca juga: Bank Indonesia Beberkan Hal yang Dilakukan Masyarakat Saat Terima Uang Palsu 

Volatile Food seperti rencana alokasi pupuk bersubsidi yang dikurangi dari 6 jenis menjadi 2 jenis pada 2023 sehingga berdampak pada produksi pertanian dan pasokan komoditas pangan serta kondisi perubahan iklim dan cuaca dapat berpengaruh pada pasokan tanaman pangan dan ikan.

Administered Prices yakni potensi kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang berdampak pada kenaikan harga rokok.

Sedangkan untuk faktor penahan inflasi di NTT pada tahun 2023 yakni Core Inflation seperti kenaikan suku bunga BI7DRR juga diprakirkana tertahan oleh meningkatnya suku bunga yang menurunkan ekspektasi inflasi masyarakat. 

Kemudian Volatile Food seperti harga CPO global yang terus melandai diiringi dengan pasokan minyak goreng yang tetap terjaga.

Baca juga: Panen Cabai Bersama, Bank Indonesia Siap Distribusikan 10 Ribu Anakan Cabai Ke Setiap Kabupaten 

Harga daging babi yang melandai seiring dengan terkendalinya virus ASF. Kemudian Gerakan Nasiona Pengendalian inflasi Pangan (GNPIP) yang terus berlanjut sehingga menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan pangan, Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang terus digalakkan untuk menjaga supply di daerah serta program pemerintah seperti Food Estate dan TJPS yang meningkatkan produksi pangan, sehingga pasokan terus tersedia.

Sementara untuk Administered Price seperti tarif angkutan udara yang melandai seiring dengan base effect yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan harga komoditas energi global yang terus melandai.

Dalam acara pamit pisah bersama media pada Selasa, 10 Juni 2023, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja memberikan rekomendasi ini kepada pemerintah provinsi NTT untuk mengatasi laju inflasi yakni dengan melakukan operasi pasar oleh pemerintah provinsi, kota dan kabupaten.

Baca juga: Deputi Kantor Perwakilan BI NTT Puji Pos Kupang Media Komunikasi Kebijakan Bank Indonesia

Kemudian direkomendasikan subsidi terhadap biaya angkut tetapi rekomendasi ini menurut Nyoman tidak dijalankan.

"Merealisasikan Kerjasama Antar Daerah dengan tujuan jika suplai terbatas bisa disuplai dari internalnya NTT, dari Maumere, Bajawa sehingga ketersediaanya ada dan harganya tidak melonjak,"ungkap Nyoman.

Serta lanjut Nyoman, pemerintah harus menjalin komunikasi secara intensif melalui media sehingga masyarakat tenang, tidak sampai terjadinya panic buying.

Pada tahun 2022, inflasi Provinsi NTT mencapai 6,65 persen (yoy), lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebesar 1,67 % (yoy). Angka inflasi ini  merupakan urutan kelima inflasi tertinggi di Indonesia. (dhe)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved