Pilpres 2024
Anies Baswedan Unggul di Banten, Tapi Kalah Telak dari Ganjar Pranowo di Jateng dan Jatim
Anies Baswedan, calon presiden dari Partai NasDem kuasai elektabilitas calon presiden di Banten dan DKI Jakarta. Elektabilitasnya ungguli Prabowo.
POS-KUPANG.COM - Anies Baswedan, calon presiden dari Partai NasDem kuasai elektabilitas calon presiden di Banten dan DKI Jakarta.
Di dua provinsi ini, Anies Baswedan bertengger pada posisi paling atas, menggungguli Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Sementara Ganjar Pranowo, Kader PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah, berada pada urutan kedua dan Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto di nomor buntut.
Fakta tersebut merupakan hasil dari jajak pendapat yang dilaksanakan oleh Poltracking Indonesia di Pulau Jawa.
Baca juga: Airlangga Hartarto Curi Perhatian Publik, Mampu Geser Prabowo Subianto Meski Beda Tipis
Di DKI Jakarta, misalnya, Anies Baswedan mengoleksi 49,6 persen diikuti Ganjar Pranowo 27,5 persen dan Prabowo Subianto 15,7 persen
Sementara di Banten dan Jawa Barat, Anies Baswedan tetap berada di posisi teratas.

Selengkapnya, hasil survei Poltracking Indonesia tersebut, kami sajikan berikut ini.
DKI Jakarta:
Anies Baswedan 49,6 persen
Ganjar Pranowo 27,5 persen
Prabowo Subianto 15,7 persen
Banten:
Anies Baswedan 47,6 persen
Prabowo Subianto 28,5 persen
Ganjar Pranowo 16,1 persen
Jawa Barat
Anies Baswedan 36,3 persen
Prabowo Subianto 30,8 persen
Ganjar Pranowo 18,7 persen
Baca juga: Anies Baswedan Diramalkan Bakal Gagal ke Pilpres 2024, Nasib Koalisi Perubahan Terancam Bubar
Jawa Tengah
Ganjar Pranowo 71,4 persen
Prabowo Subianto 10,8 persen
Anies Baswedan 9,0 persen
Jawa Timur
Ganjar Pranowo 36,1 persen
Prabowo Subianto 25,5 persen
Anies Baswedan 19,6 persen
Meski mengungguli hasil survei, namun Anies Baswedan belum aman. Pasalnya hingga saat ini baik Demokrat maupun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sama-sama belum melebur dalam tawaran NasDem untuk berkoalisi.
Sementara Partai NasDem sendiri tidak bisa sendirian mengusung calon, kecuali berkoalisi dengan partai lain untuk memenuhi syarat 20 persen presidential treshold.
Koalisi yang ditawarkan Nasdem pun hingga kini belum mendapat respon positip dari kedua partai.
Baca juga: Willy Aditya Bela Anies Baswedan: Safari Politik Itu Bukan Kampanye, Tapi Bentuk Pendidikan Politik
Mungkin karena itu, sehingga sejumlah pengamat menyebutkan bahwa koalisi tiga partai bersama NasDem, sangat rentan bubar.
Diprediksikan pula bahwa soliditas tiga partai tersebut, akan meredup sebelum Pilpres 2024. Koalisi itu akan bubar sebelum pesta demokrasi itu berlangsung.

Menurut Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, menyebutkan bahwa narasi yang saat ini disampaikan Anies Baswedan, masih terbatas.
"Yang utama adalah karena tiket yang belum utuh dan belum deklarasinya Partai Demokrat dan PKS," ucap Kamhar kepada Kompas.com, Minggu 18 Desember 2022.
Untuk diketahui, saat ini baru NasDem yang secara resmi mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai calon presiden.
Sementara itu, rencana pembentukan koalisi perubahan oleh Demokrat, Nasdem dan PKS, tak kunjung terealisasi.
Kamhar Lakumani meyakini, narasi yang disampaikan Anies Baswedan akan semakin berkembang bila koalisi tersebut resmi terbentuk.
"Termasuk untuk menegaskan sebagai antitesis pemerintahan Jokowi," jelasnya.
Meski begitu, Kamhar menyatakan, Demokrat hingga kini masih terus mendorong Ketua Umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono untuk maju mendampingi Anies sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Menurut dia, bila keduanya dideklarasikan sebagai pasangan calon, maka akan semakin menambah penegasan antitesis pemerintahan Jokowi.
Baca juga: Ganjar Pranowo Sosok yang Merakyat, Sering Keliling Jawa Tengah Gunakan Sepeda Motor
"Karenanya deklarasi Koalisi Perubahan dan berpasangannya Mas Anies dan Mas Ketum AHY pada saatnya nanti, akan menjadi game changer. Semakin cepat, semakin baik," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai, naiknya elektabilitas Anies Baswedan menurut survei berbagai lembaga merupakan imbas deklarasi pencalonan presiden yang diumumkan Nasdem pada awal Oktober lalu.
Momentum deklarasi pencapresan Anies dinilai tepat karena berdekatan dengan lengsernya dia dari kursi Gubernur DKI Jakarta.
"Memang elektabilitas Anies naik. Itu kan efek deklarasi. Momentum Anies ini kan desainnya luar biasa, sebulan sebelum lengser kan momentumnya mengarah ke Anies," kata Adi kepada Kompas.com, Jumat 16 Desember 2022.
Namun demikian, Adi menduga, naiknya elektabilitas Anies merupakan euforia sesaat.
Kini, publik mulai bosan dengan sosok mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu.
Sebabnya, narasi yang disampaikan Anies dalam setiap safari politiknya itu-itu saja. Anies juga tak melakukan manuver politik apa pun.
Baca juga: Ganjar Pranowo Membungkuk di Depan Puan Maharani, Ahmad Khoirul: Itu Cara Efektif Taklukan Bu Mega
Sebagai figur yang lekat dengan citra oposisi, Anies hampir tidak pernah menentang atau mengkritisi kebijakan Presiden Joko Widodo secara terbuka.
Padahal, basis massa Anies datang dari kalangan yang kontra terhadap Jokowi. (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS