Biogas Kotoran Ternak Babi Praktik Energi Baru Terbarukan di Sumba Timur NTT

Biogas yang berasal kotoran ternak babi sebagai salah satu praktik energi baru terbarukan (ETB) di Sumba Timur

Editor: Hasyim Ashari
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
PUKUL GONG - Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekda NTT, Ganef Wurgianto, A.Pi mewakili Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat memukul gong membuka secara resmi Diseminasi Hasil Riset BPS dan BRIN di hotel Aston Kupang pada Rabu, 23 November 2022. 

Hal ini juga lanjutnya, pihaknya nanti akan mengatur penelitian-penelitian ini yang bukan hanya dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tetapi juga melibatkan Universitas Nusa Cendana (Undana) untuk pengolahan pakan babi.

Ia juga menerangkan, di NTT untuk pengembangan revolusi hijau, tentunya harus memikirkan kondisi topografi dan lahan secara luas dan masif merupakan pertanian lahan kering. Sehingga untuk menghijaukan menggunakan sistem lahan kering. Tidak hanya menggunakan mekanisasi pertanian yang membutuhkan kolaborasi-kolaborasi pertanian dan pekerjaan umum.

Di sisi lain, EBT tidak bisa hanya dikelola oleh pemerintah tetapi berikan keyakinan kepada investor dan mengundang datang melihat sendiri potensi secara terperinci supaya investor menanam modal di NTT.

"Berikanlah kemudahan-kemudahan mereka. Kalau bisa dipermudah kenapa haru dipersusah," ungkapnya dalam konferensi pers Diseminasi Hasil Riset BPS dan BRIN.

Kemudian untuk masyarakat, menurutnya berbicara ekologi dan ekonomi jangan berpikir bertolak belakang tetapi harus bersinergi. Sehingga bisa mensosialisasi serta memberikan bimbingan-bimbingan teknis kepada masyarakat.

Baca juga: Pos Kupang Awards 2022, Sumba Timur Terima Penghargaan Kategori Inovasi Pencegahan Stunting

"Sehingga masyarakat melihat dari hasilnya seperti apa, dia akan mengikuti pola-pola yang kita ajarkan dalam memberikan bimtek maupun penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat," jelasnya.

Ia juga mengatakan, jika menguntungkan, pasti masyarakat mengikuti. Tetapi jangan mengajak masyarakat mencoba-coba karena akan menimbulkan antipati.

Pada pembangunan dengan visi ekonomi hijau atau green economy sangat penting untuk dapat dihasilkan produk yang ramah lingkungan serta penerapan teknologi ramah lingkungan. Tidak lupa juga praktik ekonomi dengan dukungan kearifan lokal.

Dalam kesempatan ini, Ir. Adi Hendrik Manafe M.Si - Kepala Bagian Umum BPS NTT menjelaskan kajian ini juga memperhatikan demografi. Kita tahu bahwa hasil sensus penduduk Indonesia pada 2020 berjumlah 270 juta jiwa.

"Ini tentu menjadi hal menari karena ini merupakan modal untuk melakukan kajian," ungkapnya.

Oleh sebab itu pelibatan aspek demografi yang menekankan dinamika kependudukan menjadi penting dalam paradigma ekonomi hijau. Pelibatan ini bukan hanya dari sisi kuantitas, namun yang jauh lebih penting adalah kualitas kependudukan itu sendiri.(dhe)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved