AHY di Kupang
Selamat Datang Ketum Demokrat AHY di Kota Kupang
Sebagai Ketua Umum Partai, AHY perlu turun ke akar rumput mendengar dan merasakan langsung jeritan dan kesulitan rakyat.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hari ini tiba di Kota Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tengggara Timur (NTT). Selamat datang di `City of Coral'. Ada dua agenda utama Ketum AHY selama dua hari di Kupang.
Selain melantik pengurus partai Demokrat dari 22 kabupaten/kota se-NTT, Ketum AHY juga memberi kuliah umum kepada civitas akademika Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang.
Kegiatan kuliah umum ini dilakukan dalam kapasitas Ketum sebagai Direktur Eksekutif Yudhoyono Institute. Unwira adalah salah satu universitas Katolik terbesar asuhan ordo Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini / SVD), di Indonesia. Unwira menjadi kampus terbesar kedua yang dikelola SVD di Asia, setelah Universitas Nanzan - Nagoya, Jepang.
Kunjungan Ketum AHY di kota Kupang - NTT bukan baru pertama kali. Kunjungan kali ini merupakan yang kedua, terakhir tahun 2021 ketika Wali Kota Kupang, Jefry Riwukore masih menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat.
Baca juga: AHY di Kupang, Gubernur NTT Jemput Rombongan AHY di Bandara El Tari Kupang
Kedatangan AHY waktu itu dalam rangka konsolidasi partai setelah upaya percobaan kudeta yang dilakukan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko gagal total. Setelah kudeta itu, Ketum AHY keliling Indonesia untuk konsolidasi internal, membangun kembali persatuan, untuk menghadapi ancaman hantu kudeta dari invisible hand kekuasaan terhadap kepemimpinan partai.
Lantas, adakah yang istimewa dari kunjungan Ketum AHY ke Kota Kupang kali ini, selain urusan seremoni melantik pengurus partai?
Barangkali sebagian kalangan melihat kunjungan Ketum AHY ke Kupang kali ini sebagai kunjungan biasa-biasa saja. Sebagai ketua umum partai, kunjungan seperti ini adalah sebuah rutinitas belaka. Memang begitulah seharusnya ketua umum partai politik selalu turun ke bawah untuk menyapa rakyat dan bertemu dengan para kader di akar rumput. Ketua umum partai sebagai pemimpin organisasi diharapkan sesering mungkin turun untuk melihat dan merasakan secara langsung apa yang menjadi kecemasan rakyat di akar rumput.
Meminjam istilah Jürgen Habermas, yang dituntut dari seorang pemimpin di alam demokrasi adalah komunikasi, bukan dominasi. Mendengarkan selain menjelaskan. Dialog dan bukan monolog.
Baca juga: Dua Agenda Penting Agus Harimurti Yudhoyono AHY Saat Berada di Kupang
Bagi Partai Demokrat dan barangkali juga untuk publik NTT umumnya, kunjungan Ketum kali ini sangat penting dalam konteks politik sekarang. Demokrat adalah parpol yang hingga saat ini konsisten di luar pemerintahan sejak 2014. Di era reformasi, Partai Demokrat pernah meraih suara tertinggi di DPR RI, dan kader utamanya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden selama 10 tahun (2004-2014). SBY menjadi presiden pertama di era reformasi yang dipilih secara langsung oleh rakyat. All love SBY.
Kalaupun sekarang Demokrat berada di luar pemerintahan, itu bukanlah kutukan yang harus ditangisi. Delapan tahun di luar pemerintahan adalah momentum bagi Demokrat untuk berkontemplasi. Melihat ke dalam dan menatap ke luar. Mengingat masa lalu dan menerawang ke masa depan. Juga waktu yang baik bagi rakyat untuk menilai rezim SBY disandingkan dengan rezim setelahnya.
Sebagai partai politik, Demokrat melihat kondisi rakyat sekarang tidak baik- baik saja. Entah di bidang ekonomi, entah di bidang politik, rakyat merasa rentan. Meminjam istilah Jürgen Habermas, terjadi kolonisasi sistem atas dunia kehidupan. Kapitalisme ekonomi dan oligarki politik menerabas dunia kehidupan warga. Mungkin penilaian demikian terlalu subyektif.
Atas penilaian subyektif itu, Demokrat ingin kembali bersama rakyat. Tagline Demokrat: " Harapan Rakyat, Perjuangan Demokrat", "Demokrat Peduli", "bersama rakyat melakukan perubahan dan perbaikan," adalah hasil kontemplasi setelah sekian tahun lebih dekat dengan rakyat. Partai Demokrat menangkap ada keresahan di masyarakat. Di tengah keresahan itu, ada juga harapan yang terus tumbuh.
Baca juga: AHY Diskusi dengan Para Dosen di Universitas Melbourne Australia, Dapat Banyak Kritikan
Demokrat ingin menjawab keresahan dan harapan rakyat itu. Mengapa harus peduli, karena itulah sejatinya tujuan partai politik, membahagiakan rakyat, karena di negara demokrasi, rakyatlah yang berdaulat, rakyatlah yang berkuasa. Pemimpin tanpa endorsed rakyat adalah tiran. Itulah keyakinan politik Demokrat. Jalan baru Demokrat di bawah Ketum AHY adalah berjuang bersama rakyat. Duka dan kecemasan rakyat adalah duka dan kecemasan Partai Demokrat, kegembiraan dan harapan rakyat adalah kegembiraan dan harapan Partai Demokrat.
Memahami harapan dan menyelesaikan permasalahan rakyat secara tepat, hanya akan terwujud jika penderitaan rakyat juga kita rasakan. Memahami apa yang menjadi kerisauan rakyat saat ini, tidak cukup hanya dengan menonton kisah pilu orang-orang kecil yang ditayangkan media sosial atau media televisi.
Kita harus ikut merasakan dan meresapi, agar kita bisa memahami. Ada banyak sebab yang membuat rakyat menderita. Ada yang menderita karena dililit hutang, karena menganggur, karena kehilangan pekerjaan, karena gagal panen, karena anak tiba-tiba sakit, karena tidak mampu membeli pupuk, tidak mampu membiayai rumah sakit, dan tidak mampu membayar uang sekolah anak di sekolah menengah atau di perguruan tinggi.
Sebagai Ketua Umum Partai, AHY tentu perlu turun ke akar rumput mendengar dan merasakan langsung jeritan dan kesulitan rakyat. Sebagai Ketua Umum Partai, AHY perlu
terus menerus memotivasi para kader untuk selalu berada di tengah-tengah rakyat guna merasakan dan memahami apa yang menjadi kesulitan dan harapan mereka.
Baca juga: Kader Demorkat, Simpatisan dan Warga Siap Sambut AHY di Kota Kupang
Komunikasi bukan dominasi. Dialog dan bukan monolog. Itulah yang diyakini sehingga Ketum AHY selalu membuka diri dengan kalangan intelektual kampus, kelompok yang secara ilmiah mampu merumuskan kegelisahan dan harapan rakyat.
Kelompok akademisi itu jugalah menyiapkan berbagai opsi untuk mengatasi kesulitan dan menemukan harapan. Itu pula sebabnya, Ketum AHY tidak pernah berhenti turun ke komunitas basis, untuk mendengar harapan rakyat. Harapan rakyat itulah yang menjadi perjuangan partai Demokrat. Tidak hanya Ketum AHY, segenap kader partai harus selalu menyapa rakyat, peduli dengan kesulitan rakyat.
Kehadiran Ketum AHY ke NTT kali ini harus dibaca dalam konteks itu. AHY datang bukan semata-mata untuk pelantikan para pengurus partai yang menjadi kaki tangannya di tingkat akar rumput dan komunitas basis. Sebagai partai politik, seperti juga partai-partai politik pada umumnya, Demokrat tentu memiliki ideologi, mempunyai cita-cita dan visi serta program kepartaian. Ideologi dan cita-cita tersebut tidak hanya berbeda dengan parpol lain melainkan juga tidak jarang berbenturan.
Partai Demokrat ingin membangun Indonesia menurut ideologi atau nilai-nilai perjuangan dan cita-cita yang dituangkan dalam konstitusi partai.

Indonesia yang dicita-citakan Partai Demokrat adalah Indonesia yang inklusif, Indonesia yang menjadi rumah untuk semua kelompok dan golongan, Indonesia yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, Indonesia yang mengakui kemajemukan dan memberi hak dan peluang yang sama kepada setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, baik pusat maupun daerah tanpa membedakan suku, agama, warna kulit, asal usul, aliran kepercayaan, dan bahasa. Dalam konstitusi partai Demokrat, semua itu dirangkum dalam satu rumusan ketat yakni "Nasionalis Religius" sebagai ideologi kerja dan haluan perjuangan partai.
Dengan ideologi "Nasionalis Religius", Demokrat ingin menegaskan dirinya sebagai partai yang mencintai bangsanya, berketuhanan, dan mencintai agama-agama dan aliran kepercayaan yang ada. Dengan begitu Partai Demokrat secara tegas menolak negara agama dan menolak dominasi agama tertentu dalam menjalankan pemerintahan negara. Karena keyakinan atas semua itulah, Demokrat dengan bimbingan cahaya ideologi perjuangannya berada paling depan dalam membela persamaan atau kesetaraan dan kebebasan (equality and liberty), memperjuangkan hak-hak kebebasan sipil seperti hak atas kemerdekaan berpendapat baik lisan maupun tulisan, dan membela hak berserikat.
Partai Demokrat juga memperjuangkan the rule of law, negara hukum, karena hanya negara hukum dapat menjamin kebebasan sipil dan kesetaraan.
Partai Demokrat sedari awal menjunjung tinggi doktrin dasar dalam negara demokrasi bahwa rakyat sebagai pemilik kedaulatan tidak hanya memerlukan `roti' melainkan juga kebebasan dan persamaan. Rakyat tidak hanya hidup dari roti, melainkan juga dari sabda. Maka jika rakyat lapar, seperti kata Wapres pertama Indonesia, Moh Hatta, jangan kasih mereka beras atau jagung tetapi berikan mereka hak untuk berbicara dan hak untuk berkumpul. Dengan kebebasan tersebut mereka bisa mencari sendiri makan.
Baca juga: BKH: Kader Demokrat Harus Membawa Masyarakat Keluar dari Masalah Sosial
Kita perlu merdeka, katanya, bukan karena kita tidak punya makan. Kita merdeka, tegas Hatta, karena kita ingin bebas dan kita ingin ada keseteraaan di antara kita. Dalam bahasa Soekarno, setelah merdeka kita ingin mandiri di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang budaya, dan berdaulat di bidang politik.
Itulah yang hendak diperjuangkan Partai Demokrat jika kembali mendapat kepercayaan dari rakyat untuk masuk lagi ke dalam pemerintahan.
Sebagai partai politik di negara demokrasi, Demokrat tentu berhak jika ingin kembali masuk ke dalam pemerintahan. Bukan semata-mata untuk mendapatkan kekuasaan tetapi lebih dari itu ingin menggunakan kekuasaan yang dipercayakan rakyat untuk mewujudkan cita-cita NKRI didirikan, yakni masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, terwujudnya cita-cita keadilan sosial.
Untuk memperjuangkan semua itu, Partai Demokrat ingin memanfaatkan kesempatan yang diberikan konstitusi negara untuk merebut kekuasaan dalam pemilihan umum (Pileg, Pilpres dan Pilkada) mendatang. Merebut kekuasaan itu adalah sah untuk partai politik manapun. Merebut kekuasaan itulah sejatinya tujuan setiap partai politik. Tidak ada partai politik di zaman now yang didirikan tanpa ada keinginan untuk merebut kekuasaan.
Merebut kekuasaan? Iya! Partai Demokrat ingin merebut kembali kekuasaan rakyat. Partai Demokrat pernah sepuluh tahun (2004-2014) dipercaya rakyat untuk melaksanakan pemerintahan negara. Untuk mewujudkan ideologi "Nasionalis Religius" dan masyarakat yang demokratis, berbagai program pro-rakyat telah dilakukan. Ada agenda empowering the people.
Baca juga: Beri Pendidikan Politik Bagi Kader di Matim, BKH Harap Partai Demokrat Berkuasa Pada Pemilu 2024
Sebut saja program KUR, PKH, PNPM, dan Raskin. Untuk Pendidikan ada program dana BOS, bea siswa Bidikmisi, Pamsimas untuk air minum bersih, dan Jamkesmas untuk bidang kesehatan. Ada pengangkatan tenaga kontrak, dari 3 juta tenaga kontrak telah diangkat 2,5 juta dalam kurun waktu Demokrat berkuasa. TNI, Polri, Pegawai Negeri dan para pensiunan menikmati kenaikan gaji setiap tahun. Selain itu pertumbuhan ekonomi terus didorong dengan membuka ruang investasi swasta disertai program penegakan hukum untuk memberikan jaminan kepastian kepada dunia usaha.
Episentrum pembangunan adalah manusia, bukan manusia untuk pembangunan. Itulah kredonya Demokrat jika berkuasa. Bukan hanya roti tapi juga sabda. Juga kelestarian lingkungan hidup diutamakan. Keadilan atau justice tidak hanya keadilan antara sesama warga tetapi juga keadilan dalam hubungannya dengan Tuhan selaku pemilik kehidupan, dan juga dengan lingkungan, dan dengan masyarakat atau negara. Itulah justice yang ingin diperjuangkan Demokrat jika kembali dipercayakan rakyat. Kunjungan Ketum AHY ke NTT secara implisit ingin menyampaikan kabar itu.
Dari Kupang, ibukota Provinsi NTT, Demokrat ingin memproklamirkan itu untuk rakyat Indonesia, rakyat di seluruh antero negeri. Dari NTT, sebuah provinsi yang masih terbelakang dalam banyak hal, Demokrat ingin memperbaharui janji dan komitmennya untuk benar-benar membangun Indonesia sebagai rumah yang aman, damai, dan adil untuk seluruh warganya.
Baca juga: Di Muscab NTT BKH Bawa Pesan SBY dari Lagu Bryan Adams Everything I Do. I Do It for You
Namun bukan hanya janji dan harapan yang kami tawarkan. Tokohnya juga kami siapkan guna menjamin harapan-harapan baik tadi dapat dilaksanakan. Itulah yang mendorong segenap kader Demokrat dari pelosok Provinsi NTT datang berbondong-bondong ke Kupang. Mereka ingin komunikasi dan berdialog serta menitip harapan kepada Ketum AHY agar ikut dalam kontestasi kepemimpinan nasional entah sebagai calon presiden entah sebagai calon wakil presiden.
Mereka siap berkorban dan datang dari 22 kabupaten kota, lewat darat, laut dan udara. Mereka datang bukan sekedar siap dilantik melainkan datang untuk menitip harapan rakyat bahwa saatnya telah tiba, Demokrat harus bersama rakyat memperjuangkan perubahan dan perbaikan. Bukan sekadar nostalgia atau sekedar menghadirkan kembali masa lalu yang pernah diraih melainkan untuk terus menerus ikut mengambil bagian dalam memajukan negeri.
Namun tagline Bersama Rakyat, Memperjuangkan Perubahan dan Perbaikan bukan untuk menghapuskan apa yang dicapai saat ini. Bukan untuk melupakan hari kemarin. Banyak telah dicapai tentunya karena kerja keras pemimpin sekarang. Yang baik kita pertahankan, jika perlu diperbanyak. Yang baik tapi belum selesai, kita lanjutkan. Yang telah dijalankan tapi keliru kita perbaiki, kita harus koreksi. Ini hal yang wajar dalam bernegara.
Perubahan juga kita lakukan, perubahan dalam hal penegakan hukum, perubahan orientasi dan sasaran pembangunan, dan perubahan komitmen agar kembali pada ikhtir menegakkan sistem demokrasi, dan negara hukum. Perubahan untuk menghentikan niat mengubah konstitusi untuk tetap berkuasa.
Baca juga: Tokoh Kritis NTT, BKH Raih Penghargaan Freedom of Speech
Demokrasi harus kita sehatkan kembali. Pola komunikasi dengan rakyat yang bersifat hegemonik, simbolik, penuh hoaks dan ujaran kebencian sungguh tidak menyehatkan demokrasi. Begitu juga buzzers sewaan negara untuk membuli mereka yang berseberangan dengan kebijakan pemerintah harus diakhiri.
Tantangan kita di depan mata masih banyak. Berbagai hambatan menuju kemajuan harus kita singkirkan. Demokrat hadir untuk menawarkan hal baru, untuk membawa harapan baru. Namun Demokrat tidak dapat berjalan sendiri. Bersama Rakyat, Partai Demokrat ingin melakukan perubahan dan perbaikan itu.

Jika sekarang Anda merasa masih berjalan di lorong gua yang gelap, Demokrat datang menyalakan lilin untuk menghantar Anda ke ujung lorong. Di ujung gua, ternyata dunia sudah banyak berubah. Yang kita lihat selama ini hanyalah bayang-bayang belaka.
Ketum AHY ingin membawa kabar itu. Kami segenap kader dan simpatisan Demokrat NTT menyambut kedatangan Ketum AHY dengan penuh sukacita. Sejenak tinggallah bersama kami dalam gua yang penuh bayang-bayang. Nyalakan lilin dan pimpin kami semua keluar dari lorong gua yang gelap, karena ternyata di luar sana ada terang sebenarnya: Equality and Liberty.(Benny K. Harman - Wakil Ketua Umum Partai Demokrat / Anggota DPR RI Dapil NTT 1)
Ikuti Berita Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS