Berita Sumba Barat
Bupati Sumba Barat Akui Peran Save the Children Indonesia Membawa Kemajuan Pendidikan di Sumba Barat
Banyak generasi muda dampingan Save the Children menjadi pejabat dan pemimpin diberbagai organisasi pemerintahan maupun organisasi non pemerintahan
Penulis: Petrus Piter | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter
POS-KUPANG.COM, WAIKABUBAK- Bupati Sumba Barat Yohanis Dade S.H mengakui kehadiran lembaga Save the Children Indonesia di Kabupaten Sumba Barat selama lebih kurang 9 tahun lamanya sejak tahun 2013 telah membawa dampak luar biasa bagi kemajuan pendidikan daerah ini.
Banyak generasi muda dampingan Save the Children Indonesia menjadi pejabat dan pemimpin diberbagai organisasi pemerintahan maupun organisasi non pemerintahan di daerah ini maupun di daerah lainnya di Indonesia.
"Secara pribadi, saya telah mengenal lembaga Save the Children sejak tahun 2014 pada saat menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Barat atau satu tahun setelah lembaga Save the Children Indonesia resmi bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Sumba Barat. Banyak hal terbangun baik antara pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Sumba Barat dengan Save the Children Indonesia," kata Yohanis Dade S.H.
Melalui Save the Children Indonesia merancang dan memprogramkan berbagai program bagi peningkatan pendidikan Sumba Barat, seperti program peningkatan kompetensi guru, penerapan metode belajar mengajar efektif dan berbagai kegiatan pendidikan lainnya yang membawa perubahan besar bagi kemajuan pendidikan Sumba Barat.
Karena itu, selaku Bupati Sumba Barat bersama seluruh jajaran pemerintahan Kabupaten Sumba Barat menyampaikan terima kasih banyak kepada lembaga Save the Children Indonesia yang dengan ketulusannya mau mengabdikan diri membangun pendidikan Sumba Barat termasuk perhatiannya terhadap persoalan sosial dan lingkungan hidup.
Bupati Yohanis Dade S.H ikut hadir pada acara 'Pekan Raya Perubahan” sebuah ajang anak-anak Sumba Barat memamerkan aksi nyata untuk atasi permasalahan lingkungan dan pengembangan karakter bagi anak muda di aula gedung Alfa Omega Waikabubak, Sumba Barat, Rabu 23 Nopember 2022.
Bupati Yohanis juga merespon positip terhadap berbagi persoalan yang diangkat anak-anak muda Sumba Barat berusia 13-17 tahun yang kini duduk dibangku SMP dan SMU sebagai agen perubahah Sumba Baat seperti masalah persampahan, air bersih, saluran got yang tersumbat, masalah lingkungan dan lain-lain menjadi perhatian penerintah ke depan.
Baca juga: Save the Children dan Pemkab Sumba Barat Diskusikan Pembentukan Rumah Belajar Humba
Dalam kesempatan itu, Bupati Yohanis menjelaskan, khusus masalah air bersih, pemerintah terus berupaya membangun jaringan perpipaan untuk melayani air bersih bagi masyarakat. Misalnya masyarakat Wailiiang, Kelurahan Wailaing, Kota Waikabubak, Sumba Barat sudah menikmati air bersih.
Masyarakat Wailiang tidak perlu lagi pergi jauh ke Waikeloh Sawah, Sumba Barat Daya untuk mandi dan cuci. Cukup putar kran, air mengair dan kebutuhan air terpenuhi.
Saat ini, sekitar 60 persen kebutuhan air bersih masyarakat Sumba Barat terpenuhi.
Pemerintah akan terus berupaya membangun air bersih bagi masyarakat di desa dan keluran diseluruh wilayah Sumba Barat. Dan pemerintah akan terus berupaya mengatasi persoalan lainnya demi kebaikan Sumba Barat ke depan.
Sementara Antya Widita selaku head of innovation and the digital programming Save the Children Indonesia dalam sambutannya mengatakan Save the Children Indonesia melalui Program Sumba Future Changemakers (SFC) berkolaborasi dengan tiga komunitas lokal di Kabupaten Sumba Barat yakni Sumba Cendekia, English Goes to Kampung dan Gerakan Peduli Sumba Barat menyelenggarakan Pekan Raya Perubahan (Festival of Change).
Melalui program Sumba Future Changemakers, anak-anak Sumba berusia 13-17 tahun yang tergabung dalam 14 kelompok diberi ruang untuk menjadi agen perubahan dengan cara mengidentifikasikan dan memecahkan permasalahan sosial dan lingkungan di sekitar mereka.
Solusi yang diciptakan anak kemudian diimplementasikan dalam kegiatan inkubasi yang dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober lalu.
Baca juga: Dampingan Save The Children, Sampah yang Menjijikkan kini menjadi Pundi-pundi Rupiah
Selain itu, anak-anak Sumba Barat juga didorong untuk melakukan advokasi terhadap isu-isu yang menjadi sumber kekhawatiran anak-anak kepada pemangku kepentingan setempat.
Lebih lanjut dikatakan, pekan raya perubahan diselenggarakan sebagai sarana bagi anak-anak Sumba Barat untuk melakukan advokasi yang lebih luas.
Dalam kegiatan ini, sebanyak 46 anak dibekali kemampuan untuk menjadi agen perubahan di komunitasnya. Acara ini berlangsung dari tanggal 15–27 November 2022 di empat kecamatan Sumba Barat, yaitu Kecamatan Kota Waikabubak, Kecamatan Wanokaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Loli.
Dalam Pekan Raya Perubahan, terdapat empat kegiatan inti yang diusung, yaitu Anak Muda Sumba Baomong Ide Inovasi (AMBIS) Talk, yakni rangkaian talk show yang diselenggarakan di tujuh sekolah asal peserta; Sesi Presentasi dan Diseminasi (SENSASI), yakni kegiatan ekspo pemangku kepentingan dari sektor yang berbeda,
Sesi Diskusi Asik (SEDIA), yakni sesi diskusi tertutup antara 14 kelompok pengusung proyek perubahan dan seorang tokoh inspiratif dan ditutup dengan kegiatan-kegiatan retret yang menjadi kesempatan melakukan evaluasi terhadap proyek-proyek yang sudah diimplementasikan.
Rangkaian kegiatan Pekan Raya Perubahan bertujuan agar anak-anak dapat mempresentasikan proyek-proyek sosial yang mereka usung kepada pemangku kepentingan lokal.
Mereka juga diharapkan dapat mempublikasikan implementasi serta dampak proyek-proyek mereka kepada media konvensional atau digital untuk mendapatkan eksposur yang lebih besar.
Baca juga: Save The Children Ajak Masyarakat Sumba Jangan Menyusahkan Anak
Dan yang terpenting, acara ini adalah kesempatan bagi anak-anak sebagai agen perubahan untuk merayakan kerja keras mereka selama Solve-a-Thon dan Inkubasi.
Informasi yang disampaikan oleh 14 kelompok agen perubahan dalam program Sumba Future Changemakers ini akan didengarkan oleh 500 anak SMP dan SMA di empat kecamatan Sumba Barat, perwakilan dari 15 institusi pendidikan, 200 orang undangan dari berbagai sektor, yaitu perwakilan pemerintah daerah, perwakilan sektor swasta, rekan-rekan media konvensional dan digital, serta figur publik.
Lebih lanjut, Antya Widita menggaris bawahi capaian penting dalam program ini, selain mewujudkan proyek-proyek perubahan dalam aksi nyata dengan hasil yang dapat diukur, proyek ini juga menunjukkan cara agen-agen perubahan mengidentifikasikan permasalahan yang mengusik mereka dengan berefleksi dari perspektif pemilik masalah.
Pada akhirnya, empati yang tumbuh dalam diri agen-agen perubahan menjadi krusial untuk menciptakan perubahan yang berkesinambungan.
Sumba Futures Changesmakers adalah bagian dari Program Sponsorship Save the Children dalam mengupayakan pemenuhan hak anak di Sumba, khususnya hak partisipasi. Program Sponsorship di Sumba Tengah dan Sumba Barat dijalankan sejak tahun 2014 dan akan berlangsung sampai tahun 2024.
Misi program yang didanai Sponsor ini adalah untuk memenuhi hak anak atas kesehatan dan kesejahteraan serta memastikan setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk bertahan hidup, belajar, dan dilindungi.
Program ini bertujuan untuk menjangkau 100.000 anak dan komunitas terkait anak dengan durasi program selama 10 tahun untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan anak-anak di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah.
Baca juga: Program School for Change Save the Children agar Dilanjutkan
Program sponsorship memiliki 5 program utama yaitu: Kesehatan Ibu dan Anak, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Kesehatan dan Nutrisi di Sekolah, dan Pengembangan Remaja.
Gerald dan Intan, dua peserta dalam kegiatan inkubasi program future changemakers mengatakan proses observasi langsung dalam menemukan isu atau masalah di sekitar membuat keduanya menjadi lebih peka dan berani mengambil peran dalam menyelesaikannya.
Sejak mengikuti kegiatan ini, keduanya merasa dapat mengembangkan minat dan bakatnya.
Bagi keduanya tidak hanya mendapatkan ilmu baru, tapi juga diberikan kesempatan untuk mempraktikan penggunaan design thinking dalam menyelesaikan isu terkait lingkungan khususnya tentang sampah.
Hal ini juga mendemonstrasikan kemampuan para pemuda agen perubahan untuk menunjukkan kontribusi mereka dalam berbagai permasalahan lingkungan dan sosial di sekitar mereka.
Kemampuan para pemuda ini tidak hanya dapat ditemukan dalam diri pemuda di Sumba Barat saja, namun juga dalam diri pemuda di berbagai daerah lainnya.
Pada akhirnya, yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak adalah mendengarkan dan memberikan ruang bagi para pemuda untuk mengambil aksi nyata untuk masa depan komunitas mereka.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS