Berita Nasional

Jokowi Sebut Tahun Depan Ekonomi Gelap, Waspada, Tapi Harus Tetap Optimistis

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut tahun 2023 tahun gelap untuk dunia akibat krisis pangan global. Hal ini kemungkinan turut melanda Indonesia

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/SEKRETARIAT PRESIDEN
OPTIMISTIS - Presiden Joko Widodo alias Jokowi bersama para pengusaha yang menerima penghargaan di acara Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37 yang digelar di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 19 Oktober 2022. Jokowi menyebut tahun depan ekonomi dunia gelap, tapi Indonesia harus tetap optimistis. 

POS-KUPANG.COM - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyebut tahun 2023 tahun gelap untuk dunia akibat krisis pangan global. Hal ini kemungkinan turut melanda Indonesia.

Meski demikian, Jokowi mengajak seluruh komponen untuk bersikap optimistis dan waspada karena Indonesia mengalami trend positif dalam pertumbuhan ekonomi.

"Kita semuanya harus tetap optimistis meskipun lembaga-lembaga internasional menyampaikan bahwa tahun ini sulit, tahun depan akan gelap," ujar Jokowi saat memberikan sambutan pada Trade Expo Indonesia (TEI) ke-37 yang digelar di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 19 Oktober 2022.

 

"Silakan negara-negara lain. Negara kita harus tetap optimis, tapi memang harus tetap waspada, harus hati-hati karena badainya itu sulit dihitung, sulit diprediksi, sulit dikalkulasi. Akan menyebar sampai ke mana, imbasnya ke kita seperti apa," ujar dia.

Menurut Jokowi, sikap optimisme tersebut didasari sejumlah indikator perekonomian Indonesia yang masih menunjukkan angka yang baik.

Indikator itu antara lain pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022.

Menurut Presiden, angka tersebut termasuk yang tertinggi di antara negara-negara G20.

"Kita patut bersyukur bahwa di tengah-tengah krisis, di tengah-tengah resesi, Indonesia di kuartal II masih tumbuh 5,44 persen. Ini wajib kita syukuri. Kita termasuk negara yang memiliki growth, pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negara-negara G20 maupun negara-negara lainnya," kata Jokowi.

Selain itu, inflasi masih bisa dikendalikan pada angka yang relatif rendah. Pada Agustus 2022, inflasi nasional berada pada angka 4,6 persen, pada kuartal II tahun 2022 berada pada 4,9 persen, dan naik sedikit ke angka 5,9 persen setelah pemerintah menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Kuartal II (inflasi) 4,9 persen, tapi karena kenaikan BBM kemarin, inflasi naik sedikit di angka 5,9 persen. Masih bisa kita kendalikan. Kemudian, tolong nanti dibandingkan inflasi kita dengan negara-negara lain, pertumbuhan (growth) kita dibandingkan dengan negara-negara lain," ujar Jokowi.

Selanjutnya, neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus selama 29 bulan berturut-turut. Dari Januari sampai September 2022, Presiden mengatakan, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 39,8 miliar Dolar AS.

"Ini jumlah yang tidak sedikit. Ini juga berkat kerja keras Bapak, Ibu sekalian," kata dia.

Analisis Litbang Kompas: Menjaga Keberlangsungan Suplai Pangan

Produksi pangan di setiap negara didorong untuk terus meningkat. Selain menciptakan kedaulatan pangan yang menyejahterakan petani, juga untuk memenuhi asupan gizi seluruh masyarakat.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved