Berita Manggarai Barat
Siswa SMP di Manggarai Barat NTT Cari Jaringan Internet Laksanakan Ujian di Tengah Hutan
Siswa dan para guru terpaksa harus berjalan kaki naik turun bukit sejauh 10 Kilometer ke tengah hutan untuk mencari lokasi yang internetnya stabil
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Keterbatasan Jaringan Internet di sekitar gedung sekolah membuat puluhan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Manggarai Barat NTT terpaksa harus melaksanakan ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di tengah hutan.
Kondisi ini harus dilalui 39 siswa-siswi kelas VIII (8) SMPN 6 Sano Nggoang, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat selama beberapa hari saat pelaksanaan UNBK.
Siswa dan para guru terpaksa harus berjalan kaki naik turun bukit sejauh 10 Kilometer dari lokasi sekolah ke tengah hutan untuk mencari lokasi yang internetnya stabil demi mengikuti ujian berbasis digital.
Sambil berjalan, para siswa dan guru juga membawa perangkat laptop sebagai alat penunjang saat mengikuti UNBK.
Menurut Ersa Sitinjak salah seorang staf pengajar SMPN 6 Sano Nggoang bahwa kondisi tersebut sudah terjadi sejak bulan Agustus, mulai dari simulasi, gladi hingga pelaksanaan ujian yang semuanya dilaksanakan di tengah hutan.
"Selama ini sejak simulasi dari bulan Agustus kami gelar dua hari di hutan, begitu juga gladi dua hari sampai pelaksanaan sejak hari Senin sampai hari ini kami laksanakan di hutan, " kata Ersa saat dihubungi Pos Kupang, Rabu 21 September 2022.
Baca juga: Pantau ANBK di SMP Negeri 1 Cibal, Wabup Manggarai : Ada Gangguan Jaringan Internet
Selain itu, lanjut dia, kondisi tersebut memaksa para guru dan siswa harus berada di tengah hutan dari pagi hingga sore hari, sebab ujian dilaksanakan dalam tiga sesi.
"Pelaksanaan ujiannya kami bagi menjadi tiga sesi mulai dari pagi, untuk sesi tiga sampai jam enam sore, jadi kami dari rumah bawah bekal memang. Sementara kalau lokasi yang sekarang kami berdiri ini jaringannya bagus, terkadang kalau lemot itu karena server pusatnya yang terganggu, " ucapnya.
Selain ketiadaan jaringan internet, dia pun menuturkan bahwa sebagian besar siswa tidak memiliki handphone sehingga para guru harus memberikan hotspot ke laptop agar para siswa bisa mengakses internet.
"Kami menggunakan HP bapa ibu guru untuk hotspot ke laptop, pakai data pribadi yang kami belanjakan dari anggaran dana BOS, " ungkapnya.
Menurut dia, kondisi ini selalu berulang tahun ketika pelaksanaan ujian maupun ketika adanya model pembelajaran baru yang dilakukan secara daring.
Baginya, kesulitan terbesar yang dialami adalah ketersediaan jaringan internet, disamping fasilitas pendukung seperti handphone dan laptop.
Baca juga: Kesulitan Akses Internet, Guru dan Siswa SMPN Henga, Sikka Berjuang Cari Sinyal Hingga ke Perbukitan
Ersa menuturkan, akses jaringan internet yang baik serta sarana pendukung lainnya jelas sangat dirindukan oleh siswa dan para guru.
Bagi dia, konektifitas jaringan internet merupakan kebutuhan vital dimasa sekarang karena semua hal menggunakan IT.