Berita NTT

DPRD NTT Minta Pemerintah Tingkatkan Edukasi dan Sosoialisasi Pencegahan Stunting di Masyarakat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi NTT atau DPRD NTT meminta agar pemerintah semakin meningkatkan edukasi dan sosialiasi untuk pencegahan kenaika

Penulis: Ray Rebon | Editor: Ferry Ndoen
DOK. POS-KUPANG.COM
Sekretaris DPD PDIP NTT, Yunus Takandewa 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi NTT atau DPRD NTT meminta agar pemerintah semakin meningkatkan edukasi dan sosialiasi untuk pencegahan kenaikan stunting di masyarakat.

Ketua Komisi V DPRD NTT, Yunus Takandewa menyampaikan kasus stunting merupakan isu nasional, dan Provinsi NTT menjadi titik fokus utama pemerintah pusat.

Politisi dari Fraksi PDIP ini berharap kasus stunting ini menjadi program prioritas pemerintah provinsi dibidang kesehatan maupun kesejahteraan sosial. Namun kata dia perlu adanya program-program yang harus ditanggapi serius oleh pemerintah Provinsi NTT.

Setelah melaksanakan kunjungan kerja dan pemantauan untuk mengamati kondisi dan fenomena lapangan, kata dia perlu ditingkatkan edukasi dan sosialisasi mengenai persoalan stunting di masyarakat.

"Pola edukasi sangat penting sekaligus menjaga dan melindungi serta perkuat program jangkauan terhadap bumil-bumil kita," ungkapnya

Menurut dia untuk memerangi stunting, wajib dilakukan sejak dini, yakni memberikan pahamanan kepada para ibu hamil yakni dengan edukasi dan sosialisasi untuk dapat melakukan pemeriksaan secara rutin demi menjaga kesehatan dirinya maupun janin.

Menurut dia, di Provinsi NTT sangat kental dengan pangan lokal yang tidak kala saingnya dengan faktor gizi yang ada pada makanan instan.

"Kita punya makanan lokal, sumber daya laut atau ikan yang cukup. Tapi hal ini terjadi pergeseran pola konsumsi dalam keluarga," 

Menurut dia pencegahan stunting harus dilakukan pada tahap seribu hari kehidupan pertama. Artinya perlu intervensi dalam hal gizi dan perlu menjaga pola konsumsi makanan.

Ibu-ibu hamil juga perlu melakukan pemeriksaan rutin pada pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Baca juga: Dukung Pemerintah Perangi Stunting, DWP Prov NTT Beri Makanan Tambahan Bagi Balita di Penfui Timur

"Faktor-faktor ini yang perlu dianggap serius disamping faktor eksternal," ucapnya

Disampaikan terdapat beberapa faktor sosial atau budaya setempat yang dapat menggangu proses kehamilan seorang perempuan, yang berdampak menjauh dari pusat pelayanan kesehatan maupun kehidupan sosial.

Disampaikan faktor eksternal seperti ibu-ibu hamil dengan faktor sosial atau budaya setempat yang belum diakui proses kehamilan atas proses pernikahan, menyebabkan ibu-ibu hamil "terlantar" atau menjauhkan diri dari pusat pelayanan kesehatan.

"Perlu ditingkatkan edukasi dan sosialisasi pencegahan stunting baik oleh pemerintah maupun pihak lain yang berkompeten dalam menangani kasus stunting ini," jelasnya

Dikatakan Komisi X DPRD NTT telah melakukan rapat koordinasi dengan mitra kerja yakni Dinas Kesehatan NTT, dimana dewan meminta untuk memperkuat atau meningkatkan edukasi hingga ke pemerintah paling bawah.

Edukasi sangat penting, dimana kata dia untuk memberikan pemahaman untuk pencegahan pada tahap seribu hari kehidupan pertama pada ibu hamil harus sungguh-sungguh dilindungi dan mendapatkan pelayanan maksimal.

"Saat lakukan kunjungan ke fasilitas kesehatas seperti puskesmas dan lainnya, berjalan sangat baik karena terapkan program jemput bola. Artinya para nakes lakukan penjemputan pada ibu-ibu hamil maupun para anak-anak untuk diberikan edukasi maupun pemeriksaan terhadap gizi mereka," sebutnya

Kata dia, para ibu hamil selain melakukan pemeriksaan rutin, juga wajib mengkonsumsi makanan lokal.

Ia mengungkapkan dengan perkembangan zaman, dan menjamurnya makanan instan langsung mendegradasi pemahaman zona gizi masyarakat.

Kata dia warga lebih banyak mengkonsumsi makanan instan yang nilai gizinya sedikit, dibandingkan makanan lokal yang punya kandungan gizi tinggi.

Ia menambahkan pemerintah wajib meningkatkan pola edukasi, sosialisasi maupun pelayanan kesehatan kepada warga masyarakat, khususnya ibu-ibu hamil.

"Para bumil harus dijangkau untuk selalu berikan edukasi, sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan ibu dan janis serta pola makan yang sehat," tegasnya

Ia mengaku para tenaga kesehatan selalu siap untuk berikan pelayanan kepada para ibu hamil maupun anak yang mengalami stunting. Namun kata dia masalah stunting harus dicegah secara masif atau menyeluruh denga pola gerakan.

Pola gerakan ini harus menyeluruh dengan melibatkan banyak pihak, seperti unsur pemerintahan hingga ke tingkat RT/RW.

Selain itu, pencegahan paling penting dari keluarga. Kata dia keluarga harus terbuka dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan pola makan yang sehat dan teratur.

"Semua orang harus terbuka, keluarga, pihak keagamaan hingga pemerintah paling bawah RT/RW untuk berikan perlakukan terhadap perempuan yang kategori hamil untuk dapatkan pemahaman yang baik, faskes yang memadai dan menjaga pola makan untuk menekan tingginya angka stunting di NTT," imbuhnya

"Keluarga atau ibu-ibu hamil harus terbuka dengan kehamilan maupun keadaan anaknya alami stunting maupun gizi buruk, agar mendapat penanganan secara serius hingga dapat pulih atau sehat," tandasnya. (*)

Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS

Ilustrasi anak sekolah
Ilustrasi anak sekolah (KOMPAS.com/yanukit)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved