Berita Nasional

Tanggapi Wacana Jokowi Jadi Cawapres Dampingi Prabowo, Projo: Sah-sah Saja, Tapi Rakyat Menentukan

Wacana menjadikan Joko Widodo alias Jokowi sebagai Cawapres untuk mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 terus mendapat tanggapan.

Editor: Agustinus Sape
Dokumentasi/Sekretariat Presiden
SERAHKAN KENDARAAN - Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat menyerahkan 40 unit kendaraan bermotor dari Kementerian Pertahanan kepada Komando Distrik Militer (Kodim) 1503/Tual, Maluku Tenggara, Rabu 14 September 2022. Muncul wacana untuk memasang duet Prabowo-Jokowi pada Pilpres 2024. 

Namun, kata Feri, konstitusi mengamanatkan bahwa jika presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, maka harus digantikan oleh wakil presiden sampai habis masa jabatannya. Ketentuan ini tertuang dalam Pasal 8.

Baca juga: PDIP dan Gerindra Sama-Sama Buka Peluang Duetkan Prabowo Subianto-Jokowi

Berangkat dari Pasal 7 dan Pasal 8 itu, presiden yang sudah pernah menjabat dua periode tidak boleh menjadi wakil presiden.

"Di titik ini tentu jadi masalah serius karena begitu presiden mangkat, lalu presidennya yang telah dua periode secara konstitusional dia akan otomatis melanggar pembatasan masa jabatan," kata Fery.

Fery mengatakan, pasal-pasal dalam konstitusi saling berkaitan. Oleh karenanya, Pasal 7 UUD tidak bisa dibaca sendiri tanpa mengaitkan dengan pasal-pasal lainnya.

Kepanjangan isu Jokowi tiga periode

Isu duet antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 dianggap sebagai kepanjangan isu Jokowi tiga periode yang gagal memikat publik.

"Wacana duet Prabowo-Jokowi pada Pilpres 2024 merupakan bentuk model keputusasaan harapan dan ketidakberdayaan menyakinkan masyarakat untuk mendukung wacana presiden Jokowi untuk tiga periode yang mendapat perlawanan keras dari rakyat sipil," ungkap analis politik Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, Kamis 15 September 2022.

Pangi beranggapan, isu Prabowo-Jokowi sengaja diembuskan dalam rangka menguji reaksi publik sekaligus mencari alternatif model lain supaya Jokowi tetap memegang kendali kekuasaan.

"Wacana ini menjadi santer diperbincangkan di ruang publik atau masyarakat, lalu melihat sejauh mana respons masyarakat dengan narasi duet maut tersebut," katanya.

Lebih jauh, Pangi sangsi bila duet Prabowo-Jokowi bakal sanggup meraih banyak suara seandainya betul-betul maju di Pilpres 2024.

Alasannya, kedua tokoh merupakan wajah lama. Baik Prabowo maupun Jokowi sudah duel vis a vis sejak 2014.

Prabowo bahkan pernah maju sebagai calon wakil presiden Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.

"Ada kemungkinan figur Jokowi tidak lagi sepopuler ketika maju pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019," ujar Pangi.

"Jangan lupa perilaku pemilih Indonesia itu juga akan kemungkinan jenuh, stagnan, mereka rindu figur-figur yang lebih segar, populis, dan membawa harapan baru di dalam visi capresnya," katanya lagi.

Di tengah wacana Jokowi cawapres,  hubungan Jokowi dan Prabowo Subianto terlihat makin mesra. Ketika berkunjung ke daerah-daerah Jokowi selalu membawa Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved