Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 5 September 2022, Aturan untuk Melayani, Bukan Memperbudak

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Aturan untuk Melayani, Bukan Memperbudak.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RENUNGAN - RP. Markus Tulu SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Senin 5 September 2022, dengan judul YAturan untuk Melayani, Bukan Memperbudak. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Aturan untuk Melayani, Bukan Memperbudak.

RP. Markus Tulu menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk 1Korintus 5:1-8, dan bacaan Injil Lukas 6-6-11.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Senin 5 September 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

 

Marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan juga dengan ragi keburukan dan kejahatan, melainkan dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.

Demikianlah ajakan bagi kita kaum beriman hidup di dalam kehidupan harian kita.

Bahwa kita diminta untuk berpesta bukan berarti hidup kita berfoya-foya, berlomba-lomba mengejar kenikmatan seperti hidup dalam percabulan, penjudian dan kemabukan.

Hidup bentuk ini adalah pencemaran terhadap tubuh yang murni dan kudus. Tidak saja berhenti di sini. Tapi lebih daripada itu adalah hidup dengan jiwa yang merana dan tersesat.

Kita diajak untuk berpesta dalam arti yang sebenarnya adalah hidup dengan sukacita iman. Karena betapa kita telah menjaga hati yang murni dan bersih yang tidak mudah dicemari dan dinodai.

Hidup dengan makan roti Surgawi yang menuntun nurani agar kita tetap hidup murni dan hidup benar.

Hendaklah hidup kita tidak mencontohi pola hidup para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Karena mereka menutup mata terhadap kebaikan dan perhatian penuh kasih terhadap sesama.

Mereka mengagung-agungkan aturan hari Sabat sambil menutup mata terhadap kasih yang menyembuhkan dan menyelamatkan.

Bahkan mereka menjadi begitu marah dan berunding untuk mengapa-apakan Yesus karena Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya pada hari Sabat.

Di sini jelas aturan hari Sabat itu tidak memiliki roh yang mengasihi dan roh yang menghidupkan.

Aturan seperti ini telah memperbudak manusia. Padahal aturan dibuat pada hakekatnya mesti untuk melayani manusia dan menyelamatkannya. Bukan sebaliknya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved