Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 31 Juli 2022, Setetes Air di Samudra

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Setetes Air di Samudera.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RENUNGAN - RP. Steph Tupeng Witin SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk Minggu 31 Juli 2022 dengan judul Setetes Air di Samudra. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Setetes Air di Samudra.

RP. Steph Tupeng Witin menulis Renungan Harian Katolik ini dengan mengacu pada Pengkhotbah 1:2:2:21-23; Kolose 3:1-5;9-11; dan bacaan Injil Lukas 12:13-21.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disiapkan teks lengkap bacaan Pekan Biasa XVIII, Minggu 31 Juli 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

Injil hari ini mengusik kita tentang kekayaan dan soal berbagi. Lembaga Alkitab Indonesia bahkan memberi judul perikop ini “Orang Kaya Yang Bodoh” untuk menggambarkan salah satu pengajaran Yesus soal kekayaan.

“Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku” (Luk 12:13).

 Yesus tahu yang diinginkan orang ini bukan keadilan, tetapi kekayaan. Orang Yahudi memandang warisan identik dengan identitas dan bekal bertahan hidup. Terbaca, orang itu hanya terpaut pada kepentingan sendiri.

Yesus melihat bahaya orang mempertuhankan benda dan menginginkan harta orang lain.  Yesus justru memberi peringatan soal ketamakan, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu” (Luk 12: 15).

Yesus tidak mengatakan bahwa orang tidak boleh menjadi kaya. Tidak ada salah memiliki harta. Dalam KS, Ayub terkenal sangat kaya.

Yesus justru mengajarkan agar hidup kita jangan tergantung dari kekayaan. Orang kaya menyandarkan hidupnya pada kekayaan tapi ketika jiwanya diambil, ia sendiri tidak menikmati hasilnya. Kekayaan seharusnya diinvestasikan untuk nilai-nilai abadi (Luk 13: 21).

Tuhan mengingatkan soal bahaya ketamakan yang bisa menimpa siapa pun. Ketamakan orang berkuasa menimbulkan tindak korupsi, ketamakan orang miskin menghalalkan pencurian. Orang hendak memiliki lebih dari yang sesungguhnya ia butuhkan.

Maka hal utama adalah disposisi atau sikap batin ketika memandang harta duniawi. Orang kaya (Injil) menimbun harta untuk kesenangannya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 30 Juli 2022, Matinya Nurani Kemanusiaan

Kita baca dalam Injil, penggunaan kata “aku” dan “ku” tercatat 13 kali (Luk 12:17-19) yang membuktikan bahwa disposisi batin orang itu bukan pada Allah, tapi ia mengandalkan diri dan harta benda.

Kata “bodoh” yang disemat padanya bukan karena daya nalarnya kurang berdasarkan patokan normal tapi karena ia sombong, mengandalkan diri, memuliakan harta benda dan mengingkari bahkan meniadakan Allah.

Ia tidak mempertimbangkan bagaimana menggunakan harta benda duniawi untuk mendapatkan harta surgawi. Ia tidak menghormati kaum miskin. Ia tidak berbela rasa kepada mereka yang menderita.

Halaman
1234
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved