Berita Kupang Hari Ini

Butuh Sinergitas Banyak Pihak Untuk Capai Target Transformasi Perpustakaan Inklusi Sosial di NTT

perpustakaan bukan hanya tempat membaca buku tetapi bagaimana menjual melalui media sosial oleh masyarakat.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
PUSTAKAWAN - Lidia, Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia saat mengikuti Stakeholder Meeting Provinsi Nusa Tenggara Timur di Hotel Sotis Kupang pada Kamis,14 Juli 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Untuk mencapai target program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di NTT,dibutuhkan sinergitas dari banyak pihak.

Disampaikan Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI, Drs. Dedi Junaedi, M.Si, bahwa program transformasi berbasis inklusi sosial yang digulirkan sejak 2012 melalui Perpus Seru, kemudian 2018 oleh Perpustakaan Nasional berdampak sangat efektif bagi masyarakat.

Dibuktikan dari bimtek (bimbinga teknis), Peer Learning Meeting (PLM) dan Stakeholder Meeting (SHM) yang dampaknya terasa sekali pada masyarakat, oleh karen itu dibutuhkan testimoni-testimoni. 

Baca juga: Stasiun Baca Nusantara Dirikan Perpustakaan Digital Untuk Siswa SD Lembata

"Program ini sederhana, tetapi berdampak sehingga didukung oleh Bappenas, bidang keuangan dan DPR,"ungkap Dedi kepada POS.KUPANG.COM pada Kamis, 14 Juli 2022.

Lanjutnya,jika program ini dimulai dari bimtek yang sesuai dengan konsep digital sekarang,teknik strategi perpustakaan,Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maka dalam kondisi sekarang, perpustakaan bukan hanya tempat membaca buku tetapi bagaimana menjual melalui media sosial oleh masyarakat.

Jika demikian,dibuktikan dengan memberikan bimtek, PLM, SHM dan evaluasi apa yang sudah dibuat,ternyata para peserta dalam tiga bulan sudah aktif berjalan yang tentunya sesuai dengan kemampuan dan kearifan lokal masing-masing daerah.

Meskipun produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus namun packaging (kemasan) masih menjadi problem bagi produk-produk ini.Mengenai kemasannya, tentu melalui SHM yang dilaksanakan di Sotis Hotel Kupang ini, mendapat dukungan dari Bappeda, Bank Indonesia, Bank NTT, UMKM, Industri untuk Packaging dan juga pemasaran perdagangan termasuk juga PKK, Kominfo sebagai leader IT di daerah juga dihadirkan.

Baca juga: Peserta Antusias Ikut Kelas Jurnalistik di Kelas Cinema Literasi Lembata Perpustakaan Daerah 

Tandas Dedi,dari semuanya itu, walaupun program ini mungkin dianggap berat,tetapi dikerjakan bersama-sama,saling mendukung bukan saling menyalahkan,saling kolaborasi untuk mencerdaskan anak bangsa.

"Sekarang hanya 2 persen yang buta aksara,sekarang bukan hanya baca aksara tetapi butanya sekarang adalah keterbatasan literasi,"ujarnya.

Sehingga kegiatan ini membutuhkan dukungan dan kerja sama terutama media sangat berperan penting dalam mengedukasi hal-hal positif bagi masyarakat.

"Anak-anak kita lulus S1 ternyata mereka hanya mau mencari kerja. Diharapkan mereka bisa menciptakan lapangan kerja dan kita ingin anak-anak tersebut bukan hanya lari kerja di kota tetapi juga menciptakan lapangan kerja di desa.Ini harus kita bangun,"ungkap Dedi.

Dirinya melihat perkembangan ini, tentu yang menjadi fokus utama program adalah Indonesia Timur,yaitu NTT, Sulawesi dan Papua jika dilihat dari potensi anak negeri di daerah khususnya di pedesaan yang memiliki semangat.

"Di Lembata dan Nagekeo,mereka itu mau belajar sampai testimoni,saya orang desa pun siap mampu untuk belajar.Jadi,saya bilang,di desa jangan merasa kalah,"katanya.

Baca juga: Dorong Budaya Literasi, Anita Gah Tantang Kades Bangun Perpustakaan Desa

Sehingga Perpustakaan berperan untuk memberikan fasilitas untuk belajar bahasa Inggris,bengkel handphone dan mereka merasa terbangun.Dengan semangat itu, perpustakaan sebagai provokator positif untuk belajar,jangan sampai tertinggal.

"NTT kenapa tidak sih? Banyak sejarah di sini,Frans Seda dari sini. Kenapa Tidka seperti itu? lihat, ternyata banyak menggeliat. Buktikanlah dengan semangat tetapi sekali lagi kalau ada keinginan dan harapan dari masyarakat itu, stakeholder,Bupati dan dinas di sana aktif merespon,"pungkasnya.

Dedi juga memohon agar keberhasilan di desa harus dimunculkan.Meskipun sekarang dana masih sederhana tetapi perpustakaan sudah mulai seksi.

Sekarang konsep transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial ditindaklanjuti dengan literasi yang berdampak di masyarakat.

Dedi melihat dari buku yang ada,peserta sudah tiga bulan sudah bisa mengemas produk mereka, seperti tempat tisu dan sebagainya.

"Tolong dong,bikin identitas siapa.Tulis di situ,hand craft siapa atau hand craft kelompok apa. Jadi, pemesanannya gampang dan kalau ada orang industri,pasti di Packaging,tolong dong diwarnai. Ternyata di Litas desa,sudah banyak yang pesen apalagi kalau ada medsosnya,"terangnya.

Baca juga: Rektor Unwira Kupang Sebut Perpustakaan Sebagai Jantung Perguruan Tinggi

Dosen dari Universitas Kristen Artha Wacana,Pendeta Dr. Mesakh Dethan,salah satu peserta SHM sekaligus mitra Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT menyampaikan ini pertemuan rutin yang harus digalakan dan memang literasi di NTT masih kurang, misalnya penulis-penulis lokal dan ditekankan bagaimana transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial betul-betul harus menjadi program bersama dan harus ada percepatan.

"Karena dari segi teoritis dan juga di beberapa tempat sudah, tetapi di desa-desa masih jauh api dari pandangnya,"tandasnya.

Mesakh juga meminta kepada Komisi V DPR  harus ada atensi anggaran karena menurutnya, NTT sudah memiliki Perda tetapi bagaimana implementasi Perda untuk mendukung kegiatan perpustakaan itu belum terealisasi.

Dalam hal ini, pemerintah diberi kuasa dan harus ada dukungan nyata Pemerintah sehingga ada sinergitas kolaborasi supaya NTT benar-benar bisa bangkit sesuai dengan jargon pemerintah, NTT Bangkit, NTT Sejahtera!.

"Mungkin Komisi V NTT ini harus proaktif untuk bagaimana implementasi dari Perda itu yang mendukung kegiatan-kegiatan literasi,"terangnya.

Baca juga: Dorong Budaya Literasi, Anita Gah Tantang Kades Bangun Perpustakaan Desa

"Untuk SHM,so far sudah bagus. Mungkin yang perlu kita sama-sama fokuskan adalah bagaimana mengoptimalisasi keterlibatan semua pihak sih,jadi tidak hanya dari perpustakaan tapi mungkin dari Pemda dan Perbankan,Bank NTT juga bisa. Yang saya tahu,dari B POM juga mereka ada program pendampingan UMKM,"jelas Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT,Lidya saat ditemui POS-KUPANG.COM di Sotis Hotel Kupang.

Lanjutnya,terkait bagaimana B POM tidak hanya mendampingi dari sisi pengolahan,tetapi juga sampai kepada proses perizinan. Sedangkan untuk BI sendiri juga sudah memiliki program pendampingan.Untuk kedepannya mungkin nanti bisa difokuskan ke arah mana program inklusi sosial ini.

"Kalau tadi kan dipaparkan banyak hal dari Taman Baca, programnya lebih ke sini ke sini,mungkin bisa kita sepakati lagi,lebih clear-kan lagi seperti apa maunya dan event apa yang mau kita laksanakan. Tadi,kalau dari hasil ini sih,masih belum jelas ya,arahnya ke mana,masih garis besar.Pada prinsipnya sih,kami dari Perpustakaan Bank Indonesia Provinsi NTT,siap mendukung program Inklusi Sosial dari Perpustakaan Nasional,"jelas Lidya.

Masih menurutnya,nantinya dukungan Perpustakaan Bank Indonesia seperti apa,tentunya akan disinergikan terkait dengan fungsi-fungsi Bank Indonesia.

"Kalau misalkan kita mau goal capai target kita besar, tentunya butuh keterlibatan banyak pihak," tutupnya Lidya.(*)

Berita Kota Kupang lainnya

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved