Berita Manggarai Barat Hari Ini
Pokmaswas Bangko Bersatu dan IPPK Lepasliarkan 315 Ekor Tukik ke TNP Laut Sawu
Mulanya masyarakat memburu telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan secara bebas.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi (IPPK) melepasliarkan sebanyak 315 ekor tukik atau bayi penyu kawasan konservasi Perairan Nasional (TNP Laut Sawu), Rabu 13 Juli 2022.
Kegiatan tersebut dilakukan di Pantai Kampung Bangko, Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat pada Minggu 10 Juli 2022.
Sebelum kegiatan pelepasan tukik dimulai, Tim IPPK memberi penjelasan dasar tentang seputar kegiatan pelestarian penyu dan tentang kehidupan penyu kepada lebih dari 70 warga yang hadir.
Baca juga: Peringatan BMKG soal Cuaca NTT Hari ini, Potensi Angin Kencang di Mabar, Kupang, Rote, Sabu & Sumba
Pantai Kampung Bangko sejak dulu dikenal sebagai salah satu daerah yang sering disinggahi penyu untuk bertelur. Mulanya masyarakat memburu telur dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan secara bebas.
Hal tersebut dilakukan karena mayarakat belum mengetahui status biota laut tersebut yang di lindungi karena diambang kepunahan.
Ketua Kelompok Penggiat Konservasi Pokmaswas Bangko Bersatu, Abdul Karim mengatakan, sebanyak 315 ekor tukik yang dilepasliarkan merupakan hasil penetasan dari kegiatan monitoring sepanjang pantai beberapa waktu lalu.
"Tukik yang dilepasliarkan hari merupakan hasil penetasan dari tiga sarang penyu. Sejauh ini sejak 2017, kami berhasil melepasliarkan 1.134 tukik ke laut Kampung Bangko yang merupakan kawasan TNP Laut Sawu).
Abdul menjelaskan, sejak terbentuk kelompok ini, kegiatan eksploitasi penyu mulai hilang, kini masyarakat beralih menjadi pelestari penyu.
Baca juga: Pemerintah Kabupaten Mabar dan Akunitas Gelar Pameran Karya Kreatif Manggarai Barat Bangkit 2022
Menurutnya, beberapa masyarakat mulai aktif terlibat dalam proses pelestarian penyu, hal itu terlihat dari aktifnya mereka terlibat dalam kegiatan mulai dari monitoring hingga pelepasan tukik.
'Untuk diketahui penyu merupakan salah satu binatang purba yang masih bertahan hingga kini. Penyu dianggap sebagai fosil hidup yang telah berevolusi, sampai saat ini hanya 7 jenis penyu yang bertahan hidup dari 30 jenis penyu yang ada di zaman purba. Sebanyak 6 jenis diantaranya dapat dijumpai di perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu abu-abu (Lephidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochely coriacea) dan penyu tempayan (Caretta caretta)," jelasnya.
Abdul menjelaskan, jenis penyu yang sering ditemukan mendarat untuk bertelur dipantai Kampung Bangko yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Pipih (Natator depressus), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dan Penyu abu-abu (Lephidochelys olivacea).
"Beberapa penyu yang ada di Indonesia diambang kepunahan. Hal tersebut dikarenakan akibat maraknya perburuan liar, pencurian telur, predator dan kerusakan habitat. Kondisi tersebut akan mengancam populasi berbagai jenis penyu. Perburuan telur penyu dan penangkapan secara ilegal menjadi ancaman serius bagi satwa dilindungi itu," katanya.
Baca juga: Pelepasan 19 Calon Jamaah Haji di Mabar Diwarnai Isak Tangis Keluarga
Pelestarian penyu, lanjut Abdul, sangat penting sehingga berbagai upaya dilakukan seperti pelestarian yang dilakukan kelompok masyarakat Desa Nanga Bere untuk mencegah satwa langka itu dari ancaman kepunahan.
Lebih lanjut, Abdul Karim menyampaikan, saat ini masyarakat yang tergabung dalam penggiat konservasi terus melakukan monitoring dan penjagaan sarang penyu tersebut dari serangan predator baik satwa liar maupun manusia.