Berita Sumba Barat Hari Ini

Save The Children Indonesia Gelar Kegiatan Sumba Future Changemakers 

diharapkan anak-anak tertantang menciptakan ide-ide baru, mencari solusi memecahkan masalah sosial dan lingkungan sekaligus membangun kepercayaan diri

Penulis: Petrus Piter | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/PETRUS PITER
FOTO BERSAMA - Peserta kegiatan Solve-A-Thon 2 dari program Sumba Future Changemakers, Save the Children Indonesia foto bersama. Tujuan dari kegiatan ini untuk memfasilitasi pembelajaran aktif bagi 45 anak Sumba Barat berusia 13-17 tahun dengan menggunakan pendekatan design thinking 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter

POS-KUPANG.COM, WAIKABUBAK - Lembaga NGO Save the Children Indonesia sangat peduli terhadap nasib anak-anak terkhusus di Sumba Barat. Lembaga ini membangun kepercayaan diri anak-anak Sumba dapat berkompetisi dengan anak-anak lainnya di indonesia.

Untuk itu melalui program Sumba Future Changemakers (SFC)  yang merupakan bagian dari program pengembangan remaja, NGO ini menyelenggarakan Solve-A-Thon 2, kompetisi inovasi berjangka pendek bagi anak muda berusia 13 - 17 tahun  secara daring dan luring  di Aula GKS Alfa Omega dan Aula SMU Karanu Waikabubak, Sumba Barat tanggal 26-30 Juni 2022.

Dari kegiatan ini, diharapkan anak-anak tertantang menciptakan ide-ide baru, mencari solusi memecahkan masalah sosial dan lingkungan sekaligus membangun kepercayaan diri agar dapat berkompetisi dengan anak-anak lainnya di indonesia.

Menurut David Wala selaku Sumba Field Manager Save the Children Indonesia di Waikabubak  Kamis  30 Juni 2022, program tersebut bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan anak-anak di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah.

Menurutnya, Save the Children Indonesia melalui program Sumba Future Changemakers (SFC) yang merupakan bagian dari program pengembangan remaja menyelenggarakan Solve-A-Thon 2, kompetisi inovasi berjangka pendek bagi anak muda berusia 13 - 17 tahun di Sumba Barat.

Kegiatan tersebut bertujuan memfasilitasi pembelajaran aktif bagi  45 anak Sumba Barat berusia 13-17 tahun dengan menggunakan pendekatan design thinking.

Dimana anak-anak dilatih untuk menjadi kritis dan kreatif, sebagai agen perubahan sosial yang mampu mengajukan masalah, melahirkan ide pemecahan masalah, dan mengimplementasikan ide perubahan sosial mereka.

Selanjutnya menyediakan ruang aman yang bermakna bagi anak-anak Sumba Barat untuk mengungkapkan diri dan terlibat dalam mencari solusi atas masalah-masalah sosial dan lingkungan memupuk solidaritas lintas-budaya, lintas-etnis, dan kolaborasi di antara anak-anak  berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.

Dan hasil yang diharapkan adalah ke-45 anak  terlibat melakukan praktek pemecahan masalah lingkungan yang mereka identifikasi dalam bentuk prototipe atau contoh sederhana.

Pada kegiatan ini,  Save The Children Indonesia berkolaborasi dengan komunitas lokal seperti Gerakan Peduli Sumba Barat, English Goes to Kampung, dan Sumba Cendekia.

Dalam kegiatan hari pertama yang dilakukan secara daring pada hari Sabtu, 26 Juni 2022, 45 peserta yang dibagi ke dalam 16 kelompok terlibat dalam kegiatan.

Agenda utama perkenalann dan konsep Empati yang merupakan tahapan pertama dari proses design thinking.

Tahapan empati ini adalah fase dimana peserta diajak untuk memahami masalah lingkungan yang hendak mereka pecahkan dari perspektif pemilik masalah atau pihak yang paling terdampak dari masalah tersebut.

Setelah diperkenalkan dengan konsep Empati, peserta diberi tugas rumah untuk melakukan observasi (lihat-lihat), wawancara (tanya-tanya), dan riset meja (baca-baca) untuk mencoba memahami penyebab dan akar masalah lingkungan yang hendak mereka carikan solusinya.

Selanjutnya pada hari kedua, kegiatan secara luring dimana peserta diajak  membagikan pengalaman dalam melakukan tugas rumah  pada hari sebelumnya, mendiskusikan penyebab masalah yang diangkat dan memilih salah satu penyebab masalah untuk dicarikan solusinya.

Proses pencarian solusi ini, peserta menggagas ide sebanyak-banyaknya sebagai solusi potensial untuk akar masalah yang hendak dipecahkan.

Dalam kegiatan hari ke-3 adalah menyaring dan memilih ide yang akan dibuat prototipe-nya. Seterusnya  mengembangkan prototipe atau contoh sederhana dari solusi yang mereka pilih.

Kemudian, prototipe ini ditunjukkan ke pemilik masalah untuk mendapat masukan dan diperbaiki  dan hari ke-4  adalah peserta mempresentasikan prototipenya untuk dinilai.

Selanjutnya, lima prototipe akan dipilih dan bersama dengan lima prototipe yang sudah dipilih pada Solve-A-Thon 1 dan lima prototipe yang akan dipilih dalam Solve-A-Thon 3, akan dikembangkan lebih lanjut dan diimplementasikan oleh anak-anak dalam periode  Agustus sampai dengan Oktober 2022.

Solve-A-Thon merupakan salah satu kegiatan utama Program Sumba Future Change Makers dari Save the Children Indonesia yang bertujuan  melatih dan meningkatkan soft skills anak-anak Sumba yang terdampak diskriminasi dan ketidakadilan untuk memampukan mereka berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi untuk menghasilkan proyek yang dapat mereka implementasikan sebagai agen-agen perubahan sosial di lingkungan mereka.

Sementara Grace, peserta dari  SMA Negeri 1 Waikabubak, Elisabeth Supusepa dari SMU Kristen Waikabubak, Dian Victoria Laka Putri dari SMU Kristen Waikabubak dan Ribka salah satu pemudi dari Prairame club mengaku senang mengikuti kegiatan ini.

Kegiatan ini  sangat menarik dan menantang  bagi anak-anak muda dalam menciptakan ide-ide baru dan dapat berinovasi.

Melalui kegiatan ini, anak-anak dapat menyalurkan perasaannya, bisa memperoleh ilmu baru serta dapat menggugah ide dan gagasan  anak-anak dalam mencari solusi suatu masalah lingkungan sekitar dan  mendapatkan pengalaman baru serta  menambah ilmu pengetahuan dari para tutor.(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved