Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Minggu Paska VII, 29 Mei 2022: Buya dan Doa Yesus
Buya, negarawan bersahaja yang hangat, inklusif dan kritis. Bahasa lisan dan tulisan di berbagai media sangat cerdas, kritis, tajam menghujam nurani
Kesatuan yang digagas Yesus bermakna misioner di tengah-tengah dunia (Yoh.17:25). Dunia itu menjadi alamat kasih Allah (Yoh.3:16). Kasih-Nya itu diterjemahkan melalui hidup dan pelayanan Anak-Nya.
Kini, kesaksian para murid menjadi sapaan bagi manusia melampaui sekat-sekat primordial. Kesaksian para murid terungkap dalam kesatuan berbasis kasih yang bersumber dari persatuan Tritunggal.
Kesaksian para murid menjadi titian bagi semua manusia untuk mengalami dan merasakan sentuhan kasih Allah.
Yesus menyatakan bahwa kesatuan yang sempurna hanya bisa dicapai kalau Allah hidup semakin utuh dalam diri kita.
Di sisi lain, kita berusaha hidup sederhana dengan menerima-Nya dalam diri kita. Kita juga berjuang memancarkan kehadiran Yesus dalam diri kita melalui pikiran, perkataan dan perbuatan.
Misi kemanusiaan kita adalah menghadirkan kasih Tuhan dalam perbuatan nyata. Hidup mesti menjadi titian kasih Allah bagi orang lain.
Kasih sebagai dasar kesatuan melampaui struktur-struktur luar, hukum, dogma, atau ritual ibadah. Tapi mengalir dari dalam diri ketika hati dan budi menyatu dalam kasih Tuhan.
Misi ini tidak hanya terbatas pada kita sebagai pengikut Kristus. Menjangkau semua orang yang berbeda tapi setia berusaha hidup berdasarkan kebenaran suara hati.
Kiblatnya adalah mengasihi mereka yang lemah, yang membutuhkan bantuan, yang tertindas serta yang menapaki jalan kasih dan bukan jalan kekerasan.
Kesatuan ini sesungguhnya terajut dalam berbagai tradisi agama yang berbeda. Melalui hati seperti ini, berdetak kerinduan akan damai, kebenaran dan kehendak untuk memuliakan persatuan di tengah kenyataan perbedaan (Nanang: 2019).*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 29 Mei 2022:

Bacaan I: Kis 7:55-60
Aku melihat Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah
Bacaan dari Kisah Para Rasul:
Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit; ia melihat kemuliaan Allah,
dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.