Perang Rusia Ukraina

Terinspirasi Perang Rusia vs Ukraina, China Pertimbangkan Invasi Taiwan? Ini Faktanya

Presiden China Xi Jinping telah meminta pejabatnya untuk mencari cara bertahan dari serangan dan sanksi dari Barat, seperti yang sudah dilakukan Rusia

Editor: Ferry Ndoen
Foto: Militer China
Pasukan China menggelar latihan pendaratan. Nampak kendaraan tempur infanteri lapis baja amfibi (IFV) dari sebuah brigade di bawah Angkatan Darat Grup ke-72 PLA melaju ke perairan selama latihan amfibi 1 Mei 2021. 

POS-KUPANG.COM - Presiden China Xi Jinping telah meminta pejabatnya untuk mencari cara bertahan dari serangan dan sanksi dari Barat, seperti yang sudah dilakukan Rusia dimana mampu menahan sanksi ekonomi Barat, karena Rusia menyerang Ukraina.

Apa yang dilakukan China ini menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu sedang mempersiapkan invasi ke Taiwan.

China diduga terinspirasi atas apa yang dilakukan Rusia pada Ukraina.

Regulator China telah mengadakan pertemuan darurat pada 22 April antara pejabat dari bank sentral China, kementerian keuangan, bank domestik yang beroperasi di China, dan pemberi pinjaman internasional seperti HSBC.

Sanksi ekonomi Barat yang keras terhadap Rusia mendorong pertemuan darurat.

Dimana Kementerian Keuangan China menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Xi Jinping telah disiagakan oleh pembekuan dolar yang mengejutkan.

Baca juga: Rusia Ternyata Bisa Hancurkan Semua Negara NATO dalam 30 Menit Jika Perang Nukli? Ini Faktanya

Berita itu muncul ketika Inggris dan AS mengadakan pembicaraan tingkat atas tentang bagaimana mengelola krisis di Asia, jika China menyerang Taiwan.

China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya meskipun negara kepulauan itu berada di bawah pemerintahan terpisah sejak 1949.

"Tak seorang pun di lokasi dapat memikirkan solusi yang baik untuk masalah ini," kata seorang sumber seperti dikutip Financial Times.

"Sistem perbankan China tidak siap untuk pembekuan aset dolar atau pengecualian dari sistem pesan Swift seperti yang telah dilakukan AS ke Rusia," katanya.

China sedang mencari langkah untuk memperluas jumlah renminbi yang beredar relatif terhadap kepemilikan dolar AS.

Salah satu idenya adalah memaksa perusahaan pengekspor China untuk membuang kepemilikan dolar mereka dengan imbalan renminbi.

Saran lain adalah untuk memotong kuota $50.000 yang boleh dibeli oleh warga negara China setiap tahun, untuk perjalanan ke luar negeri, pendidikan, dan pembelian luar negeri lainnya.

Solusi potensial lainnya seperti membanjiri beberapa kepemilikan dolar AS untuk Euro dianggap tidak dianggap praktis.

Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Wajah Dubes Rusia Berlumuran Darah Saat Peringatan Victory Day di Warsawa

Tetapi beberapa meragukan AS akan memiliki kapasitas untuk memberikan sanksi kepada China yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Rusia.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved