ARTIKEL

Hepatitis Jenis Baru, Apakah Berbahaya?

Hingga saat ini adenovirus tipe 41 menjadi salah satu hipotesis penyebab dari penyakit hepatitis akut

Penulis: Edy Hayong | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/HO-Dr. STEFFANY
Dokter Umum RSU Leona Kupang, dr. Steffany Maria Lainama 

Hepatitis Jenis Baru, Apakah Berbahaya?

 Oleh : dr. Steffany Maria Lainama*)

KEMENTRIAN Kesehatan dalam laman beritanya menyatakan bahwa masyarakat harus waspada pada kejadian Hepatitis Akut yang telah menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, serta belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022. Kejadian Hepatitis akut ini pertama kali ditemukan di Inggris dan Skotlandia Tengah pada 5 April 2022, sebanyak 10 kasus pada anak-anak berusia dibawah 10 tahun.

Dan pada 8 April, ditemukan sebanyak 74 kasus serupa di wilayah Inggris. Identifikasi virus hepatitis telah dilakukan namun tidak ditemukan virus hepatitis yang telah kita ketahui sebelumnya (virus hepatitis A, B, C, E dan D). Adenovirus dan Sars-CoV-2 juga teridentifikasi pada sebagian kasus baik sebagian co-infeksi ataupun diduga sebagai penyebab dari kejadian hepatitis akut yang saat ini berlangsung.

Baca juga: SMSI NTT Apresiasi Kepolisian Ungkap Pelaku Penganiayaan Wartawan

Hingga saat ini adenovirus tipe 41 menjadi salah satu hipotesis penyebab dari penyakit hepatitis akut. Adenovirus sendiri merupakan patogen umum dan merupakan penyebab infeksi yang bisa sembuh sendiri (self-limited infection). Gejala yang timbul umumnya gejala saluran napas, namun juga dapat menyebabkan gejala gastroenteritis (nyeri perut, muntah, diare, dll).

Kejadian hepatitis akibat infeksi adenovirus dapat ditemukan pada anak dengan kelainan imunitas, namun tidak pada anak sehat. Oleh karena itu hingga saat ini masih dilakukan identifikasi penyebab dari hepatitis akut ini.

Baca juga: Keceplosan Sebut Ariel NOAH Vokalis Paling Seksi, Luna Maya Salah Tingkah di Hadapan Sonny Tulung

Penyakit Liver misterius yang telah menyerang beberapa negara di Eropa, juga ditemukan di Asia, yaitu laproran kasus pertama kali dari Jepang. Pada 21 April, didapatkan anak dengan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya. Serta per 21 April, WHO menyatakan telah mendeteksi 169 kasus pada 10 negara di Eropa, dengan sebagian kasus terbanyak ditemukan di Inggris. Usia anak pada kasus tersebut bervariasi dari usia 1 bulan sampai 16 tahun.

Di Indonesia sendiri, sudah ditemukan 3 kasus pada pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusomu Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dan meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda.
Gejala yang timbul merupakan gejala hepatitis akut dengan peningkatan signifikan dari enzim liver, disertai kuning, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah).

Baca juga: DPO Tersangka Pengeroyokan Wartawan di Kupang Segera Serahkan Diri

Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Kebanyakan kasus tidak didapatkan peningkatan suhu tubuh. Untuk terapi definitif pada hepatitis akut ini sampai saat ini belum ditemukan. Beberapa kasus yang ditemukan di Inggris, bahkan memerlukan transplantasi liver.

Mengutip dari laman Kemkes, Juru bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang serta melakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan.

Baca juga: Hydra 15 Tas Eiger Dilengkapi Ruang Water Bladder Telah Hadir di Kupang

Organisasi Idai juga menghimbau, bila pada anak-anak ditemukan perubahan warna urin menjadi gelap, atau feses menjadi pucat, kuning pada kulit, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal, nyeri perut, diare, nafsu makan hilang wajib segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

WHO juga merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan pada darah, serum, urin, feses dan sampel dari saluran napas, serta biopsi liver bila memungkinkan. Serta fasilitas kesehatan wajib memberikan notifikasi ke dinas kesehatan setempat untuk peningkatan surveilans dan kewaspadaan di masyarakat.(*)

( dr. Steffany Maria Lainama Adalah Dokter Umum RSU Leona Kupang*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved