Berita Malaka Hari Ini

Warga Desa Boen di Malaka Mengalami Krisis Air Bersih

setelah air hujan di tadah dan air sungai diambil tidak langsung dikonsumsi namun direbus terlebih dahulu baru

Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/NOFRI LAKA
KRISIS - Salah satu warga Desa Boen, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka saat mengambil air di aliran sungai di wilayah tersebut karena krisis air bersih 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Nofry Laka

POS-KUPANG.COM, BETUN -  Warga Desa Boen, Kecamatan Rinhat, Kabupaten Malaka, sampai saat ini mengalami krisis air bersih. Mengatasi kondisi ini, warga terpaksa mengonsumsi air hujan dan air sungai untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 

Maria Magdalena salah seorang warga Desa Boen ketika ditemui Pos Kupang di kediamannya, Selasa 12 April 2022  membenarkan hal tersebut. 

Maria menuturkan, ia bersama keluarga mendiami wilayah Desa Boen sejak tahun 2000 hingga saat ini. Air hujan dan air sungai merupakan salah satu sumber penghidupan bagi mereka lantaran sumber mata air di wilayah tersebut tidak ada.

Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Rabu 13 April 2022, Pisces Fokus, Scorpio Percaya Diri, Leo Pengeluaran Lebih

"Jadi kami hanya berharap pada air hujan dan air sungai sehingga saat turun hujan kami tadah dengan ember dan jerigen serta fiber, tapi kalau tidak turun hujan mereka terpaksa mengambil air dari sungai untuk keperluan konsumsi dan lainnya," kata Maria ibu dari empat orang anak ini.

Diakuinya, tidak semua warga di Desa Boen memiliki fiber jadi bagi yang tidak memiliki fiber, ember dan jerigen menjadi salah satu wadah penampungan air hujan atau air sungai. Dan jarak tempuh warga Desa Boen ke sungai diperkirakan dua sampai lima kilometer. 

"Kalau kami mengambil air di sungai Boen berarti jarak tempuhnya diperkirakan dua kilometer, tapi kalau mengambil air di sungai Benenai Desa Wekeke jarak tempuhnya sekitar lima kilometer," ungkapnya.

Baca juga: Bantuan Subsidi Upah BPJS Ketenagakerjaan Cair April 2022, Begini 4 Cara Cek Penerima BSU Rp 1 Juta

Menurut Maria, mengambil air di sungai Boen bisa dilakukan dengan cara pikul menggunakan tenaga manusia akan tetapi mengambil air sungai Benenai harus menyewa pikap. 

"Jadi per tiga jeriken air ukuran 20 liter nilainya berkisar Rp 10.000. Kami tidak mampu beli tangki air karena penghasilan pasan-pasan," ungkapnya lagi.

Dikatakan, setelah air hujan di tadah dan air sungai diambil tidak langsung dikonsumsi namun direbus terlebih dahulu baru  dikonsumsi.(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved