Perang Rusia Ukraina
Profil Pengusaha Rusia Alex Konanykhin Rela Bayar Rp 14,4 Miliar Bagi yang Berhasil Tangkap Putin
kehebatan Alex Konanykhin, sosok yang rela mengeluarkan uang Rp 14,4 miliar bagi pihak yang dapat menangkap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Mantan bankir ini sekarang berprofesi sebagai pengusaha.
Konanykhin memulai kariernya dengan mendirikan bank swasta di Rusia menjelang akhir pemerintahan komunis.
Di tahun 1991, ia mendirikan Bank Pertukaran Rusia, lalu menjadi Presidennya.
Baca juga: Bursa Transfer Liga1: Persis Solo Bidik Gian Zola, Sudah Pisahan Sama Persela, Persib Jadi Pesaing
Bank tersebut menjadi lembaga pertama yang menerima lisensi perdagangan mata uang dari pemerintah Yeltsin.
Pada 1992, Konanykhin adalah satu diantara delegasi untuk menemani Yeltsin ke Washington DC, bertemu Presiden AS George H W Bush, dan ke Kanada bertemu Perdana Menteri Brian Mulroney.
Kala itu, Richard Sakwa menobatkan Konanykhin sebagai orang terkaya di Rusia dengan kekayaan bersih mencapai 300 juta USD.
Hingga saat ini, ia sudah mengembangkan sekitar 100 perusahaan berbeda di Rusia, menurut Wikipedia.
Sebagai pengusaha, Konanykhin aktif menjadi kontributor bagi media bisnis seperti Forbes dan Entrepreneur.
Berdasarkan catatan Forbes, ia adalah CEO dari TransparentBusiness, sebuah perusahaan yang mengembangkan teknologi untuk mengurangi korupsi dalam pengadaan layanan publik terkait Teknologi Informasi.
Dikutip dari Independent, Konanykhin punya sejarah yang rumit dengan pemerintah Rusia.
Di tahun 1992, ia membelot ke AS dan menjadi orang pertama yang diberikan suaka politik di Amerika Serikat karena menentang korupsi di Rusia pasca-Soviet.
Pada 1996, ia pernah ditangkap saat tinggal di AS, usai pihak berwenang Rusia mengklaim dirinya menggelapkan 8 juta USD dari Russian Exchange Bank.
Agen FBI bersaksi bahwa mafia Rusia telah membuat kontrak dengan Konanykhin, dan kasus itu diselesaikan dan ia diberikan suaka politik.
Suakanya dicabut beberapa tahun kemudian, tetapi deportasi Konanykhin akhirnya dibatalkan oleh Hakim Distrik AS, T S Ellis, yang menolaknya, dan mengatakan bahwa keputusan untuk mengembalikannya ke Moskow "tak disukai". (*)
Berita olahraga dan berita lainnya:
