Berita NTT Hari Ini

Pengamat Politik Unwira Sebut Kisruh Partai Demokrat NTT "Hidang" Dua Simbol Konflik Elit Politik

Mencari jalan keluar atau membiarkannya. Tetapi harus selalu ada terobosan berpikir bahwa konflik itu bukan kiamat. 

Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Pengamat Politik Unwira Sebut Kisruh Partai Demokrat NTT
POS KUPANG/GECIO VIANA
Pengajar Komunikasi Politik pada FISIP Universitas Katolik Widya Mandiri (Unwira) Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG - kisruh partai Demokrat NTT saat ini sedang menyuguhkan dua simbolik yakni pertama adalah masyarakat disuguhkan  tontonan tentang konflik para elit politik.

Para elit ini tidak atau belum menemukan solusi yang bisa memgakomodir kepentingan mereka. 

Kedua, masyarakat juga disuguhkan tentang kemampuan, kapabilitas dan rasionalitas para elit Demokrat memprkaktekan memanajemen konflik dalam situasi ini. 

Hal ini disampaikan pengamat komunikasi politik dari Unwira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona kepada Pos-Kupang Com, Jumat 11 Maret 2022.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik, Pemprov NTT Percepat Vaksinasi

"Saya justru membaca bahwa Konflik partai demokrat NTT ini justru akan berdampak positif bagi partai ini", tuturnya

Dalam Pandangan Marxisme, kata Mikael konflik itu sangat potensial untuk menggerakan perubahan dan transformasi sebuah masyarakat, lembaga, institusi dan kelompok. 

Jadi konflik Demorkat NTT ini bagian sejarah yang harus dilalui partai Demokrat NTT untuk mengalami transformasi dan perubahan. 

Apabila para elit Demokrat bisa memanajemen konflik ini pasca pelantikan pengurus DPD Demorkat NTT, maka partai ini akan bergerak ke arah yang lebih optimistik dan dinamis. 

Baca juga: Pemprov NTT Tidak Mau Berpolemik Pelantikan Wabup Ende

Tetapi apabila para elitnya gagal mengkreasikan konflik ini sebagai potensi besar untuk membuat partai ini lebih kuat, konsolidatif dan berenergi, maka partai ini akan larut dalam perpecahan berkepanjangan sampai tahun 2024 nanti.

Di mana resikonya adalah suara partai ini akan menurun. Sehingga para elit yang bertarung hanya mempunyai dua pilihan itu.

Mencari jalan keluar atau membiarkannya. Tetapi harus selalu ada terobosan berpikir bahwa konflik itu bukan kiamat. 

Dikatakan Mikhael, sebagaimana dalam perspektif perubahan sosial, konflik itu justru dibutuhkan untuk kemajuan dan perubahan. 

Baca juga: Ini Rincian Anggaran Belanja Negara untuk Pemprov NTT Tahun 2022

Dalam hal ini Demorkat NTT sedang mengalaminya. Jadi ini bukan sesuatu yang tabuh dan haram. 

Justru konflik semacam ini sebuah dinamika sosial yang lumrah. Apalagi dalam partai politik mana pun pasti ada faksi-faksi dan kubu-kubu yang saling bertarung. 

"Kuncinya adalah bagaimana para elit partai mengelola konflik tersebut secara strategis demi membesarkan partai", kata dia

"Jangan malah masuk ke dalam jebakan konflik tersebut dan berkubang di dalamnya sampai mengorbankan soliditas partai dan menurunkan moral kader", tambah dia.

Baca juga: Pemprov NTT Bersama Ombudsman RI Teken Renja 

Dalam kasus Demokrat, Leo Lelo sebagai Ketua dan Jeriko bisa dimediasi oleh seorang tokoh yang mungkin lebih netral posisinya juga lebih senior dalam partai atau dari luar partai agar ada jalan keluar.

"Karena fungsi politik itu kan mempertemukan berbagai kepentingan, perbedaan ide dan gagasan.  Sehingga dalam kebuntuan ini komunikasi politik menjadi vital sebagai solusi", tegasnya

Tetapi apabila hal ini tidak dilakukan maka kembali lagi kepada elit partai ini yaitu para pengurus yang baru untuk memaksimalkan konflik dan perlawanan kelompok Jeriko ini untuk menjadi potensi yg mampu mengkonsolidasi kader partai ini di NTT.

Karena konflik itu, kata dia dalam sejarahnya selalu menjadi potensi yang bisa memberi dua dampak. Pertama adalah kehancuran, tapi juga kemajuan dan perubahan ke arah yang lebih baik. 

Jika konflik Demokrat ini dimanajemen secara cerdas dan kritis oleh pengurus demokrat yang baru dilantik tadi, maka effeknya ke partai pun bisa menguntungkan. 

Misalnya ketika para kader Demorkat NTT melihat bahwa saat ini mereka sama-sama sedang mendapat ujian atau tantangan, maka jiwa korsa dan militansi mereka  dalam berjuang demi membesarkan partai bisa meningkat. 

Menurut dia konflik itu sebuah energi. Sebuah medium yang bisa secara kreatif dimanfaatkan sebagai perekat dn memompa spirit perjuangan dalam sebuah kelompok seperti partai politik. 

"Saya melihat bahwa konflik ini bukan sesuatu yang luar biasa. Ini wajar dan normal dalam dinamika berpatai. Tinggal saja para elitnya berkomunikasi", kata dia

"Jika tidak bisa dimediasi ya konflik ini tinggal saja dikreasikan sebagai energi pendodorng yang potensial dan berguna bagi perubahan dan konsolidasi partai demokrat NTT. Karena bagaimana pun juga mesin partai ini harus terus berjalan dan tidak bisa berhenti hanya karena konflik ini. Sebab taruhannya terlalu mahal untuk masa depan Demorkat NTT", tutupnya. (*)

Berita NTT Hari Ini

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved