Perang Rusia Ukraina
Pertama Dalam Sejarah, Jepang Kirim Jaket Anti Peluru ke Ukraina Seusai Menhan Kutuk Vladimir Putin
Menteri Pertahanan Jepang, Nobou Kishi mengutuk Presiden Rusia, Vladimir Putin atas keputusan cerobohnya melakukan agresi militer ke Ukraina.
POS-KUPANG.COM - Bantuan ke Ukraina kini mengalir dari berbagai negara di dunia, termasuk Jepang.
Dalam perang melawan Rusia, Pemerintah Jepang mengirimkan jutaan jaket anti peluru untuk tentara dan penduduk Ukraina.
Pengiriman jaket anti peluru ke Ukraina itu merupakan yang pertama kali dalam sejarah negara matahari terbit itu.
Keputusan tentang pengiriman jaket anti peluru ke Ukraina itu telah diambil pemerintah Jepang pada Jumat 4 Maret 2022 kemarin.
Dalam keputusannya, Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi mengatakan, jaket anti peluru itu disumbangkan Jepang di tengah perang melawan Rusia.
"Hari ini, di Dewan Keamanan Nasional telah memutuskan membuat penyesuaian untuk menyediakan rompi antipeluru, helm, pakaian cuaca dingin, tirai asap, kamera, bahan sanitasi, makanan darurat, generator, dan lainnya ke Ukraina."
Hal ini diungkapkan Menteri Pertahanan Nobuo Kishi (62) pada Jumat 4 Maret 2022.
Baca juga: Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva: Ingin Ukraina Jadi Tetangga yang Baik (Bagian-2/Selesai)
Untuk hal tersebut, Menteri Kishi mengatakan pihaknya baru saja menyediakan semua peralatan yang hendak dikirim tersebut.
Selain itu, katanya, ia juga telah menginstruksikan persiapan membangun sistem yang dapat mengangkut barang-barang itu dengan pesawat Pasukan Bela Diri (SDF) ke Ukraina.
Pengiriman jaket atau baju (rompi) anti peluru itu dimungkinkan berdasarkan UU yang telah disetujui tahun 2015 saat Jepang dipimpin PM Shinzo Abe.
Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa ada beberapa kemungkinan produk terkait militer dipasok ke luar Jepang.
Yang boleh dikirim keluar Jepang itu asalkan bukan senjata atau terkait persenjataan militer, bom dan semacamnya.
Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi juga mengatakan bahwa dalam pembicaraan dengan Presiden Ukraina Zelensky Jumat 4 Maret 2022 malam, ia telah menyatakan keprihatinan Jepang atas penyerangan di Ukraina.
Dia menyebutkan bahwa PM Fumio Kishida juga sangat prihatin dengan bom Rusia yang ditujukan serta meledak di pembangkit nuklir Ukraina Jumat ini 4 Maret 2022.
"Tak bisa dimaafkan perbuatan Rusia, dan saya menyampaikan gagasan bahwa Jepang, yang telah mengalami kecelakaan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Daiichi Fukushima, akan menyalahkan Rusia mengutuk keras tindakan tersebut," papar PM Kishida.
Rompi anti peluru di Jepang dijual bebas dengan harga sekitar 30-an ribu yen sebuah (perlindungan depan belakang).
Baca juga: Presiden Ukraina Selamat dari 3 Upaya Pembunuhan
Turki Kirim Drone ke Ukraina
Baru saja tiba di Ukraina, drone bantuan Turki ini mampu membuat Rusia panik.
Pasalnya, drone tersebut sukses menghajar konvoi kendaraan militer Rusia ke Ukraina.
Gara-gara drone tersebut, kini para pengamat militer dunia mulai membicarakan kecanggihan pesawat tempur tanpa awak tersebut.
Untuk diketahui, yang dikirimkan Turki ke Ukraina, adalah Drone Bayraktar TB2.
Pengiriman bantuan persenjataan itu dilakukan setelah Otoritas Turki bersuara soal agresi Rusia ke Ukraina.
Turki menyebut, pesawat tak berawak buatan Turki yang dikirim ke Ukraina, bukanlah bantuan militer negara tersebut.
Drone tersebut merupakan produk milik Turki yang dijual ke Ukraina untuk membantu militer negara itu berperang melawan Rusia.
Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Turki seperti dikutip dari Reuters, Jumat 4 Maret 2022.
Pernyataan itu mencuat dari pejabat Turki untuk menghindari ketersinggungan Rusia yang kini menginvasi Ukraina.
Turki merupakan Anggota NATO yang berbatasan laut dengan Rusia dan Ukraina dan memiliki hubungan baik dengan kedua negara itu.
Turki dikenal memiliki kerjasama erat dengan Rusia selama ini dalam hal energi, perdagangan, dan pertahanan.
Baca juga: Bisakah Paus Fransiskus Merundingkan Perdamaian Antara Rusia dan Ukraina?

Turki juga telah menjual drone Bayraktar TB-2 ke Kyiv dan menandatangani kesepakatan untuk memproduksi lebih banyak drone tersebut selama kunjungan Presiden Turki Tayyip Erdogan ke Ukraina bulan lalu, yang membuat marah pejabat Rusia.
Sebelumnya diberitakan bahwa Kementerian Pertahanan Ukraina telah menerima pengiriman baru drone bersenjata, yang telah terbukti efektif dalam beberapa tahun terakhir melawan pasukan Rusia dan sekutu mereka dalam konflik di Suriah dan Libya.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar pro-pemerintah Sabah, Wakil Menteri Luar Negeri Turki Yavuz Selim Kiran mengatakan Ukraina telah membeli drone dari Baykar.
"Ini bukan bantuan dari Turki. Ini dibeli dari perusahaan Turki. Tentu saja, kami bangga dengan produk ini," tambahnya.
Sejak Rusia melancarkan invasinya seminggu yang lalu, Kedutaan Besar Ukraina di Ankara telah memposting beberapa video yang mereka sebut sebagai drone buatan Turki yang menghantam sasaran Rusia.
Rusia sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan dengan sikap Turki yang menjual drone mematikan itu kepada Ukraina meskipun otoritas Turki mengaku tidak bertanggungjawab dengan drone yang telah dibeli.
Baca juga: Minta Keluarga Pindah dari Ukraina, Andriy Shevchenko Telepon Tiap 20 Menit, Ternyata Ini Hasilnya
Keampuhan Drone Turki
Angkatan Bersenjata Ukraina pada Minggu (27/2/2022) merilis rekaman video drone Bayraktar TB2 yang sukses melumat senjata Rusia.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valerii Zaluzhnyi mengatakan, serangan drone buatan Turki tersebut terjadi di dekat Kota Malyn, sekitar 100 kilometer barat laut Kiev.
Dalam video yang beredar, drone tersebut terlihat mengintai sistem rudal permukaan-ke-udara BUK Rusia dan menghancurkannya.
Duta Besar Ukraina untuk Turki Vasyl Bodnar juga mengakui keunggulan Bayraktar TB2. Menurutnya, drone tersebut sangat efisien untuk melawan pasukan Rusia.
Lantas, seperti apa kecanggihan Bayraktar TB2 Turki ini?
Spesifikasi Bayraktar TB2
Bayraktar-TB2 adalah pesawat tanpa awak jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang diproduksi oleh Baykar Makina.
Dilansir dari Army-technology, drone ini memiliki kecepatan jelajah 70-120 knot dengan ketinggian penerbangan operasional 27.030 kaki.
Pesawat tanpa awak itu juga mampu terbang selama 24 jam dengan jangkauan komunikasi sejauh 150 kilometer.
Memiliki rentang sayap 12 meter dan panjang bodi 6,5 meter, drone tersebut menampilkan desain yang mengintegrasikan struktur v-tail terbalik.
Baca juga: RAHASIA Presiden Vladimir Putin Kini Terbongkar, Ternyata Ingin Kuasai Ukraina Seluruhnya, Pantes!
Badan pesawat terbuat dari serat karbon, kevlar, dan komposit hibrida. Sedangkan segmen sambungannya merupakan bagian aluminium mesin kontrol numerik komputer (CNC) presisi.
Setiap sistem Bayraktar TB2 terdiri dari enam kendaraan udara, dua stasiun kontrol tanah (GCS), tiga terminal data tanah (GDT), dua terminal video jarak jauh (RVT) dan peralatan pendukung tanah.
Kendati hanya dapat membawa amunisi terbatas, TB-2 mampu menghancurkan kendaraan lapis baja.
Bayraktar TB2 dilengkapi dengan sensor statis Pitot, laser altimeter dan modul sensor alpha beta, serta sensor kecepatan, suhu dan tingkat bahan bakar. (*)