Perang Rusia Ukraina

Presiden Ukraina: Hai Kamu Orang Yahudi, Tidakkah Kamu Lihat Apa Yang Kini Dilakukan Vladimir Putin?

Sampai hari ini, perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berkecamuk. Rusia masih gencar menggempur Ukraina tanpa mau memberi ampun.

Editor: Frans Krowin
Via Intisari.Grid.ID
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Ukraina , Volodymyr Zelensky (kanan) 

POS-KUPANG.COM - Sampai hari ini, perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berkecamuk. Rusia masih gencar menggempur Ukraina tanpa mau memberi ampun.

Bahkan hingga detik ini, tak satu pihak pun yang mampu menghentikan kekejaman Rusia terhadap Ukraina.

Buktinya, sampai Jumat 4 Maret 2022 atau hari ke-9 invasi Rusia ke Ukraina, sejak Kamis 24 Februari 2022 lalu, Rusia tak henti-hentinya menggempur negara itu.

Bahkan saat ini, satu per satu kota di Ukraina telah berhasil direbut dan diduduki oleh pasukan Rusia.

Meski sesungguhnya Ukraina kini makin terdesak dari gempuran Rusia, namun Presiden Volodymyr Zelensky belum menyerah.

Melalui media sosial, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus menggalang dukungan dari negara-negara di dunia.

Kali ini, Presiden Volodymyr Zelensky meminta bantuan orang-orang Yahudi di seluruh dunia, untuk menekan Rusia agar menghentikan invasi ke Ukraina.

Baca juga: Presiden Ukraina Bebaskan Napi Untuk Perang Lawan Rusia: Bertempurlah Demi Bayar Dosamu pada Rakyat

Permintaan dukungan itu disampaikan oleh Volodymyr Zelensky dalam sebuah postingan video berbahasa Ibrani di halaman Facebooknya pada Rabu 2 Maret 2022.

Begini kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

"Saat ini Rusia berusaha menghapus Ukraina, negara kita dan sejarah kita," sebut Volodymyr Zelensky.

“Saya sekarang berbicara kepada semua orang Yahudi di dunia. Hai Kamu orang Yahudi, Tidakkah kamu lihat apa yang terjadi?

Itulah mengapa sangat penting bahwa jutaan orang Yahudi di seluruh dunia tidak tinggal diam saat ini,” tambah Zelensky yang juga seorang Yahudi.

Masyarakat dunia protes invasi Rusia ke Ukraina
Masyarakat dunia protes invasi Rusia ke Ukraina (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Volodymyr Zelensky juga menyebutkan, upaya Rusia untuk menghabisi orang-orang Yahudi dan sejarah Yahudi di Ukraina.

Ia merujuk pada serangan rudal Rusia sehari sebelumnya di situs peringatan Holocaust Babyn Yar.

"Kami semua dibom tadi malam di Kyiv, dan kami semua mati lagi di Babyn Yar akibat serangan rudal, dan ini bukti bahwa sejarah Yahudi sedang dihapus," katanya lagi.

Ia juga menjelaskan tentang bombardir Rusia di kawasan Kota Uman.

Baca juga: Pasukan Rusia Duduki Kota Kherson, Presiden Ukraina: Mereka Tidak Akan Tenang, Kami Akan Usir Mereka

Kota itu merupakan tempat ziarah kaum Yahudi di dunia karena di tempat itu terdapat makam seorang rabi Hasid,

seorang rabi yang sangat dihormati oleh orang-orang Yahudi.

“Semua situs-situs bersejarah itu terus menerus diserang oleh Rusia," katanya.

“Mereka tidak tahu apa-apa tentang ibu kota kita. Tentang sejarah kita.

Tapi mereka memiliki perintah untuk menghapus sejarah kita. Hapus negara kita. Hapus kami semua," katanya tentang invasi Presiden Vladimir Putin.

Menteri Luar Negeri Yair Lapid mengatakan Israel mengecam kerusakan sejumlah situs Yahudi tersebut,

Akan tetapi ia dengan tegas menahan diri untuk tidak mengidentifikasi Rusia sebagai penyebabnya.

Israel tampak enggan menyalahkan Moskow atas invasi tetangganya karena kekhawatiran atas kerja sama keamanan dengan Rusia di Suriah.

Bantuan Senjata Terus Mengalir

Gelombang pertama pejuang asing telah tiba di Ukraina untuk membantu mempertahankan negara tersebut dari invasi Rusia.

Hal tersebut disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui sebuah unggahan di Facebook, Kamis 3 Maret 2022.

"Ukraina sudah menyambut sukarelawan asing. (Yang) 16.000 pertama sudah dalam perjalanan untuk melindungi kebebasan dan kehidupan bagi kita, dan untuk semua," kata Zelensky.

Salah satu anak memegang tanda yang diterjemahkan sebagai 'tidak untuk perang'. Tiga anak tampak berada di belakang mobil polisi dalam foto yang dibagikan oleh seorang politisi oposisi Rusia.
Salah satu anak memegang tanda yang diterjemahkan sebagai 'tidak untuk perang'. Tiga anak tampak berada di belakang mobil polisi dalam foto yang dibagikan oleh seorang politisi oposisi Rusia. (FACEBOOK via MIRROR.CO.UK)

Sebelumnya, Pemerintah Ukraina telah meminta orang-orang di seluruh dunia untuk bergabung dalam perang melawan Rusia.

Tapi, sejumlah pemerintah seperti AS dan Inggris justeru menginstruksikan hal yang sebaliknya kepada warganya.

Yang dilakukan AS dan sekutunya saat ini, adalah mengirimkan bantuan kepada Ukraina dalam bentuk senjata dan bantuan.

Selain itu, mereka juga menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas serangan tersebut.

Baca juga: Pengusaha Rusia Buat Sayembara: Yang Penggal Kepala Vladimir Putin, Saya Beri Hadiah 1 Juta Dollar

Sementara itu, Zelensky tidak merinci dari mana saja para pejuang asing yang telah tiba di Ukraina itu berasal.

Dia juga memuji sekutu karena mengirim persenjataan ke Ukraina.

Zelensky mengatakan, negaranya menerima amunisi baru setiap hari dari mitra mereka, dari "teman sejati".
"Setiap hari kami memiliki senjata yang semakin kuat," kata Zelensky.

Zelensky juga mengumumkan rencana untuk membangun kembali Ukraina setelah perang usai.

Dia berujar, sebuah program telah dibentuk untuk membantu warga Ukraina yang kehilangan pekerjaan dan berjanji bahwa semua pensiun akan dibayarkan.

"Ukraina di semua wilayah yang hancur oleh perang menerima semua yang diperlukan. Markas koordinator bekerja secara penuh, kargo kemanusiaan sedang dalam perjalanan," ucap Zelensky.

Vladimir Putin Kirim Regu Elit Bunuh Presiden Ukraina

Dua regu elite Chechnya yang dikirim untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dikabarkan telah berhasil dilumpuhkan.

Dua regu elit Rusia tersebut, dikabarkan dikirim oleh Presiden Vladimir Putin untuk menghabisi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov, sebagaimana dilansir New York Post, Selasa 1 Maret 2022.

Menurut Danilov, pasukan elite Chechnya itu berhasil dilumpuhkan berkat bocoran informasi intelijen dari pasukan keamanan Rusia yang bersimpati pada Ukraina.

Baca juga: Diduga Jadi Pemicu Invasi Rusia ke Ukraina, Mengapa NATO Tidak Kirim Pasukan Bela Ukraina?

Dia mengatakan kepada saluran televisi Ukraina, Danilov berujar bahwa sejumlah sumber dari Federal Security Service (FSB) Rusia memberi tahu Kiev mengenai informasi intelijen yang dibutuhkan untuk melacak anggota regu elite Chechnya.

“Mereka dibagi menjadi dua kelompok, kami melacak mereka. Satu kelompok ditangani di dekat Hostomel (barat laut Kiev), yang lain ada di depan mata kami,” kata Danilov.

“Kami tidak akan menyerahkan presiden kami, negara kami. Ini tanah kami, pergilah,” tambah Danilov.

Menurut intelijen AS, Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari dengan tujuan menggulingkan Pemerintah Ukraina yang pro-Barat.

Jika berhasil maka Rusia akan memasang rezim yang baru, yang dinilai lebih bersahabat dengan Moskwa.

Kendati demikian, tidak jelas berapa banyak pasukan dari regu elite Chechnya yang terbunuh atau ditangkap oleh pasukan Ukraina.

Sebelumnya, Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov telah mengonfirmasi kehadiran pasukannya di Ukraina.

Chechnya merupakan wilayah otonom yang merupakan bagian dari Rusia.

Kadyrov sendiri merupakan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pasukan Chechnya bukan satu-satunya pasukan diyakini memburu Zelensky.

Anggota Grup Wagner, sebuah kelompok tentara bayaran dari Rusia, diperkirakan juga beroperasi di Ukraina dengan perintah untuk membunuh Zelensky.

Baca juga: Gagal Incar Putin, Amerika Kini Targetkan Orang-orang Dekat Presiden Rusia, Siapa? Ini Daftarnya

Penduduk Ukraina berdarah Yahudi kini hidupnya terlunta-lunta sejak Rusia melakukan agresi militernya ke Ukraina, Kamis 24 Februari 2022 lalu.
Penduduk Ukraina berdarah Yahudi kini hidupnya terlunta-lunta sejak Rusia melakukan agresi militernya ke Ukraina, Kamis 24 Februari 2022 lalu. (intisari.grid.id)

Ribuan Orang Yahudi Kini Terlunta-Lunta di Ukraina

Sejak invasi Rusia ke Ukraina Kamis 24 Februari 2022 lalu, hingga kini kehidupan masyarakat praktis lumpuh.

Jutaan orang termasuk ribuan orang Yahudi, kini terlunta-lunta di jalanan.

Meski fakta du Ukraina seperti itu namun Vladimir Putin kini terus memerintahkan pasukan untuk memperkuat pertahanannya.

Putin bahkan memerintahkan kepala pertahanannya untuk menempatkan "pasukan penangkal" nuklir dalam siaga tinggi sejak Minggu 27 Februari 2022.

Tahun lalu, ketika ketegangan antara Ukraina dan Rusia mulai meningkat pada bulan November, beberapa pejabat Israel mengatakan mereka sedang mempersiapkan gelombang imigrasi massal dari Ukraina.

Rencananya 200.000 orang Yahudi yang memenuhi syarat dapat berimigrasi ke Israel di bawah Hukum Pengembalian.

Sejauh ini, gelombang tersebut belum terwujud dalam skala seperti yang direncanakan tersebut.

Namun kedutaan Israel bersama dengan kedutaan asing lainnya, dari Kyiv ke Lviv, bulan ini telah mendaftarkan permohonan dari sekitar 3.000 warga Ukraina yang belum menjadi warga negara Israel untuk berimigrasi ke sana.

Seakan sejarah terulang kembali, di seluruh Ukraina, orang-orang Yahudi menjadi pengungsi lagi.

Baca juga: Pengusaha Rusia Buat Sayembara: Yang Penggal Kepala Vladimir Putin, Saya Beri Hadiah 1 Juta Dollar

Saat pasukan Rusia memasuki Ukraina dan mengebom kota-kotanya, banyak warga Ukraina mengungsi ke negara lain.

Menurut The Guardian, penyeberangan melalui perbatasan di barat dan selatan menjadi jalur bagi 100.000 pengungsi internal.

Beberapa orang Yahudi yang tinggal di Ukraina - yang berjumlah setidaknya kurang lebih 43.000 - adalah bagian dari usaha migrasi tersebut.

Melansir Times of Israel, Minggu 27 Februari 2022, lebih dari 100 orang telah tewas dalam pembomn yang meledak di dekat makam Rabi Nachman dari Bratslav, seorang tokoh abad ke-18 dan pendiri gerakan Breslov Hasidic.

Setiap tahun di sekitar Rosh Hashanah, sekitar 30.000 orang Yahudi berkumpul di kuburan.

Selama bertahun-tahun, ratusan pengikut Breslov, sebagian besar dari Israel, menetap di Uman, yang saat ini memiliki populasi Yahudi sekitar 200 sepanjang tahun.

Dalam konsep budaya Yahudi, ada istilah Aliyah yang berarti imigrasi Yahudi ke Tanah Israel. Tindakan kebalikannya, emigrasi Yahudi meninggalkan Israel, disebut Yerida.

Baca juga: Presiden Ukraina Bebaskan Napi Untuk Perang Lawan Rusia: Bertempurlah Demi Bayar Dosamu pada Rakyat

Konsep ini dizatur dalam hukum yang mengizinkan setiap orang Yahudi hak hukum untuk mendapatkan bantuan berimigrasi dan menetap di Israel, serta kewarganegaraan Israel secara otomatis.

Sejarah mencatat, 6 juta orang Yahudi tewas dibantai di seluruh penjuru Eropa selazmza Perang Dunia II.

Kekejaman Nazi Jerman pimpinan Hitler ini tak ayal membuat semakin banyak warga Yahudi ingin meninggalkan Eropa menuju ke berbagai tempat. (*)

Simak Artikel Lain Terkait Perang Rusia Ukraina  

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved