Perang Rusia Ukraina

Vladimir Putin Mendidih Komandan Pasukan Khusus Rusia Tewas Ditembak, Akankah Pasukan Bakal Ditarik?

Presiden Rusia, Vladimir Putin seakan berada di persimpangan jalan. Ia kaget lantaran komandan pasukan khusus yang dikirim ke Ukraina tewas tertembak.

Editor: Frans Krowin
Tribunnews.com
SERAHKAN DIRI - Puluhan tentara Rusia menyerahkan diri ke pasukan Ukraina. Lima helikopter dan puluhan tank Rusia hancur dihantam senjata berat Ukraina. Akankah Rusia kalah dalam perang melawan Ukraina? (dailymail.co.uk) 

Vladimir Putin dikatakan semakin marah dengan upayanya yang terhenti untuk menaklukkan Ukraina, dan belum mengeluarkan pidato publik dalam beberapa hari.

Api dan tenaganya jauh melebihi jumlah Ukraina, dan secara luas diyakini bahwa Rusia pada akhirnya akan menaklukkan tetangganya.

Tetapi pertahanan efektif yang mengejutkan yang dipasang oleh negara yang lebih kecil itu telah mencoreng prestise militer Rusia dengan buruk, dengan Kremlin masih jauh dari tujuan mereka untuk merebut ibu kota Kyiv dan mendirikan pemerintahannya sendiri.

Pada Minggu pagi, muncul rudal Rusia menghantam situs pembuangan limbah nuklir di luar Kyiv - dan menghancurkan peralatan yang dapat mendeteksi kebocoran bahan radioaktif, karena terungkap bahwa setidaknya 240 warga sipil Ukraina telah tewas.

Baca juga: Perang Rusia Ukraina Meletus, Kota-kota di Ukraina Dihujani Artileri

Pembaruan mengerikan yang dibagikan oleh situs berita Ukraina BNO Sunday mengatakan: 'Sebagai akibat dari pemboman massal Kyiv dengan semua jenis senjata anti-pesawat dan rudal yang tersedia untuk Federasi Rusia, rudal yang menghantam tempat pembuangan limbah radioaktif Kyiv Cabang dari perusahaan khusus Negara 'Radon.'

BNO mengklaim bahwa 'tidak ada bukti kebocoran', tetapi kemudian menguraikan dengan mengatakan bahwa 'sistem pemantauan radiasi otomatis gagal' - yang berarti bahwa bahan nuklir berbahaya bisa saja tumpah.

Pernyataan yang dibagikan outlet tersebut mengatakan bahwa 'penilaian awal' menunjukkan tidak ada 'ancaman paparan radioaktif' kepada orang-orang di luar sekitarnya, dengan pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan ketika area tersebut dibuat aman.

Ledakan itu terjadi ketika dua kota Ukraina diguncang oleh ledakan Rusia pada dini hari Minggu ketika Vladimir Putin meningkatkan invasinya - setelah diklaim bahwa dia marah dengan kurangnya kemajuan pasukannya.

Jumlah Kematian Versi PBB

PBB merilis angka kematian resmi pertama pada hari Minggu, dengan mengatakan bahwa setidaknya 240 warga sipil sejauh ini telah tewas dalam konflik tersebut.

Pada Sabtu malam, seorang wanita tak dikenal menjadi korban terbaru dari konflik setelah peluru artileri Rusia menghantam sebuah blok apartemen perumahan sembilan lantai di Kharkiv, membunuhnya saat dia duduk di dalam.

Surat kabar lokal The Kyiv Independent menulis bahwa sebuah depot minyak telah diledakkan di Pangkalan Udara Vasylkiv.

Kota yang terletak sekitar 40 kilometer barat daya Kyiv, dekat dengan bandara utama. Sebuah pipa gas juga diledakkan di Kharkiv, sebuah kota di Ukraina timur yang terletak dekat dengan perbatasan Rusia.

Rekaman video menunjukkan awan jamur memenuhi langit kota saat saluran bahan bakar hancur, dengan sekelompok orang yang merekam klip mendengar teriakan kaget saat bola api meletus ke langit.

Baca juga: Laut China Selatan Belum Perang, Rusia & Ukraina Memanas, Pasukan Kremlin Dikumpulkan di Perbatasan

Tidak jelas apakah ada yang terluka atau terbunuh oleh kedua ledakan tersebut.

Stasiun TV Ukraina Nexta membagikan rekaman api dan awan hitam membubung ke langit di lokasi serangan Vasylkiv saat bahan bakar terbakar.

Sejak itu juga telah membagikan klip saat depot minyak diserang, dengan cahaya putih terang memenuhi langit malam yang gelap saat toko bahan bakar dinyalakan.

Vladimir Putin Beri Ancaman, AS-NATO Tak Berkutik

Saat ini, Rusia sangat leluasa melakukan invasi militer ke negara Ukraina.

Sejak Kamis 24 Februari 2022, Rusia terus merangsek masuk ke wilayah Ukraina hingga menuju ibukota Khiev.

Ironisnya, meski sudah beberapa hari Rusia melancarkan aksi invasi, namun Amerika Serikat - NATO bungkam.

Padahal sebelumnya AS - NATO sempat berjanji bakal membantu Ukraina andai diserang Rusia.

Namun janji tersebut tak ditepati. Pasalnya, saat serangan tiba, NATO dan AS malah tak berkutik.

Terbetik kabar bahwa AS dan NATO tak bisa melakukan sesuatu karena diancam Vladimir Putin.

Presiden Rusia tersebut dikabarkan mengancam negara-negara lain yang coba mencampuri serangannya ke Ukraina.

Ancamannya, adalah Rusia bakal menggunakan senjata nuklir apabila ada intervensi pihak lain dalam peperangan tersebut.

Tentu jika senjata nuklir sudah dipakai maka kiamat dunia bisa terjadi.

Baca juga: Vladimir Putin Membuat Pasukan Pencegah Nuklir Rusia Waspada atas Ketegangan dengan Barat

Mengingat bagaimana mengerikannya ledakan nuklit bisa membumi hanguskan 1 kota secara bersih.

Diketahui, Dalam pidato operasi militer ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin secara gamblang menyebut bahwa negaranya adalah salah satu negara nuklir paling kuat.

Dilansir Associated Press, pernyataan tersebut bisa berarti bahwa Putin menunjukkan kekuatan nuklir yang dimiliki Rusia.

"Mengenai urusan militer, bahkan setelah runtuhnya Uni Soviet dan kehilangan sebagian besar kemampuannya, Rusia saat ini tetap menjadi salah satu negara nuklir paling kuat," ujar Putin dalam pidatonya, Kamis 24 Februari 2022.

Selain itu, sambung Putin, Rusia juga memiliki keunggulan tertentu dalam beberapa senjata mutakhir.

"Dalam konteks ini, tidak ada keraguan bagi siapa pun bahwa calon agresor akan menghadapi kekalahan dan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika menyerang negara kita secara langsung," imbuh Putin.

Dengan mengucapkan kata "nuklir" Putin memainkan kemungkinan bahwa pertempuran saat ini di Ukraina mungkin mengarah ke konfrontasi nuklir antara Rusia dan AS, sebagaimana dilansir Associated Press.

Sebelumnya, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan, pada akhirnya, Ukraina berjuang sendiri untuk membela negara.

"Pagi ini, kami membela negara kami sendiri. Sama seperti kemarin, negara paling kuat di dunia memandang dari kejauhan," katanya dalam video Facebook, tampaknya menyindir Amerika Serikat.

“Kami akhirnya membela negara kami sendiri. Siapa yang siap bertarung bersama kita? Saya tidak melihat siapa pun,” tutur Zelensky.

Baca juga: Negaranya Digempur Rusia, 2 Gadis Kembar Ukraina Lelang Perawan & Tawarkan Damai pada Vladimir Putin

Ia menambahkan bahwa hingga saat ini tak seorang pun siap menjamin bahwa Ukraina akan menjadi anggota NATO. Walaupun alasan tersebut dijadikan Rusia sebagai dalih akan tindakannya.

"Semua orang takut, semua orang diam. Mereka bilang mereka bersama kita, tetapi tidak siap menjadikan kita anggota aliansi," imbuh Zelensky.

Pada video yang sama, pemimpin Ukraina ini juga memberikan ucapan terima kasih pada mitra-mitra negara atas dukungannya. Namun Zelensky menganggap dukungan kepada Ukraina berupa penjatuhan sanksi sanksi kepada Rusia masih belum cukup dan sepadan dengan dampak yang mereka rasakan.

“Rusia dijatuhi sanksi kemarin, tetapi ini tidak cukup untuk mengeluarkan pasukan asing ini dari tanah kami. Hanya melalui solidaritas dan tekad ini dapat dicapai," ucap Zelensky.

Menurutnya, invasi dan serangan Rusia yang berkelanjutan menunjukkan bahwa sanksi yang dijatuhkan kepada Moskow oleh Barat tidaklah cukup. "Dunia terus mengamati apa yang terjadi di Ukraina dari jauh," ujar Zelensky.

Sebelumnya sejumlah negara telah mengumumkan sanksi yang diberikan kepada Rusia atas invasi yang dilakukan ke Ukraina. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memberikan sanksi untuk Rusia yang dapat melemahkan ekonomi bahkan dalam waktu dekat.

Biden, yang menyebut Putin sebagai “agresor,” menjabarkan serangkaian sanksi terhadap Rusia, antara lain memblokir empat bank utama dari sistem keuangan Amerika, termasuk VTB yang memiliki aset sekitar 250 miliar dolar.

Amerika juga menjatuhkan sanksi terhadap bank-bank Rusia yang memiliki aset sekitar satu triliun dolar, menghentikan kegiatan BUMN Rusia mengumpulkan uang dari investor-investor Eropa, memberikan sanksi pada lebih banyak elit Rusia dan keluarga mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin, serta membatasi ekspor teknologi canggih ke Rusia yang tentunya juga memangkas lebih dari separuh impor teknologi canggih Rusia.

"Ini akan membebani ekonomi Rusia, baik dalam waktu dekat, maupun dari waktu ke waktu.

Kami sengaja merancang sanksi ini untuk memaksimalkan dampak jangka panjang terhadap Rusia dan untuk meminimalkan dampak pada Amerika Serikat dan sekutu kami," kata Biden saat konferensi pers dikutip dari CNN, Jumat 25 Februari 2022.

Inggris juga mengumumkan sanksi yakni membatasi kemampuan negara Rusia dan perusahaan Rusia untuk mengumpulkan dana di pasar kami, melarang berbagai ekspor teknologi tinggi,

Baca juga: Vladimir Putin Mendidih Komandan Pasukan Khusus Rusia Tewas Ditembak, Akankah Pasukan Bakal Ditarik?

dan selanjutnya mengisolasi bank-bank Rusia dari ekonomi global.

Sementara itu, Uni Eropa menjatuhi sanksi kepada Rusia dalam sektor pertahanan hingga perbankan.

Presiden Komisi Uni Eropa Von der Leyen berjanji akan membekukan aset Rusia di Uni Eropa dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa.

Sanksi baru juga ditargetkan pada sektor finansial, energi, transportasi, kebijakan visa, kontrol ekspor dan larangan pembiayaan ekspor di Rusia. (*)

Artikel ini telah tayang dengan judul: 4.300 TENTARA Rusia Tewas 146 Tank Hancur, Presiden Vladimir Putin Marah

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved