Berita Lembata Hari Ini
Kisah Sukses Pengusaha Bidang Keamanan Asal Lembata, Wilem Lodjor: Satpam itu Pekerjaan Mulia!
Tubuhnya pendek, hanya berkisar 160 cm. Tidak seperti banyak mantan petinju lainnya. Tetapi melihat warna muka, bahu dan lengan yang kekar
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Tubuhnya pendek, hanya berkisar 160 cm. Tidak seperti banyak mantan petinju lainnya. Tetapi melihat warna muka, bahu dan lengan yang kekar, dengan tato pada bahu kirinya, orang baru sadar kalau Wilem Lodjor pernah mengadu nasib dengan menjadi petarung di atas ring tinju.
Meski tidak sampai menjadi petinju profesional dan menjadi juara dengan bergelimang uang. Tetapi diam-diam pria kelahiran Waiwejak, Lembata, 19 November 1964 termotivasi dengan kisah hidup banyak atlet profesional yang hidup pas pasan setelah tidak menjadi atlet profesional lagi.
Hal itulah yang mendorong mantan guru pada SMP Tanjung Kelapa Lerek (1984-1989) untuk mendirikan Lembata Sport dan Security di Jakarta pada tahun 2012 dan kini mempekerjakan 160 pegawai yang tersebar di Jabodetabek.
Ingin Jadi Guru
Sebagai anak dari kampung Waiwejak, Lodjor, seperti banyak anak sekampungnya, hanya punya cita-cita menjadi guru. Karena itu setelah SMP Budi Bhakti Kalikasa (1980) ia hanya mau jadi guru. Ia pun melanjutkan ke Sekolah Guru Olahraga (SGO) di Kota Kupang.
Baca juga: Mirip Seragam Polisi, Polri Ganti Seragam Satpam, Ini Warna dan Coraknya
Tetapi Wilem hanya bertahan setahun. Suami dari Alberta Lureng ini kemudian pindah ke SMA Sapientia Kupang hingga tamat pada tahun 1984. Dari Kupang ia melamar menjadi guru SMP Tanjung Kelapa Lerek. Wilem pun mengajar 3 tahun (1984-1988). Ia banyak mencetak prestasi bersama siswa-siswi. Sekolah swasta itu bahkan memiliki sampai 4 kelas paralel.
Dari Lerek, Wilem berniat menjadi guru SMP dan bisa diangkat jadi PNS. Karena itu ia pun lanjutkan pendidikan ke PGSLP Kupang. Sayangnya, setelah tidak lulus tes, Wilem pun mulai mencari jalan lain.
Awalnya ia pergi ke Timor Timur. Tetapi bukan keputusan tepat. Timor Timur sedang gejolak. Wilem hanya bertahan setahun kemudian ia mengantar istri dan anaknya kembali ke kampung dan ia pun mengadu nasib ke Jakarta.
Di Jakarta ia pun memulai semuanya dari nol. Awalnya ia mencoba jadi petinju tetapi hal itu tidak lama digelutinya. Ia pun dengan segera mencari pekerjaan sebagai satpam sebagai penopang hidup.
Baca juga: Pakaian Seragam Satpam Segera Diganti Warnanya Terlalu Mirip Seragam Polisi, Begini Kata Humas Polri
Karena Tinju
Ketika ditanya, mengapa ia mendirikan Lembata Sport dan Security, pria yang pernah menyelenggarakan event tinju pro di Nagekeo, Larantuka, Lembata, dan Kupang ini mengatakan bahwa tinju telah membuat ia bertahan hidup di Jakarta. Dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, ia terus melatih diri, mengasah skill. Berkat latihan ia sempat meraih beberapa juara.
Tetapi suatu saat, ketika dalam pertandingan lain, Wilem babak belur. Ia keluar ring dengan muka berdarah. Meski kalah tetapi Bambang Sutrisno, Direktur Utama Golden Trully Bank Surya mencarinya ke ruang ganti. Ia merasa tertarik karena meski Wilem pendek tetapi pantang menyerah. Bambang pun menawarkan pekerjaan sebagai satpam yang ia geluti dengan sungguh-sungguh dan disiplin hingga kini.
Ada anekdot lucu. Dua hari setelahnya, ketika muka masih lebam akibat tinju ia ke kantornya pak Bambang. Sampai di sana, para satpam mengira ia merupakan seorang residivis yang barusan dipukul karena melakukan tindakan kriminal. Sejak saat itu pekerjaan satpam digeluti hingga mengantarnya mendirikan lembaga Lembata Promotion Sport dan Security yang merupakan sebuah usaha di bidang satuan pengamanan di Jabodetabek.
Dari pekerjaan itu ia juga mempekerjakan banyak mahasiswa yang terpaksa ‘nyambi’ sebagai satpam demi membiayai kuliah mereka. Wilem memegang lisensi dan Option sebagai promotor tinju nasional dengan brand “WL Lembata Boxing Promotion” dan telah menyelenggarakan 18 perhelatan tinju professional.
Saat ini, pria yang juga menjadi pendiri Yayasan Koker Niko Beeker ini telah mempekerjakan 160 orang pegawai di berbagai perusahaan seperti Bank Bumi Artha, Proyek PLN Kranji dan Tambun. Selain itu menjaga juga pabrik di Gunung Putri, Pabrik Walet, Asrama Dokter Andalusia Serpong, Klinik Biomedika Menteng, Kantor Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), pabrik Kaca dan berbagai tempat lainnya.
Kerja Mulia
Saat ditanya, setelah melewati proses yang tidak mudah hingga sampai pada titik ini, apa nasihat yang bisa diberikan kepada para Yunior baik olahragawan maupun siapapun juga yang ingin bekerja sebagai tenaga pengamanan satpam?
Bagi Wilem, orang tidak boleh malu menjadi satpam karena menjadi satpam adalah kerja yang mulia. Disebut mulia karena kita melindungi orang lain, memberikan kenyamanan kepada pimpinan dengan memberikan kenyamanan kepada manusia dan aset yang dimiliki.
Bagi dia, pekerjaan ini sangat mulia. Banyak orang misalnya tidak melihat pekerjaan satpam dengan dua mata, hanya dengan mata sebelah. Mereka mungkin lebih melihat orang yang bekerja sebagai politisi. Hanya apakah politisi yang korup mereka masih dianggap mulia? Lebih baik menjadi satpam yang mulia dari awal hingga akhir, demikian ungkapnya bangga.
Selain itu, kepada para pekerjanya ia berpesan untuk terus berpegang teguh pada 3 prinsip yaitu: jujur, disiplin, dan loyalitas. Orang harus jujur. Pekerjaan yang diberikan harus dilaksanakan dengan jujur dan tidak boleh menggunakan cara-cara tak elok untuk menguntungkan diri. Selain itu disiplin. Dalam kedisiplinan ini berarti orang sangat cinta pekerjaan dan dia bisa mengontrol diri tanpa harus dikontrol orang lain. Dan terakhir orang diharuskan loyal. Orang yang mempekerjakan kita dan memberi kita hidup maka kita juga harus ‘all out’ kepada pemberi kerja. Itulah loyalitas. (*)
