Breaking News

Berita Lembata Hari Ini

Wilayah Jalur Tengah: Kantong Produksi Pertanian di Lembata yang Masih Terisolasi

Orang Lembata sering menyebut wilayah desa Bakalerek, Paubokol, Desa Belobatang dan Udak dengan frasa ‘Jalur Tengah’

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Mobil milik warga Belobatang Padensius Rimon sedang berjuang melintas di jalan berlumpur wilayah jalur tengah, Jumat, 11 Februari 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Orang Lembata sering menyebut wilayah desa Bakalerek, Paubokol, Desa Belobatang dan Udak dengan frasa ‘Jalur Tengah’. Daerah yang masuk Kecamatan Nubatukan ini masih dikelilingi hutan dan sebagian lahan pertanian milik warga.

Kesuburan di daerah jalur tengah tak terbantahkan. Beragam hasil pertanian dihasilkan para petani di wilayah jalur tengah, seperti jagung, ubi, sayur-sayuran, kemiri, buah-buahan, beraneka ragam tanaman holtikultura dan teranyar tanaman porang.

Selain untuk kebutuhan harian, hasil pertanian yang berlimpah ini juga biasa dipasarkan di Kota Lewoleba. Sayangnya, produktivitas pertanian di wilayah ini tidak sebanding dengan infrastruktur jalan dari jalur tengah menuju Kota Lewoleba. Jalur Tengah masih sangat terisolasi.

Ruas jalan di wilayah ini sangat memprihatinkan. Jalannya sempit di antara rimbunnya pepohonan; berpasir, berbatu, berlumpur dengan medan yang berliku-liku dan penuh tanjakan. Di saat musim hujan, situasinya bahkan lebih parah, muncul banyak kubangan berlumpur. Akses jalan antar kampung atau menuju ke Kota Lewoleba bisa saja putus total. Ini menyulitkan warga mengangkut komoditi dari kampung ke pasar di Kota Lewoleba atau bahkan keluar pulau. Dampak ekonomi dari keadaan infrastruktur seperti ini cukup dirasakan warga.

Baca juga: Supaya Tidak Mubazir, Stadion Gelora 99 Harus Segera Dimanfaatkan Oleh Anak Lembata

Padensius Rimon, seorang supir mobil pikap dari desa Belobatang, merupakan salah satu warga yang merasakan dampak dari infrastruktur yang buruk. Setiap pagi, Rimon mengangkut komoditi pertanian milik warga Belobatang untuk dibawa ke pasar Pada, Lewoleba. Dia memberi tarif Rp 10 ribu per karung komoditi dan Rp 60 ribu per penumpang.

Jarak Belobatang-Lewoleba hanya 13 kilometer. Tapi, karena jalannya rusak berat, waktu tempuhnya lebih lama. Dia bisa menghabiskan waktu 2 jam untuk bisa sampai ke Kota Lewoleba. Pengeluaran untuk operasional mobil juga cukup besar.

“Ban mobil saja tidak sampai satu bulan harus ganti,” timpalnya. Sementara, harga satu ban mobil mencapai Rp 750 ribu.

Sudah dua tahun, Rimon melayani para petani di desa Belobatang yang mau menjual produksi pertaniannya. Dia berharap pemerintah tidak tutup mata dengan situasi jalur tengah yang masih terisolasi.

Baca juga: Eksplorasi Budaya Lembata Harus Diikuti Dengan Penyusunan Dokumen PPKD

Jika pemerintah tak sanggup memperbaiki keseluruhan jalan, Rimon hanya minta tiga titik jalur kritis yang selalu sulit dilewati mobil yakni di daerah Nuba, Kasawako dan Klibang. “Kalau bisa perbaiki tiga titik itu saja dulu,” ujarnya.

Sekretaris desa Belobatang, Zakarias Djuang, punya harapan yang sama supaya pemerintah bisa membuka akses di wilayah jalur tengah yang semakin terisolasi saat musim hujan.

Menurutnya, infrastruktur yang buruk berdampak secara ekonomi kepada masyarakat yang mayoritasnya adalah petani. Biaya akomodasi komoditi ke pasar juga otomatis meningkat.

“Kalau tiba-tiba longsor, atau di wilayah yang rawan jalannya rusak, orang tidak bisa berjualan lagi,” katanya.

Bupati Lembata Thomas Ola Langoday menerangkan ruas jalan di desa Paubokol dan sekitarnya nantinya tidak diperbaiki dengan dana Pinjaman Ekonomi Nasional (PEN), melainkan dengan memanfaatkan dana bencana alam yang kemungkinan dikucurkan di Kabupaten Lembata senilai Rp 16 miliar lebih.

Di samping itu, pemerintah daerah juga telah mengusulkan pengalihan status jalan dimaksud menjadi jalan negara, dari sebelumnya berstatus jalan kabupaten. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved