Berita Nasional

Dulu 'Dihabisi' Ahok Gegara Banjir, Lalu Jadi Orang Dekat Anies Baswedan, Kini Sering WA Ahok, Lho?

Sosok yang satu ini pernah menghentakkan publik Jakarta, ketika secara tiba-tiba berani melawan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok

Editor: Frans Krowin
Tribunnews.com
Rustam Effendi, saat masih menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Utara 

Tudingan itu disampaikan Ahok terkait dengan genangan di Jakarta Utara yang tak kunjung habis serta penggusuran kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Tapi, Ahok kemudian meralatnya dengan mengatakan hal itu hanya bercanda.

Tidak terima dengan tudingan yang disebutnya sebagai fitnah itu, Rustam Effendi menulis curahan hati (curhat) melalui akun facebook dirinya.

Sebagai anak buah, dia sebenarnya berharap ada evaluasi dan ucapan terima kasih dari atasan (gubernur) bila berhasil menjalankan tugas.

Akan tetapi yang diterima Rustam Efendi justru fitnah yang menyakitkan.

Baca juga: Abaikan Ahok Jadi Kepala Otorita IKN, Presiden Jokowi Disarankan Angkat Putra Asli Kalimantan Timur

Berikut curhatan Rustam Effendi saat itu:

BEKERJA DENGAN HATI, suatu ironi :

Apa yg sy kerjakan selama ini adalah bentuk pengabdian dan tanggung jawab dari jabatan yg saya emban. Saya sadar se-sadarnya bhw apa yg saya lakukan di Jakarta Utara mulai 2 Januari 2015 s.d saat ini belum apa2 dan belum banyak membawa kebaikan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara. Kedudukan Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta yg tidak otonom (otonomi berada di Tk Provinsi) menjadi kendala tersendiri bagi Para Walikota di Provinsi DKI Jakarta untuk berkreasi dan secara cepat menyelesaikan permasalahan yg ada di wilayahnya.

Harapan utk secara cepat dapat mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat juga menjadi persoalan tersendiri. Tetapi dg segala keterbatasan kewenangan tsb saya berupaya bekerja semaksimal mungkin utk mewujudkan kebaikan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara. Saya sadar se-sadar2nya bhw dalam masa jabatan saya yg relatif baru belum banyak yg saya perbuat bagi Jakarta Utara. Tetapi selama ini saya dg sepenuh hati, pikiran dan tenaga saya curahkan bagi wilayah dan masyarakat Jakarta Utara.

Berpikir, berbicara dan berbuat yg terbaik bagi wikayah dan masyarakat Jakarta Utara adalah obsesi saya. Jika ada sedikit perbaikan yg dirasakan di Jakarta Utara seperti agak berkurangnya daerah genangan di Jakarta Utara, atau Jakarta Utara sedikit lebih bersih, atau juga yg masih segar dlm ingatan kita yaitu lenyapnya kawasan lokalisasi prostitusi Kalijodo, saya selalu mengatakan bhw itu adalah hasil kerja team dan atas dukungan masyarakat, saya tidak pernah mengklaim bhw pekerjaan itu prestasi kerja saya sendiri.

Bekerja dan memberikan yg terbaik menjadi tekad saya. Sudah sering saya ungkapkan bhw apa yg saya lakukan dlm pelaksanaan tugas saya lakukan secara maksimal dan secara ikhlas, tanpa berharap saya mendapat apa dan saya tidak berharap mendapatkan jabatan atau peningkatan karier yg lebih tinggi lagi.

Jabatan Walikota saja bagi saya sdh merupakan sesuatu anugerah yg sangat luar biasa dan saya menganggap inilah puncak perjalanan karier saya yg dimulai dari tenaga magang (sekarang disebut PHL) di Kantor Kelurahan Rawabuaya Cengkareng Jakarta Barat. Hanya satu keinginan saya yaitu dapat menyelesaikan tugas dan karier saya secara baik. Diujung karier saya ini, saya ingin berbuat sesuatu yg bermanfaat bagi orang banyak sebagai bekal hidup saya di akherat kelak.

Saya juga sangat menyadari bahwa banyak kekurangan, kelemahan dan keterbatasn saya, walau saya berupaya pada setiap waktu memperbaiki kelemahan dan kekurangan tsb. Tatapi kelemahan, kekurangan atau juga kealpaan adalah sifat manusia yg sulit dielakkan.

Dengan kesadaran tersebut maka dalam pikiran saya dikoreksi dari berbagai pihak atas pelaksanaan pekerjaan saya adalah suatu keharusan. Apalagi koreksi atau bahkan kemarahan dari pimpinan adalah suatu kewajaran bagi perbaikan ke depan. Oleh karena itu marahnya pimpinan saya anggap cambuk utk perbaikan ke depan. Saya tidak pernah sakit hati atas marahnya pimpinan kepada saya, karena saya selalu berpikir bhw pimpinan pasti lebih baik, lebih tahu dan lebih bijak dari bawahan.

Baca juga: Stadion JIS Diklaim Bentuk Keberhasilan Anies Baswedan, Politisi PDIP Protes: Dibangun di Era Ahok

Khusus utk penertiban/pembongkaran, saya tidak pernah ragu apalagi takut melaksanakan tugas itu. Sebagaimana yg saya tunjukan pada saat penertiban di beberapa bagian wilayah di Jakarta Utara termasuk di Jl. Tubagus Angke, Kali Karang, Kali Cakung Lama, Anak Kali Ciliwung Ancol, Lokalisasi Kalijodo, Pasar Ikan dan dibeberapa tempat lainnya.

Cuma memang dalam penertiban/pembongkaran yg menyangkut orang banyak saya bertindak ekstra hati2, dg perhitungan matang dan hrs terkoordinasi dg unit2 terkait dan melalui pengkondisian secara baik. Ini mungkin terkesan atau dilihat oleh orang lain saya terlalu lamban. Satu hal yg menjadi kunci dalam penertiban/pembongkaran pemukiman adalah "ketersediaan dan kelayakan Rumah Susun sebagai tempat relokasi penghuni/penduduk yg akan ditertibkan" Ini suatu keharusan yg tidak boleh ditawar.

Walau saya berlatar belakang pendidikan di bidang ilmu politik, dan juga berkawan dg orang politik (sesama mantan aktifis pada saat muda/mahasiswa), tapi dg kesadaran penuh bhw dalam pelaksanaan tugas saya sebagai PNS/Aparatur Sipil Negara, saya tidak mau mengaitkan pelaksanaan tugas dg kepentingan politik orang/golongan tertentu. Jadi jika ada yg menilai bhw saya bersekutu dg tokoh politik ataupun bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur dalam Pilkada DKI Tahun 2017 saya nyatakan tidak benar dan tidak beralasan sama sekali.

Dengan ini saya nyatakan bahwa tuduhan saya bersekutu dg Pak Yusril adalah tidak benar.

Secara jujur saya katakan bhw kadang2 selaku bawahan saya juga mengharapkan mendapatkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas hasil kerja yg telah dikakukan, hal ini penting sebagai bekal semangat pelaksanaan tugaa selanjutnya. Tetapi jika itu tidak ada tidaklah mengapa dan saya akan terus melaksanakan tugas berikutnya dengan semangat. Bebeda dengan tuduhan yg menjurus fitnah apalagi keluar dari mulut pimpinan adalah sesuatu yg SANGAT MENYAKITKAN

Dan lebih menyedihkan tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yg sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat, dan itu dipertontonkan di muka jagat raya
Apakah ini yg disebut BEKERJA DENGAN HATI ?

Wallahu Khairul Makiriin

-Rustam Effendi, Walikota Jakarta Utara-

Baca juga: Ternyata Bukan Ahok Yang Diusung Aliansi Komunitas Probolinggo Jadi Presiden, Tapi Muhaimin Iskandar

Rustam Effendi dan Ahok. Saat jadi Wali Kota jakarta Utara, Rustam Effendi 'dihabisi' Ahok gegara masalah banjir. Rustam dinilai tak mampu atasi banjir. Pernyataan itu disampaikan Ahok secara terbuka, sehingga Rustam pun memilih mundur dan meletakkan jabatan tersebut.
Rustam Effendi dan Ahok. Saat jadi Wali Kota jakarta Utara, Rustam Effendi 'dihabisi' Ahok gegara masalah banjir. Rustam dinilai tak mampu atasi banjir. Pernyataan itu disampaikan Ahok secara terbuka, sehingga Rustam pun memilih mundur dan meletakkan jabatan tersebut. (Tribunnews.com)

Kabar Rustam Effendi pensiun dari ranah pemerintahan DKI Jakarta

Rustam Effendi pensiun dari pemerintahan DKI Jakarta di rezim Anies Baswedan.

Rustam Effendi menjalankan Masa Persiapan Pensiun (MPP) sejak Selasa 1 September 2020.

Hal itu diketahui dari rapat anggota DPRD DKI Jakarta terkait pengganti Rustam sebagai Wali Kota Jakarta Barat.

Nama Wakil Wali Kota Jakarta Timur Uus Kuswanto diusulkan menjadi pengganti Rustam dalam rapat tersebut.

Rustam Effendi membenarkan bahwa dirinya akan segera pensiun dari Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

"1 September 2020 saya Masa Persiapan Pensiun (MPP)," kata Rustam dikonfirmasi Senin 31 Agustus 2020.

Rustam menitip pesan bagi calon Wali Kota Jakarta Barat yang baru.

Ia berharap Wali Kota Jakarta Barat yang baru akan dapat tangani Covid-19 lebih baik lagi.

"Saya harap Wali Kota baru dapat tangani Covid-19 lebih baik lagi dengan mengikutsertakan masyarakat melalui RW/RT dan komponen masyarakat lainnya," harapnya.

Birokrat Pertama Terpilih Jabat Ketua PMI DKI Jakarta

Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi terpilih menjadi Ketua PMI Provinsi DKI Jakarta.

Rustam menjadi birokrat pertama di DKI Jakarta yang menjabat sebagai pimpinan PMI.

Kabar terpilihnya Rustam sebagai Ketua PMI DKI Jakarta diungkapkan Ketua PMI cabang Jakarta Barat Baharudin.

Rustam terpilih sebagai Ketua PMI DKI Jakarta lewat hasil Musyawarah Provinsi PMI DKI Jakarta ke-12 Tahun 2020.

Baca juga: Ahok Harga Mati Gantikan Anies Baswedan, Akankah Direstui Bu Mega Walau Tahu Sosoknya Kontroversial?

"Pak Rustam Effendi selaku Wali Kota Jakarta Barat terhitung Rabu 15 Juli 2020 kemarin terpilih secara aklamasi menjadi ketua PMI DKI Jakarta," kata Baharudin ditemui di Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Minggu 19 Juli 2020.

Rustam akan menjabat sebagai Ketua PMI DKI Jakarta selama lima tahun yakni periode 2020 hingga 2025.

Mantan Wali Kota Jakarta Utara itu juga akan memegang lima kota dan satu kabupaten di DKI Jakarta.

Baharudin mengatakan dalam sejarah PMI khususnya PMI DKI Jakarta, pertama kalinya birokrat dipilih menjadi Ketua PMI.

"Dalam dunia PMI khususnya di DKI Jakarta ini, pertama kalinya PMI akan dikendalikan oleh seorang birokrat," jelas Baharudin.

Oleh karena itu, Baharudin berharap Rustam dapat membawa PMI DKI Jakarta lebih maju lagi dalam mewujudkan visi dan misi PMI.

"Semoga dapat membuat PMI DKI Jakarta lebih maju lagi dibanding kondisi sebelumnya," tandas Baharudin. (*)

Artikel ini telah tayang dengan judul: Ingat Rustam Effendi? Wali Kota Jakarta Utara Lawan Ahok Lalu Mundur dari Jabatan, Kondisinya Kini

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved