Hari Pers Nasional
HPN 2022, Mikael Bataona Ungkap Pers Ibarat Sebuah Kampus
Pers itu sebuah kampus. Sebuah tempat yang sangat ideal untuk masyarakat bisa bersekolah dan belajar segala jenis ilmu pengetahuan di

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pers itu sebuah kampus. Sebuah tempat yang sangat ideal untuk masyarakat bisa bersekolah dan belajar segala jenis ilmu pengetahuan di sana secara gratis.
Ungkap Mikael Rajamuda Bataona, Pengajar komunikasi politik FISIP Unwira Kupang kepada Pos-Kupang.Com, Rabu 9 Februari 2022.
"Ini hari yang special untuk kawan-kawan jurnalis. Selamat dan proficiat untuk pengabdian dan dedikasi insan pers dalam memajukan bangsa dan masyarakat", ujarnya
Mikael mengungkapkan pers harus mempunyai spirit tanggungjawab sosial dalam setiap detil pemberitaan.
Artinya pers dalam bekerja harus menanamkan prinsip "Jujur terhadap fakta". Itulah sesungguhnya "moralitas jurnalistik."
Itulah mengapa, lanjut Mikael pers membutuhkan data dari segala perspektif untuk diolah dengan nalar dan hati nurani wartawannya sebelum disajikan kepada publik.
Baca juga: Hari Pers Nasional 2022: Kepala SDI Asulait Ucapkan Terima Kasih Kepada Pena Batas
"Saya melihat bahwa spirit ini terkadang diabaikan dengan adanya mentalitas instan lewat bantuan teknologi. Padahal harus diingat bahwa, wartawan itu pekerjaan kaki. Bukan pekerjaan otak an sic", bebernya
Jadi pertama-tama, wartawan dan jurnalis itu adalah pekerjaan kaki. Untuk mendapat fakta dan data yang jujur, anda harus hadir dan merekam detailnya.
Kedua, baru pekerjaan otak dan terakhir adalah pekerjaan teknis yaitu ketukan tangan pada gawai, android atau komputer.
Sehingga jangan dibalik. Seolah2 ketikan tangan pada gawai duluan dari kerja kaki menemukan fakta dan data di lapangan.
"Jika pers direduksi hanya sebagai kerja tangan pada gawai maka publik akan kebanjiran hoax ketika sebuah informasi salah ditulis kemudian dicopy paste secara masal", ungkpanya.
Baca juga: Tentang HPN 2022, Ketsia Lanoe: Para Jurnalis AgarTetap Patuhi Kode Etik Jurnalistik
Inilah tantangan pers saat ini. Menurut Mikael Pers harus sadar bahwa pers sangat berkontribusi dalam mengkonstruksi cara berada dan cara hidup warga negara, baik dari perspektif politik, sosial, hukum maupun budaya.
Sehingga pers sangat-sangat vital bagi gerak maju dan perubahan sebuah peradaban.
Peradaban bangsa Indonesia bisa semaju saat ini karena dorongan, kritik, dan ide-ide yang diwacanakan dan di-head line-kan oleh pers. Pers berkontribusi bagi perubahan politik hingga ekonomi bangsa ini terutama sejak era reformasi.
Pers punya posisi yang sangat mulia di tengah masyarakat. Karena jasa pers sangtlah besar.
Jangan lupa bahwa, perslah yang bisa membantu dan memproteksi ibu-ibu dari permainan harga dan ketidakadilan pasar.
Lihat saja contoh kasus ketika harga cabai hingga minyak goreng melambung tinggi. Negara bisa mengintervensi harga-harga kebutuhan pokok seperti ini untuk turun ke harga adil hanya ketika ada gonggongan pers.
Jadi, menurut dia bisa dibayangkan bahwa apabila tanpa pers, maka kerusuhan dan keributan akibat ketidakdilan sudah apsti terjadi di negeri ini.
"Tanpa pers, perubahan bangsa kita tidak akan sepesat, seinovatif dan secanggih saat ini", tandasnya
Tentu saja sebagai pilar ke empat demorkasi, kata Mikael demokrasi di negeri ini tidak mungkin terkonsolidasi sampai pada level yang sudah mulai deliberatif seperti saat ini.
Debat dan diskusi oleh rakyat dan netizen selama Pilakda langsung, Pilpres dll adalah buktinya. Artinya, dengan adanya dialektika, kritik dan pertarungan wacana melalui pers-lah, banyak perubahan sosial politik hingga ekonomi bisa diwujudkan di republik ini.
Melalui pers, kata dia tersedia ide-ide baru dilahirkan, inovasi dan perubahan baik di bidang bioteknologi, digital, hingga bidang sosial dan politik.
Tanpa pers, lanjutnya tidak bisa berharap seorang penguasa lalim bisa diturunkan atau minimal dipaksa publik mengubah kebijakannya yang merugikan publik.
Menurutnya, Pers itu vital dan sangat layak dihormati.
"Para pekerja pers wajib dihormati", tegasnya
Negera harus lebih jauh lagi memproteksi mereka dengan meknisme tertentu sebagai para profesional. Tapi pers juga perlu dikritik. Bahkan kawan-kawan pekerja pers juga perlu mengkritik diri sendiri. Supaya apa? Supaya Pers jangan sampai menjadi alat ideologi semata.
Ketika pers secara membabibuta menjadi alat ideologi kaum destroyer bangsa. Juga alat ideologis kelompok kepentingan semata, maka pers akan secara langsung merusak demorkasi dan peradaban.
Artinya, Pers boleh menjadi alat ideologi tapi alat ideologi masyarakat kecil dan tertindas.
Pers wajib hadir sebagai alat ideologis dalam gerakan atau aktivisme sosial di ruang publik. Misalnya ketika masyarakat sedang memeprjuangkan keadilan maka pers wajib bersuara lantang di sana.
Contoh di NTT adalah kasus pembunuhan astrid dan lael. Pers dilihat sudah hadir dan membantu perjuangan masyarakat dalam kasus ini.
Pers juga wajib menjadi bagian dari kelompok civil cociety. Berjuang bersama mereka untuk menciptakan bonum comune.
"Dirgahayu Pers Indonesia. Semoga semakin kritis dan maju dalam mendukung konsolidasi demokrasi dan keadilan sosial di negara tercinta ini", tutupnya. (*).
