Omicron Masuk NTT
Omicron Masuk Kota Kupang, Yendris Krisno Sebut Penularan Sangat Cepat, Ini Yang Harus Dilakukan
Varian Omicron Masuk Kota Kupang, Yendris Krisno Sebut Penularan Sangat Cepat, Ini Yang Harus Dilakukan
Penulis: Ray Rebon | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Varian Omicron yang baru terdeteksi sebetulnya tidak terlalu jauh berbeda dengan varian delta yang sudah lebih dahulu ada.
Demikian disampaikan Ahli Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dr. Yendris Krisno Syamruth kepada Pos-Kupang.Com, Senin 7 Februari 2022.
Ia menjelaskan bahwa Varian Omicron ini memiliki daya tular dan penyebaran relatif lebih cepat meskipun angka fatalitas cukup rendah dan lebih banyak dilaporkan menyerang kelompok pasien dengan komorbid (memiliki penyakit penyerta; seperti hypertensi, DM, dan jantung), dan pada kelompok lansia.
"Tidak menutup kemungkinan juga menular di kelompok usia anak dan dewasa", tambah dia.
Baca juga: Virus Omicron Sudah Masuk di Nusa Tenggara Timur
Apalgi pada mereka yang belum vaksin dan berperilaku berisiko (tidak patuh prokes dan pelaku perjalanan dalam dan luar negeri).
Sedangkan pada masyarakat yang sudah tervaksin di beberapa negara Eropa sudah melaporkan adanya risiko penularan varian ini.
Akan tetapi kepada masyarakat yang sudah tervaksin dilaporkan apabila varian ini menulari maka mekanisme pertahanan tubuh sanggup memperingankan gejala dan mendorong progres/percepatan pemulihan dibanding belum vaksin sama sekali.
"Saya harap cakupan vaksinasi demi menciptakan kekebalan komunal melalui vaksin untuk semua daerah sudah di atas 80% dan sudah saatnya vaksin booster bagi rentan dan dewasa kembali digerakkan", ujarnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Seorang Warga Kota Kupang Positif Omicron
Dia menyampaikan bahwa pemerintah harus berupaya strategis memberi kesadaran tentang prokes di level keluarga dan rumah tangga tetap dimaksimalkan.
Meskipun, kata Yendris diprediksi tidak akan menimbulkan lonjakan kematian yang tinggi. "Kita juga menyayangkan pendeteksiannya memakan waktu yang cukup lama yang bisa jadi karena minimnya perlengkapan lab mendeteksi jenis/varian ini", ungkapnya.
Menurut Yendris, yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah upaya testing, pelacakan kasus, dan bagaimana isolasi mandiri yang dilakukan. "Apakah hal ini masih dapat dilakukan oleh pemerintah Kota Kupang?", ungkap Yendris.
"Karena hampir 2 tahun kita belajar dan seharusnya kita jauh lebih siap dalam penanganannya karena bukan hal baru", tambah dia.
"Apa salahnya kita meredam dan mencegah dengan terus dan setiap kita dan untuk lansia menaati prokes pada setiap kegiatan dan perilaku interaksi dengan orang lain, perlu upaya masyarakat melindungi kelompok lansia dengan komorbid agar tidak keluar rumah jika tidak ada hal yang mendesak", tandasnya. (*)