Kasus Omicron
Wajib Tahu! Ini Gejala Utama Terpapar Omicron
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat dua kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Sesak napas menjadi gejala utama dari pasien Covid-19 varian Omicron yang meninggal dunia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat dua kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia.
Kedua kasus tersebut merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian baru yang memiliki daya tular tinggi.
"Gejala utama sesak karena saturasi kurang dari 80 persen," ujar Nadia, Minggu 23 Januari 2022.
Namun demikian, Nadia tak menjelaskan lebih rinci mengenai kronologi gejala yang dialami dua pasien Covid-19 varian Omicron tersebut hingga akhirnya meninggal dunia.
Baca juga: Kasus Omicron Makin Meningkat, Jokowi Minta Waspada
"Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso," ujar Nadia.
Nadia juga menyebut kedua pasien tersebut memiliki komorbid. Selain itu, Nadia juga mengungkapkan, salah satu pasien adalah lansia berjenis kelamin laki-laki yang merupakan kasus transmisi lokal belum divaksinasi Covid-19.
Ia memiliki penyakit penyerta di antaranya hipertensi dan penyakit ginjal. Saat dikonfirmasi ke RS Sari Asih Ciputat, dalam keterangan tertulis mereka mengatakan pasien lansia dengan inisial MR (64) datang ke IGD pada 11 Januari 2022 dengan beberapa keluhan dan penurunan kesadaran.
Baca juga: Puncak Kasus Omicron Terjadi Februari-Maret 2022, Perkantoran Kembali WFH
"Saat dilakukan diagnosa penyakit melalui rontgen, tes antigen, dan swab test PCR, pasien dinyatakan positif Covid-19. Karena kondisi pasien, dari IGD kemudian dirawat di ruang ICU isolasi untuk mendapatkan perawatan intensif," tulis RS Sari Asih Ciputat dalam keterangan tertulis mereka.
"Pasien sudah meninggal di hari kedua perawatan ICU isolasi," jelas RS Sari Asih Ciputat.
Opsi Lockdown
Strategi Lockdown saat ini menjadi opsi yang berat saat ini. Apa lagi masyarakat saat ini sudah masuk pada tahun ketiga di pandemi Covid-19.
Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman mengatakan strategi lockdown memiliki efektifitas yang kurang.
Baca juga: Jakarta Melonjak Kasus Omicron, 90 Persen Terjadi Transmisi Lokal
"Jadi pemilihan strategi yang akhirnya diambil adalah 3T yaitu testing, tracing dan treatment," ujarnya.
Selain itu, protokol kesehatan perlu digencarkan dan diikuti oleh program percepatan vaksinasi Covid-19. Ia pun menyebutkan jika saat ini pintu masuk di Australia pun sempat dibuka. Namun hal itu sempat membawa dampak yang tidak baik. Yaitu terjadi trend kenaikan kasus Covid-19.
"Tapi pintu masuk sudah mulai longgar dibuka. Jadi mereka enggak milih strategi lockdown. Sudah 14 kali dilakukan di sini. Indonesia harus belajar dari pengalaman buruk Australia. Pelonggaran pintu masuk membuat virus bersirkulasi bebas tidak terkendali. Risiko ini rawan bagi Indonesia. Tanpa deteksi dan protokol kesehatan yang kuat, vaksinasi Covid-19 di atas 80 persen tetap membuat korban berjatuhan dan berdampak pada angka kematian," kata Dicky.
Baca juga: Sempat Jualan Daging, Veronica Tan Mantan Istri Ahok BTP Kini Buka Layanan PCR Deteksi Omicron