Wawancara Eksklusif
Partai Hanura Menyongsong Pemilu 2024: Prioritaskan Kader Maju Pilkada (Bagian-2/Selesai)
Pada tahun 2023 ada sejumlah kepala daerah berakhir masa jabatan, termasuk Gubernur dan Wakil Gubernur NTT.
Hanura sudah mempersiapkan diri. Belajar dari pengalaman masa lalu, kami banyak mendukung calon bupati dan mereka sukses. Tapi kadang-kadang kalau orang sudah sukses itu lupa. Oleh karena itu sekarang ini Hanura mempersiapkan kader internal, memprioritaskan kader internal karena apa, kalau menang dia tetap kader, kalah juga tetap jadi kader. Kalau saya dukung yang eksternal dan dia tidak perhatikan partai, mendingan saya dukung yang kader internal dia kalah tapi tetap kader. Oleh karena itu saya prioritaskan kader internal.
Makanya pada seluruh kader saya selalu menyampaikan supaya mempersiapkan diri menghadapi pemilu. Kemudian saya juga tetap buka bagi kader eksternal yang sahabat-sahabat saya. Kalau sahabat itu lebih dekat di hati. Mereka memiliki nurani yang luar biasa. Sehingga ruang ini saya membuka sahabat-sahabat saya yang ingin bergandeng tangan dengan Hanura dan ingin membesarkan Hanura. Saya tetap membuka ruang.
Untuk tiga yang kepala daerahnya berakhir masa jabatan di tahun 2022 ini, Hanura punya sikap seperti apa?
Kami juga sudah mempersiapkan, dalan internal partai itu kami sudah mempersiapkan sejumlah orang. Bisa dipasang menjadi calon wali kota dan bisa dipasang menjadi calon wakil wali kota. Sedangkan calon eksternal juga kami sudah persiapkan. Calon eksternal ini kan nanti dari hasil-hasil pemilu 2024. Kalau hasilnya signifikan, saya kira kita akan duduk satu meja untuk mencari jalan keluar terbaik untuk Kota Kupang.
Harus memperhatikan kriteria-kirteria karena belajar dari pengalaman itu yang menjadi guru sehingga kita menentukan orang yang betul-betul peduli membangun kota, peduli membangun masyarakat. Fokus utama kami tentunya akan memilih pemimpin yang sudah diyakini bahwa dia mampu melakukan.
Apakah ada yang sudah berkomunikasi dan 'berinvestasi' di Hanura?
Ada beberapa yang sudah mendekat ke Hanura, sudah berdiskusi dengan Hanura. Tetapi Hanura tidak menjamin sepenuhnya karena kita melihat dari hasil pemilu 2019. Kita perlu hati-hati.
Mungkin bisa dibocorkan sedikit, apa yang sudah diperjuangkan Hanura di untuk masyarakat NTT?
Saya pikir masalah kita memahami itu. Ketika pemerintah daerah mengusulkan pinjaman untuk pembangunan termaksud infrastruktur. Hanura mengambil keputusan itu juga, dan ada sejumlah partai juga yang menolak tapi Hanura dengan sejumlah partai mendukung. Dan kita berbangga karena Gubernur Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi, meski banyak cerita, banyak penggalan video tetapi visi dan misinya membangun provinsi ini luar biasa.
Karena saya yakin gubernur-gubernur yang lalu karena anggarannya terbatas akhirnya tidak bisa membangun jalan provinsi itu, paling panjang itu 20 km. Dan itu persoalan keberanian. Tapi Gubernur Viktor Laiskodat ini luar biasa, dia menyelesaikan 906,12 km dalam dua tahun. Artinya, membuka akses ekonomi agar bisa memperbaiki pendapatan per kapita masyarakat.
Hanura mendukung itu, semua program pemerintah yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, Hanura mendukung. Dan itu yang dirasakan masyarakat, jalannya sudah dibuka, sehingga ekonomi bisa berjalan, apalagi menghadapi pandemi kemarin, ekonomi kan hampir macet total tetapi dengan adanya akses jalan orang-orang di kampung bisa keluar sedikit untuk memperbaiki Ekonomi.
Apakah ini isyarat, Hanura masih satu hati dengan duet Viktor Laiskodat-Josef Nae Soi?
Saya tidak melihat itu sebagai sebuah syarat tapi kesuksesan itu juga menjadi syarat. Kalau sukses membangun NTT, mengapa tidak. Kalau tidak sukses, kita juga tidak perlu mendukung. Tetapi harus betul-betul kita lihat dari hati nurani kita, tidak hanya lihat dari kasat mata. Orang viral, potong sepotong viral, tidak juga. Kalau kita lihat persoalan di Sumba, yang dipersoalkan itu 1.200, padahal yang diserahkan itu 1800 dan bukti-bukti itu sudah diserahkan disana, jadi kita lihat sepotong-sepotong ya seperti itu.
Kalau boleh disebut, tiga hal terbaik yang dilakukan duet kepemimpinan Viktor Laiskodat-Josef Nae Soi dimata Hanura?
Pertama, infrastruktur dirasakan masyarakat, kedua pemimpin yang seperti Viktor Laiskodat dan berada pada semua suku dan ras, tidak dimiliki oleh orang lain. Coba pak bayangkan, yang menjadi pejabat semua itu musuh dulu, lawan-lawannya dulu yang tidak memiliki respek, dikasih jabatan. Gubernur dimana yang seperti itu.