Program Pengembangan Desa Mitra Undana Kupang: Air Sudah Dekat di Desa Nekmese Kupang

PENANTIAN panjang warga Desa Nekmese, Kecamatan Nekmese, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur  (NTT) untuk menikmati air bersih

Penulis: Paul Burin | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA/POS-KUPANG.COM
WARGA AMBIL AIR - Warga Desa Neknese mengambil air di tendon desa itu. 

Lelaki kelahiran Kota SoE, TTS, 23 Juni 1974 ini, mengatakan bahwa prinsipnya ia dan masyarakat bekerja sesuai dengan apa yang ada. Jadi reservoar yang  sudah dibangun pada proyek terdahulu diperbaiki sehingga menjadi penampung utama sebelum dialirkan ke desa.  Dalam konteks perberdayaan ia mengatakan bahwa  Undana  menyediakan apa dan masyarakat menyediakan apa. 

Ubah Mindset

ketika air sudah dialirkan ke desa, maka pekerjaan selanjutnya adalah mengubah mindset masyarakat. Sebab mereka beranggapan bahwa air merupakan pemberian dari Tuhan. Jika demikian maka harus gratis. Tak boleh bayar. Benar, tapi ada dampak-danpak ekonomis ketika air itu sudah dialirkan.  Misalnya, kalau mengoperasikan mesin, petugas membuka kran untuk membagikan kepada warga maka butuh biaya operasional.
 

“Kami kaji bersama. Kira-kira kalau air sudah jalan apa kontribusi dari masyarakat? Kalian mau bayar berapa?
Misalnya, keinginan untuk berkontribusi Rp 20 ribu, jika tambah Rp 10 ribu bagaimana? Kalau tambah lagi berapa. Pertanyaan ini kita ajukan sampai masyarakat tak sanggup lagi untuk menyumbang,” kata Wakil Dekan 2 FKIP Undana ini. 

Akhirnya semua menyepakati tiap kepala keluarga menyumbang Rp 50 ribu per bulan. Jika ditotal maka kontribusi itu mencapai Rp 10 juta per bulan. Nilai ini cukup untuk  operasional, termasuk untuk maintenance jaringan.

Membiayai petugas dan  operasional listrik. Semua kebutuhan menyangkut operasional dilaporkan secara terbuka melalui medsos. Dengan demikian tak ada yang merasa curiga.  Intinya masyarakat dilibatkan dan minta pikiran atau pandangan mereka.

Misalnya,  rencana desain memang sudah ada berdasarkan kajian ilmiah, tapi ketika masyarakat memberi saran, bisa dipadukan.  Dengan demikian mereka merasa memiliki dan percaya diri karena telah dihargai. 

Pada tahun pertama 2019, Yapi bersama masyarakat berhasil mendirikan sepuluh titik hidran umum yang terdiri dari tujuh sistim tendon dan tiga sistim kran. Sedangkan untuk mengalirkan air menggunakan mesin pompa. 

Tahun 2020, bangun lagi 10 kran air sehingga sekarang total menjadi 22 hidran umum yang sudah melayani semua titik di desa itu. Sistim air dibagi per wilayah sesuai kebutuhan. 

Langkah pertama dan utama adalah mengalurkan air ke pemukiman penduduk. Jika demikian maka perlu  integrasi program pemberdayaan lainnya. Undana menyumbang bibit melalui desa agar masyarakat dapat menanam di halaman rumah.

Sebab sebelumnya, warga membeli sayur-sayuran di Oesao, yang letaknya relatif jauh. Kini, setelah air berjalan, halaman rumah penduduk sudah hijau karena ditanami dengan sayur-sayuran. Kebun desa juga disiapkan berupa tanaman sayur-sayuran.  

Integrasi lain yang dilakukan adalah membangun gasebo atau lopo-lopo kecil sebagai tempat menaruh bahan-bahan bacaan. Sistim literasi ini dibuat agar ketika warga mengantre air dapat membaca. Bahan bacaan telah disiapkan.

Juga mereka dapat memelihara ikan di pekarangan rumah. Jadi sebetulnya, ada begitu banyak dampak atau manfaat dari air bersih ini.  Pemberdayaan masyarakat untuk bekerja bersama-sama, kontribusi untuk manajemen air, usaha sayur-sayuran dan memelihara ikan di pekarangan rumah serta  literasi. Dari air yang tersedia, sekarang juga sudah dibangun  unit air isi ulang  yang diberi label Oe Nekmese yang dikelola oleh Bumdes. Kini, air memang sudah dekat bahkan hidup berdampingan dengan  warga Desa Nekmese.  (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved