Berita TTU
Kematian Sopir Pribadi Isteri Bupati TTU, Saksi Mengaku Kronologi dan Fakta Diduga Dipelintir
Kasus Kematian Sopir Pribadi Isteri Bupati TTU, Saksi Mengaku Kronologi dan Fakta Diduga Dipelintir
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Kanis Jehola
Saat sedang berjalan, ujar Jarod, mereka dikagetkan oleh teriakan korban yang mengatakan bahwa dirinya dipagut ular
Sontak Kobar kemudian mengarahkan senter ke kaki korban dan terlihat lubang atau bekas pagutan ular pada pergelangan kaki kanan korban bagian dalam. Seketika korban langsung jatuh di depan kedua saksi (Jarot dan Kobar) dan kejang-kejang sambil mengeluarkan busa dari dalam mulutnya. Kedua orang saksi tersebut kemudian mengangkat korban dan memapah korban keluar dari hutan.
Jarot mengakui bahwa, dirinya dan kobar pada saat itu, sangat panik melihat kondisi korban dan kemudian berteriak minta tolong namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil.
Ketika mendekati jalan umum, kedua saksi kemudian dibantu oleh Yansen beserta beberapa orang yang datang menggendong korban.
"Kami minta bantuan orang-orang di situ untuk terima korban. Di situ jalan sedikit menanjak. Ada beberapa orang dan teman- teman dariLi Bilo bantu angkat Ipang," ungkap Jarot.
Ia menambahkan, sementara dirinya dan Kobar berlari menuju jalan raya untuk menahan kendaraan yang melintas di ruas jalan tersebut untuk membantu mengantar korban ke Rumah Sakit.
Saat korban diangkat dan dipindahkan ke pinggir jalan raya yang berada di ketinggian, korban sempat terjatuh karena pegangan orang-orang yang membantu menerima tubuh korban terlepas.
"Mungkin di situ terjadi benturan, kami juga tidak lihat bagian tubuh mana yang kena benturan karena saya dan Kobar mau cari kendaraan di atas di jalan umum. Hanya lihat dia jatuh, terlepas dari pegangan orang-orang yang angkat dia. Entah itu jatuh karena korban berat atau bagaimana, tapi saat itu seluruh tubuh korban berkeringat sejak busa keluar dari mulutnya tapi korban masih sadar," urainya.
Di jalan raya, Jarot dan Kobar berhasil meminta bantuan satu unit kendaraan roda empat (milik seorang Polisi dari Atambua) untuk mengantar korban ke Rumah Sakit.
Pada sat itu, Kobar menemani korban di atas mobil, sedangkan Jarot dan beberapa orang lainnya bergegas dengan mengendarai sepeda motor.
Ketika tiba di RSUD Kefamenanu, kata Jarot, Korban sempat minta untuk turun untuk berjalan masuk ke rumah sakit karena hendak membuang ludah. Saat membuang ludah, ada banyak darah yang keluar dari mulut korban. Korban sempat mengeluhkan sakit dan menangis saat berada di Rumah Sakit Umum.
"Ternyata dia mau jalan sendiri karena mau buang ludah," jelas Jarot.
Ia menambahkan, saat tiba di RSUD Kefamenanu tim medis langsung mengambil tindakan. Korban sempat meminta untuk diurut.
Perihal penyebab kematian lain sebagaimana yang tersebar di media sosial dan pemberitaan, Jarot membantah keras hal tersebut.
Ia menuturkan, ketika masih berada di TKP hingga di Rumah Sakit, semua orang tahu bahwa korban masih sadar dan bisa berbicara dan meminta untuk diberi air minum serta berbicara dengan orangtuanya.