Berita NTT
Provinsi NTT Memiliki Banyak Potensi EBT
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Erni Usboko saat menghadiri peresmian Gedung Ruang Praktek siswa SMKN 5 Kupang
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Gubernur Provinsi NTT dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Erni Usboko saat menghadiri peresmian Gedung Ruang Praktek siswa SMKN 5 Kupang, Selasa, 28/12/2021 mengatakan, NTT memiliki banyak potensi Energi Baru Terbarukan (EBT).
Pulau Flores telah ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui keputusan Menteri ESDM nomor 2268/K/30/MEM/2017 sebagai Pulau panas bumi dengan potensi 902 megawatt atau 65 persen dari potensi panas bumi di NTT, tersebar di 16 titik. Sementara itu Pulau Timor dan Sumba merupakan dua pulau dengan intensitas Sinar matahari terbaik di Indonesia, diperkirakan dapat menghasilkan hingga 60 gigawatt.
"Kita masih punya potensi EBT dari arus laut. Laut kita juga cukup deras, angin dan air atau hidro," kata dia.
Lanjut dia, Pemerintah Provinsi sedang menjajaki kemungkinan investasi pembangunan pusat tenaga listrik tenaga surya di Pulau Sumba dengan kapasitas sekitar 2 gigawatt. Beberapa investor dari dalam maupun luar negeri, telah menyatakan ketertarikannya.
"Kita telah mengusulkan hal tersebut kepada pemerintah pusat untuk mendapatkan persetujuan dengan kapasitas yang besar kita bisa memasok kebutuhan listrik dari Pulau Jawa Bali dan Nusa Tenggara," ujarnya.
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan telah menjadi komitmen dunia internasional untuk mengatasi efek gas rumah kaca. Negara - negara ASEAN telah menyepakati untuk tahap uji coba, transisi penggunaan energi baru terbarukan melalui jaringan listrik regional mulai tahun 2022.
Singapura berencana mengimpor hingga 4 gigawatt untuk listrik rendah karbon sampai pada tahun 2035 atau 30 persen kebutuhan listriknya berasal dari gas alam.
Sementara itu Indonesia telah menargetkan pemanfaatan EBT pada tahun 2025 adalah 23 persen yang sampai saat ini baru tercapai 11.2 persen.
Dalam rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik, 2021-2030 menerapkan penambahan daya listrik sebesar 40.600 megawatt dengan kursi EBT 20.900 megawatt atau 51.6 persen.
Indonesia sendiri diperkirakan memiliki potensi EBT sebesar 400 gigawatt yang terdiri dari energi samudera, panas bumi, bio energi, bayu hidro dan surya. Pemanfaatannya sampai saat ini baru mencapai 2.5 persen atau 10.4 gigawatt.
Perubahan iklim, katanya, telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Dalam laporan saat Konferensi Tingkat Tinggi, 1 November 2021 lalu, organisasi Meteorologi dunia mengungkapkan suhu bumi dari tahun 2015 sampai 2021 berada dijalur menuju tujuh rekor terpanas dalam sejarah.
"Dalam perubahan iklim yang ekstrim telah mulai kita rasakan dalam berbagai peristiwa bencana alam.
Penyebab utama dari hal ini adalah meningkatnya efek gas rumah kaca yang seperempatnya disumbang oleh penggunaan secara masif bahan bakar fosil terutama untuk pembangkit tenaga listrik," kata dia.
"Kita masih ingat Seroja, kemudian hujan yang terus menerus, itu fenomena alam yang berkaitan dengan La Nina. Curah hujan lebih besar dari biasanya karena itu kita mesti waspada. Kita mesti bisa melihat situasi dan melakukannua dengan baik. Dengan hujan yang terus menerus seperti ini kita masih siap bahan makanan juga di rumah. Jangan sampai kita mati dalam lumbung. Ini ada panel tenaga surya. Kalau dia sudah tersimpan listrik boleh mati sepanjang hari Natal kayak kemarin tapi kalau ada ini bisa digunakan," tandasnya. (*)