Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 17 Desember 2021: Suasana Khidmat

Semua kita mempunyai silsilah. Lewat silsilah kita bisa tahu garis keturunan kita. Kita ini berada dalam garis keturunan lurus atau menyamping.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Apa makna angka empat belas (14)? Secara matematis, angka empat belas adalah hasil dari dua dikalikan tujuh.

Angka tujuh dalam Numerologi dikaitkan dengan hal-hal magis, kebijaksanaan, kecerdasan, misteri, dan kesendirian. Demikian seperti yang dilaporkan situs "How Stuff Works".

Di dalam ilmu sains, ada tujuh planet kuno yang menyebutkan bahwa matahari adalah planet terkuat di jagat raya dan diikuti oleh Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Untuk rumus Pitagoras, tujuh dianggap sebagai angka sempurna. Sebab tujuh adalah gabungan antara angka tiga dan empat, segitiga dan persegi.

Dalam budaya China, hari ketujuh pada bulan pertama tahun lunar dikenal sebagai Human's Day yang dirayakan sebagai hari ulang tahun seluruh manusia.

Angka tujuh juga dianggap 'istimewa' oleh masyarakat Jawa. Sebab pada masa kehamilan tujuh bulan, biasanya diselenggarakan acara selamatan yang disebut dengan 'Tingkepan'.

Bagi orang Yahudi, angka tujuh adalah angka yang ajaib, keramat; angka yang melambangkan keutuhan yang keramat sifatnya.

Hal ini terbukti ketika Tuhan menggambarkan Sabat sebagai hari yang suci dan kudus (bdk. Ul 5:12-14).

Dalam kalender Yahudi, selain tujuh hari dalam seminggu harus istrahat satu hari yakni di hari ketujuh, mereka juga mengenal tahun istrahat setelah 49 tahun (7x7) pekerjaan.

Selama tahun Yobel (lih. Im 25) ini, tidak ada pekerjaan yang dilakukan, budak akan dibebaskan, dan properti akan dikembalikan kepada pemiliknya yang asli.

Kalau empat belas adalah dua kali tujuh, berarti sangat keramat, amat suci. Dan angka empat belas itu yang amat suci itu disebutkan tiga kali. Itu berarti amat sangat suci.

Dua kali empat belas menggarisbawahi betapa pentingnya, tiga kali menunjukkan suasana khidmat.

Dalam kitab Yesaya kita temukan seruan para serafim, "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya" (Yes 6:3).

Seruan ini pun kita nyanyikan dalam liturgi ekaristi, sesaat sebelum terjadinya transubstansiasi dalam doa syukur agung.

Dengan begitu, menjadi jelas bahwa tiga kali penyebutan dua kali tujuh keturunan dalam silsilah Yesus dimaksudkan untuk mengajak orang agar bersikap khidmat menghadapi kenyataan yang teramat sangat suci, yakni peristiwa kelahiran Yesus.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved