Berita Ende
Misi Menyelamatkan 100 Pasang Elang Flores di Alam Ende Flores NTT
Program penelitian dan adopsi sarang burung, semoga bisa menyelamatkan Elang Flores dari kepunahan
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Kanis Jehola
Motif Elang Flores yang berada di tenun ikat, sebagai simbolisasi keterikatan yang kuat Elang Flores dan masyarakat.
"Kami juga perlu sampaikan bahwa kami juga telah mengkomunikasikan karya tenun ikat motif Elang Flores ini kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi NTT (Dekranasda). Mereka siap untuk membeli tenun ikat motif Elang Flores karya mama-mama penenun dari Wolojita,"ungkapnya.
Selain itu kata Erwin, akan ada bantuan peralatan pemantauan elang seperti teropong binocular, kamera digital, GPS serta sejumlah peralatan lainnya, yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memantau keberadaan dan aktifitas Elang Flores di Wolojita.
Pihaknya berterima kasih kepada sejumlah pihak, diantaranya Airnav Indonesia, Pemda NTT dan masyarakat yang telah berkenan bersinergi bersama pihaknya untuk mewujudkan terlaksananya program adopsi sarang Elang Flores.
Sementara itu, secara virtual, Sekretaris Badan Standarisasi Instrumen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nur Sumedi, mengatakan, kehadiran pihaknya merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap kelestarian salah burung pemangsa (raptor) yang paling terancam di Indonesia itu.
Sumedi mengatakan, Elang Flores kerap berkonflik dengan masyarakat. Burung ini kerap menerkam ayam-ayam milik masyarakat yang berkeliaran di kampung.
"Sesungguhnya itu terjadi karena sifat insting liar Elang Flores untuk berburu mangsa,"imbuhnya.
Sang penguasa langit Pulau Flores itu kini terdesak kehidupannya, seiring dengan bertambahnya penduduk dan kebutuhan akan lahan untuk kepentingan manusia.
Sumedi menyebut, banyak hutan atau daerah dengan tutupan vegetasi yang baik telah berubah fungsi dan wujudnya.
Ada yang menjadi permukiman, ladang, sawah, jalan dan segala bentuk hasil karya manusia.
Sang elang kini kehilangan habitatnya, mereka terdesak dan akhirnya tidak ada pilihan lain untuk hidup beradaptasi berdampingan dengan manusia.
"Elang Flores merupakan jenis oportunistik, artinya mereka memilih tempat hidupnya tanpa memandang apakah itu kawasan hutan yang baik atau kawasan di sekitar permukiman," kata Sumedi.
Selama lokasi tersebut menyediakan pakan yang berlimpah, maka mereka akan beradaptasi untuk mampu hidup pada lokasi-lokasi yang cukup ramai dengan aktifitas manusia.
Keberadaan Elang Flores di luar kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam harus mendapat perhatian secara serius.
Hingga kini model pengelolaan Elang Flores di luar kawasan konservasi belum pernah disusun.