Berita Kota Kupang
Cegah Covid-19, Sanggar Suara Nekemesa di Kabupaten Kupang Libatkan Remaja
Pemerintah sudah mestinya menganggap remaja adalah bagian penting dalam upaya meminimalisir kasus Covid-19.
Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
MasihDibayangi Covid-19, Keuskupan Ruteng Keluarkan Instruksi Pembatasan Pelayanan Pastoral Masa Adven dan Natal
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu
POS-KUPANG.COM - Keuskupan Ruteng mengeluarkan Instruksi Pastoral Keuskupan Ruteng No 414/II.1.2/XI/2021 tentang Pembatasan Pelayanan Pastoral masa Adven dan Natal Tahun 2021.
Berdasarkan surat Instruksi dimana salinanya diterima POS-KUPANG.COM, Kamis 25 Novemver 2021, Vikjen Keuskupan Ruteng RD Alfons Segar, mengatakan, para imam, biarawan/wati, dan seluruh umat Allah Keuskupan Ruteng yang terkasih! Salam 'Omnia in Caritate' Lakukan segala pekerjaanmu dalam kasih" (1Kor 16:14).
"Kristus Raja Semesta Alam, yang pestanya kita rayakan Minggu kemarin, selalu menjadi kekuatan dan andalan kita. Dalam kepercayaan akan Dia, kita tetap bersatu hati dalam menjalankan tugas-tugas misioner kita baik dalam bidang liturgi, pewartaan, persekutuan, dan pelayanan kasih,"ungkap RD Alfons.
"Sebentar lagi kita akan memasuki masa Adven dan Natal. Kita perlu mempersiapkan diri dengan baik agar boleh mengalami kelahiran baru bersama Emanuel, Allah beserta kita, yang akan lahir ke tengah kita,"tambahnya.
Dikatakan, RD Alfons, masa Adven dan Natal tahun ini masih dibayang-bayangi oleh pandemi Covid-19. Karena itu kita tetap waspada dan berkomitmen mencegah terjadinya gelombang ke-3 penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Karena itu mengacu pada Instruksi Mendagri No 62 tahun 2021, yang diterbitkan tanggal 22 November 2021, maka pelayanan masa Adven dan Natal tahun ini dibatasi.
Adapun pembatasan-pembatasan itu, jelas RD Alfons, perayaan Misa Harian dan Hari Minggu dilaksanakan dengan protokol ketat sebagaimana instruksi sebelumnya. Pelayanan misa-misa khusus dilaksanakan dengan protokol ketat dan selalu dalam koordinasi dengan gugus tugas Covid setempat.
Pelayanan Sakramen Pengakuan dilakukan dengan menggunakan ritus absolusi umum dan sebaiknya disatukan dengan rekoleksi menyongsong Natal. Kunjungan misa ke KBG untuk persiapan natal tidak diizinkan mengingat sangat sulit menegakkan protokol kesehatan di KBG, namun bila paroki dapat memastikan protokolnya dan mendapat persetujuan dari gugus tugas covid setempat maka kunjungan dimaksud dapat dilaksanakan. Terkait hal ini pastor paroki wajib berkoordinasi dengan vikep masing-masing.
Perayaan Malam Natal, Natal, Tutup Tahun dan Tahun Baru dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat dimana
Setiap paroki perlu membentuk satuan gugus tugas Covid paroki yang bekerja sama dengan petugas gugus Covid daerah setempat. Perlu dilakukan pembersihan dan penyemprotan disinfektan secara berkala di area gereja/kapela.
Umat menyuci tangan sebelum measuki gereja/kapela. Umat diukur suhu tubuhnya. Apabila ada umat yang bersuhu >37,5 Derajat Celcius (dua kali pemeriksaan dengan jarak lima menit) tidak diperkenankan memasuki gereja, dan dimohon segera melapor diri ke gugus tugas Covid-19 daerah (desa, kecamatan) terdekat.
Selama misa/perayaan, imam wajib memakai masker. Umat wajib memakai masker. Yang tidak mengenakan masker diminta untuk tidak mengikuti perayaan.
Jarak duduk antarumat dalam gereja minimal 1 meter (ke samping, ke muka, dan ke belakang). Untuk itu perlu diatur tempat duduk umat dalam gereja oleh petugas paroki. Salam damai dilakukan dengan mengatupkan tangan di dada dan membungkuk satu sama lain.
Sebelum membagi komuni, pelayan misa wajib menyuci tangan dengan sabu/hand sanitizer. Dan Petugas gugus Covid paroki wajib mencegah kerumunan sebelum dan sesudah misa.
Keenam, Umat tetap diimbau untuk disiplin mempraktikkan 5 M yakni menyuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobiltas dan interaksi.
Ketujuh, Paroki perlu terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melaksanakan vaksinasi bagi umat sebagai hak dan kewajiban untuk menjaga kesehatan dan keselamatan bersama. Kedelapan, pengadaan kandang Natal dan lampu Natal di jalan-jalan yang mengundang kerumunan massa tidak diijinkan.
Kesembilan, umat tetap diminta untuk meniadakan acara-acara adat dan pesta-pesta lainnya yang menimbulkan kerumunan besar dan belum mendapat isin dari Gugus Tugas Covid Daerah setempat. Kesepuluh, Pawai Natal dan Tahun Baru serta menyalakan petasan dan kembang api dilarang.
Kesebelas, umat diminta untuk merayakan syukuran Natal dan Tahun Baru dalam keluarga masing-masing dan menghindari melakukan perjalanan yang tidak perlu. Keduabelas, Umat diminta untuk mendukung setiap langkah Gugus Tugas Covid daerah masing-masing dalam rangka pencegahan penularan Covid-19 gelombang-3.
Dan ketigabelas, umat perlu meningkatkan kontrol sosial dengan terlibat aktif dalam mencegah kerumunan di tempat-tempat umum dan juga di rumah-rumah warga.
"Demikian penyampaian kami dan mari kita bergandengan tangan dalam pengharapan akan penyertaan Kristus Sang Emanue. Tuhan memberkati!,"tutup RD Alfons. (*)
Area lampiran
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu
POS-KUPANG.COM - Pemerintah sudah mestinya menganggap remaja adalah bagian penting dalam upaya meminimalisir kasus Covid-19. Caranya dengan melibatkan remaja dalam upaya penanggulangan penyebaran Covid-19.
Melibatkan remaja untuk pencegahan penyebaran Covid-19 sudah dilakukan oleh Sanggar Suara Nekamese.
“Saya rindu pemerintah menganggap remaja bagian dari proses penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19. Saya lihat kadang kita tidak melirik remajanya, kita lebih melihat kepada orang dewasa. Padahal ada banyak hal yang bisa dilakukan anak remaja," kata Pdt Seprianus Y Adonis, S.Th dari Sanggar Anak Nekamese dalam acara ngobrol asyik bersama Pos Kupang, Minggu 21 November 2021.
Pdt Seprianus mengungkapkan hal tersebut dalam acara yang dipandu Host Novemy Leo dengan tema Remaja dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di NTT yang digelar dalam rangka Hari Anak Sedunia tanggal 20 November 2021
Hadir dalam acara itu, Septian Fajar, Komunikasi Pembangunan Unicef Indonesia; Irene Arifajar, Spesialis Perlindungan Anak Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Adiyen, Perwakilan Remaja dari Lingkar Remaja Nekamese.
Sesama remaja jika saling mengkapasitasi maka akan jauh lebih baik. Sebab anak remaja bisa memberi pengaruhi positif terhadap remaja lainnya untuk bersama-sama melakukan upaya penanggulangan penyebaran Covid-19 dengan cara-cara remaja.
Baca juga: Masih Dibayangi Covid-19, Keuskupan Ruteng Instruksi Pembatasan Pelayanan Pastoral Saat Nataru
“Misalnya mengkampanyekan protokol kesehatan, mengkampanyekan vaksinasi dan dampak positif dari vaksin untuk bisa menekan penyebaran Covid-19 dengan pertunjukan teater atau kegiatan lainnya,” kata Pdt Sepri.
Pdt Sepri mengajak semua pihak bisa memadang remaja bukan sebagai anak kecil yang tidak paham apa-apa. “Tapi marilah kita memandang remaja sebagai orang yang punya kapasitas dan pantas diberi ruang agar mereka bisa bergerak untuk ikut bersama menanngulangi penyebaran Covid-19,” kata Pdt Seprianus.
Pdt Seprianus berpesan agar anak-anak Indonesia, anak-anak NTT dan anak-anak Kota Kupang harus tetap bersemangat dan berkarya di masa pandemi Covid-19. Tentunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
“Kalian punya masa depan pasti baik. Belajar dari situasi sekarang, belajar berpikir positif, tetap meyalurkan hobi, minat bakat dengan tetap mamatuhi prokes. Mari lakukan proyek kecil, aksi kecil untuk mengusir kebosanan tapi juga bisa bermanfaat bagi orang lain. Misalnya mendorong orang di sekitar untuk memaksimalkan vaksinasi Covid-19,” pesan Pdt Sepri.
Untuk itu, remaja dari Sanggar Suara Nekamese sudah berbuat dalam penanggulangan Covid-19 di daerahnya. Keterlibatan para remaja ini dalam berbagai kegiatan, tidak hanya sosialisasi tapi juga dalam bentuk membuat tempat cuci tangan dari barang bekas atau jeriken.
Baca juga: Kopdit Swasti Sari Kembalikan Dana Simpanan bagi Anggota yang Meninggal Dunia
Pdt Seprianus mengungkapkan remaja memiliki kemampuan untuk melakukan sosialisasi dalam rangka pencegahan covid-19, asalkan remaja juga dilibatkan.
Sanggar Suara Nekamese melibatkan remaja untuk mensosialisasikan pencegahan penyebaran Covid-19 dengan cara rajin mencuci tangan.
"Para remaja yang tergabung dalam Sanggar Suara Nekamese ini kemudian diajak membuat tipitap atau tempat cuci tangan dengan menggunakan jirigen bekas dan kayu bulat," ungkapnya.
Selanjutnya, para remaja juga berinisiasi menjahit masker dengan jarum tangan. Dan mereka memperoleh 1.343 masker dan kemudian dibagi gratis kepada seluruh jemaat dan sebagian masyarakat umum lainnya.
“Kalau remaja digandeng dan dilihat, diberi kesempatan maka mereka akan menunjukkan potensi, dan hal ini akan jauh lebih efektif karena sesama mereka saling mengkapasitasi,” jelas Pdt Sepri.
Menurutnya, anak dan remaja yang masuk dalam Sanggar Anak Nekamese selalu terlibat dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan sosial, termasuk kegiatan-kegiatan dalam upaya penanggulangan penyebaran Covid-19.
Sanggar Anak Nekamese bermitra dengan WVI untuk mendukung kegiatan di sanggar tersebut. Kegiatan yang dilakukan misalnya dalam bentuk teater dan anak 3M seperti teater dan tari tradisional.
Baca juga: Warga Desa Bonibais di Perbatasan RI-RDTL Tidak Panjat Pohon Lagi Cari Signal Internet
Untuk bisa mengkampanyekan isu anak termasuk isu Covid-19 kepada masyarakat luas, Pdt Sepri selalu melibatkan kelompok remaja yang tergabung dalam kelas seni budaya.
Dan pesan pesan bermakna terkait Covid-19 itu disampaikan remaja melalui teater yang mereka pertunjukkan kepada jemaat di Gereja. “Dengan teater, pesan yang kita sampaikan jauh lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat,” kata Pdt Seprianus.
Pendeta Seprianus menjelaskan, Sanggar Suara Nekamese sudah dibentuk tahun 2016. Dan kini memiliki 14 unit kerja. Diantaranya, unit belajar 3M, kelas Bahasa Inggris; kelas seni suara paduan suara, kelas vocal grup; kelas teater; kelas belajar alat musik tradisional dan nasional; kelas pengembangan pangan lokal seperti ubi, jagung dan pisang.
Juga ada kelas pengembangan kelor, teh kelor, kopi kelor, coklat kelor, stik kelor; kelas menenun; kelas pangkas rambut dan salon kecanitkan; kelas tata ruangan dekorasi; kelas penanganan gizi; kelas latihan kepemimpinan. Dan kelas terbaru yakni kelas Lingkar Remaja yang diinisasi oleh Unicef dan WVI.
Dan pada awal masa pandemi Covid-19, sejumlah kelas di Sanggar Suara Nekamese nyaris tak bisa berjalan apalagi saat berlaku PPKM. Namun belakangan waktu kemudian, pihaknya membuka kembali sejumlah kelas atau unit kerja dimaksud lantaran hal itu sangat dibutuhkan masyarakat setempat.
Seperti Kelas 3M yakni Membaca, Menulis dan Berhitung dan juga les Bahasa Inggris yang diinisiasi oleh WVI. Karena masih banyak orang di wilayah Nekamese yang sudah kelas 6 SD tapi belum bisa membaca, menulis dan berhitung.
Baca juga: Masih Dibayangi Covid-19, Keuskupan Ruteng Instruksi Pembatasan Pelayanan Pastoral Saat Nataru
“Kami bikin kelas les dan difasilitasi oleh Adiyen dan teman lainnya yang duduk di bangku SMA. Pemerintah berlakukan belajar dari rumah atau BDR tapi anak di desa kami belajar dari rumah itu hasilnya tidak maksimal maka kami biasa hanya 2 kelas, misalnya kalau biasanya anak SD kelas 1, 2 dan 3 digabung, maka sejak pandemic Covid-19 rombongan belajar diperkecil, pendamping akan mendampingi 5 sampai 6 anak dengan penerapan prokes secara ketat,” jelas Pdt Sepri.
Terkait program Lingkar Remaja yang digagas Unicef dan WVI, Pdt Seprianus memberikan apresiasi. Menurutnya, Lingkar remaja ini baru masuk sekitar bulan November 2021 lalu, dan saat ini mereka sementara mengikuti pelatihan fasilitator. Ada 4 tahapan yang harus dilalui dalam pelatihan mulai dari tahapan lingkar, proses lingkaran, berjejaring, hingga melakukan aksi.
"Saat ini dalam tahap berjejaring, namun kami sudah ada rencana pada tahapan aksi, anak-anak bisa melakukan sosialisasi mengenai Cvid-19 dengan bentuk teater," ungkapnya. (*)