Berita Ende
Direktur Utama BPOLBF Tertarik Berkunjung ke Desa Wolotopo Timur Ende
Warga di pesisir selatan ini, yang hidup sederhana dalam tradisi leluhur tidak menyangka mereka tembus 300 besar.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Event yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini menjadi motivasi bagi warga dan Pemerintah desa.
Dengan melejitnya Wolotopo Timur ke event nasional , mestinya menggugah Pemerintah Kabupaten Ende untuk lebih serius memerhatikan peningkatan infrastruktur dan pendampingan pengembangan pariwisata di Desa Wolotopo Timur.
Pemerintah desa sendiri akan terus berbenah, berinovasi, bukan pertama - tama suskes dalam event tetapi lebih dari itu, yakni menjaga nilai dan tradisi, alam dan kampung megalitk, serta memberdayakan masyarakat untuk peningkatan ekonomi.
Baca juga: Banyak Produk Ende Masih Susah Tembus Wisata Premium Labuan Bajo
Pertengahan Agustus 2021 lalu, saya mendatangi Desa Wolotopo Timur, yang berjarak kurang lebih 12 Kilometer dari Kota Ende.
Dari Kota Ende ke Wolotopo, menyusuri jalan aspal. Yang baru pertama kali ke Wolotopo memang perlu berhati - hati karena jalan sempit dan ada beberapa titik rusak.
Namun, sedikit terobati dengan pemandangan pesisir pantai selatan di sisi kanan dan tebing curam di kiri.
Jalanan yang sunyi, pepohonan yang rimbun, suara burung berkicau, gulungan dan gemuruh deburan ombak serta udara yang sejuk, tentu memberi kesan berbeda dari Kota Ende yang riuh dengan suara kendaraan.
Tiba di Wolotopo Timur, saya kagum kagum dengan permukiman warga desa Wolotopo Timur yang bersih dan asri. Di setiap rumah warga ada tong sampah yang dari bambu.
Pekarangan rumah mereka ada sayuran yang ditanam di polibeg. Tampak juga wadah kolam ikan lele dari terpal.
Sayuran dan kolam ikan lele ini merupakan program Tim Penggerak PKK dan Pemerintah Desa untuk memberdayakan masyarakat.
Suasana Desa Wolotopo Timur tenang. Warga yang dijumpai, biasanya lebih dulu menyapa atau paling tidak tersenyum ramah.
Baca juga: Jenderal Andika Perkasa Siap Dilantik Jadi Panglima TNI, Ini Kata Presiden Jokowi
Dari jalan masuk menuju Kampung Adat Wolotopo, pengunjung sudah bisa melihat sisi belakang rumah adat Wolotopo, terlihat seperti 'menggantung' di bibir tebing.
Untuk sampai kampung yang berdiri di atas susunan batu ini, pengunjung mesti jalan kaki menyusuri jalan setapak dan menaiki tangga - tangga yang sudah disemenisasi, sembari menikmati pemandangan pantai dan bukit - bukit.
Rumah Adat Wolotopo, masih asli dari bahan dasar kayu dan atapnya alang - alang. Di kolong rumah adat kaum ibu biasanya duduk menenun, juga digunakan untuk menyimpan kayu bakar.
Pengunjung bisa menyapa ibu - ibu yang sedang menenun ini dengan Mama atau Ine dalam bahasa setempat. Panggilan ini lazim untuk menghormati dan bisa membuat suasana lebih cair dan akrab.