Pergulatan Memeluk Islam di Kupang yang Mayoritas Warganya Protestan, Kami Bukan Teroris

Kami Bukan Teroris, Pergulatan Memeluk Islam di Kupang yang Mayoritas Warganya Protestan.

sejuk
Kunjungan ke Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Kupang bersama peserta Workshop Mahasiswa Anak Muda Suarakan Keberagaman di Kupang, 20 Juni 2021. 

“Pernah saya salat di kos-nya teman yang berbeda keyakinan (agama) dengan saya. Dan dia baik-baik saja malah mereka menyediakan tempat. Kami sering berbuka puasa bersama. Teman-teman saya sering juga menyediakan takjil lalu kami berbuka bersama,” ujar Erwin.

Berbeda dengan Erwin yang berasal dari daerah Jawa, seorang sahabat yang sudah saya anggap sebagai adik sendiri mempuyai cerita unik. Neneng Huliah. Ia juga mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang. Perempuan yang kini berusia 23 tahun ini sudah saya kenal semenjak kami masuk sebagai mahasiswa baru.

Neneng berasal dari Ende, kota kecil di NTT yang dijuluki sebagai kota Pancasila. Kota pengasingan Presiden Pertama RI Ir. Soekarno.

Di kampung halamannya, Neneng sudah terbiasa hidup berdampingan dengan teman-teman yang bukan muslim. Sebab, masyarakat Ende mayoritas Katolik.

“Kata toleransi itu saya tidak terlalu paham karena memang keseharian kami hidup damai berdampingan dengan teman-teman yang bukan muslim. Baru saya sadari ketika masuk kuliah kalau hidup kami yang berdampingan itu disebut toleransi,” kata Neneng.

Memang, secara umum kehidupan bermasyarakat dan beragama di NTT sudah terbiasa dengan hidup rukun, terlebih di Ende. Yang muslim, lanjut Neneng, dipersilakan salat; yang Kristen atau Katolik silakan ke gereja. Di kota asalnya, perbedaan agama dan ekspresi keagamaan sama sekali bukan masalah. Harmonis.

“Ada keluarga muslim yang menikah dengan orang non-muslim itu juga bukan aib bagi kami. Itu adalah hak dia dan kami biasa saja,” lanjut Neneng.

Cerita Neneng mengingatkan saya kalau di rumah saya di Alor, NTT, juga seperti itu. Kedua kakak perempuan saya memilih suami yang bukan sesama muslim. Suami kedua kakak saya Kristen dan sampai sekarang kami baik-baik saja. Kami dengan mereka biasa berkunjung satu sama lain saat Idul Fitri dan Idul Adha, begitupun ketika Natal atau Paskah.

Foto bersama teman-teman saat acara Natal bersama keluarga besar Bapak Joni Ninu, salah satu dosen Universitas Cendana Kupang di GOR Kupang, 2018 lalu.
Foto bersama teman-teman saat acara Natal bersama keluarga besar Bapak Joni Ninu, salah satu dosen Universitas Cendana Kupang di GOR Kupang, 2018 lalu. (sejuk)

Dituding teroris

Kembali pada kisah Neneng, saat mula tiba di Kupang, ia hidup seperti biasa. Ia berteman dengan siapa pun tanpa memilih apa agama dan sukunya. Tidak pernah dirinya merasakan perlakuan tidak menyenangkan karena menjadi minoritas.

Tetapi, Neneng mulai kurang nyaman pada suatu ketika, setelah selesai mengikuti kuliah sore, ditanya oleh teman laki-laki. Temannya bertanya, kenapa Neneng harus memakai kerudung. Padahal, lanjut laki-laki tersebut, banyak teman-teman perempuan muslim di tempat tinggal teman lelakinya, di Manggarai, yang tidak berkerudung.

Belum juga Neneng menjawab, laki-laki itu melanjutkan obrolan dan menyampaikan, “kamu kalau tidak pake kerudung lebih cantik. Rambut kamu juga panjang dan halus.”

Pertanyaan teman lelaki Neneng memang tampak sederhana. Namun Neneng justru merasa sangat tersinggung dan tidak nyaman lantaran berkaitan dengan keyakinan.

“Selama saya berteman tidak pernah ada yang membahas masalah jilbab. Malahan banyak yang dukung saya berjilbab. Kalau misalkan saya membuka jilbab, pasti mereka secara spontan langsung menegur saya,” ungkap Neneng.

Saat itu Neneng berusaha tersenyum dan hanya menjawab kalau dirinya tidak suka kepalanya terkena matahari. Neneng sengaja menghindari perbincangan tentang agama, karena dirinya merasa tidak banyak dan dalam memahami agama. Ia pun tahu betul, perdebatan tentang agama membutuhkan waktu untuk mencerna agar bisa memahami dengan baik, tidak penuh prasangka.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved