Berita Lembata
Ironi Pendidikan di Lembata, Siswa Cari Sinyal di Tepi Gunung Aktif Demi Ujian
Ironi Pendidikan di Lembata, Siswa Cari Sinyal di Tepi Gunung Api Aktif Demi Ujian
Walau demikian terkadang membuat mereka takut, dan tak banyak diantara mereka nyaris lari dari tempat ujian.
"Kami ujian di kubur situ, kebetulan disana ada jaringan internet, tapi sama saja om, gunung bunyi terus ini, takut saja ada apa-apa maka bahaya," paparnya.
Emanuel Begu, staf pengajar di SMP Satap Hamahena pun mengakui hal tersebut. Menurut dia, kondisi ini selalu berulang tahun sejak adanya model pembelajaran baru yakni secara daring.
Baginya, kesulitan terbesar yang dialami adalah ketersediaan jaringan internet, disamping fasilitas pendukung seperti handphone dan laptop.
Emanuel Begu, staf pengajar di SMP Satap Hamahena pun mengakui hal tersebut. Menurut dia, kondisi ini selalu berulang tahun sejak adanya model pembelajaran baru yakni secara daring.
Baginya, kesulitan terbesar yang dialami adalah ketersediaan jaringan internet, disamping fasilitas pendukung seperti handphone dan laptop.
"Untuk anak-anak di desa Lamagute kami harus keluar masuk hutan dan naik turun bukit untuk mencari jaringan di atas ketinggian kampung mereka. Itu mulai dari pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hingga Penilaian Tengah Semester (PTS)," terang Emanuel Begu.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Satap Hamahena, Yustinus Mado mengatakan, pihaknya tetap memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik, walau dalam keterbatasan.
Kepsek Mado mengisahkan, sudah bertahun tahun sekolah mereka melaksanakan ujian tanpa internet. Bahkan mereka sempat memboyong para siswa ke Kota Lewoleba hanya untuk mendapatkan akses internet yang baik.
"Total yang ikut PTS ada 84 orang. Sebagian besar lokasinya terpisah dan jauh dari ancaman erupsi gunung, tapi ada 18 siswa dari desa Lamagute ikut ujian persis di lereng gunung," terang Yustinus Mado.
"Selain internet banyak anak tidak punya HP dan kesulitan pulsa data. Guru-guru dan siswa yang punya pulsa data bisa melakukan hotspot bagi siswa lain yang tidak punya pulsa data," sebutnya.
Dia pun mengakui bahwa ada potensi bahaya ketika anak didiknya ujian di daerah yang mana masuk dalam zona merah bencana Badai Seroja dan Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok.
Ihwal itu, selaku Kepala Sekolah, dia selalu menugaskan tiga orang staf pengajar untuk rutin mendampingi siswa selama ujian berlangsung.
"Ujian dari tanggal 18-23 Oktober 2021, para guru selalu perhatikan anak-anak apalagi daerah itu masuk zone bencana Seroja dan Erupsi Gunung Api," kata Emanuel Begu.
Kepsek SMPN Satap Hamahena di Kecamatan Ile Ape Timur Kabupaten Lembata ini pun mendambakan adanya sentuhan jaringan internet di tempat ia mengajar. Baginya ini hal penting untuk mendukung capaian pendidikan yang baik.
"Jangankan Internet, sinyal Telkomsel saja disini tidak ada, kami harus mendaki jauh atau ke Lewoleba baru bisa komunikasi," imbuhnya. (*)